Chanelmuslim.com -Ahlul Quran Berperang dengan Terus Mengingat Alquran
Salim menjalani hidupnya bersama Rasulullah dan kaum muslimin. la tidak pernah absen dari satu peperangan pun. la juga tidak pernah berhenti beribadah. Dan persaudaraannya dengan Abu Hudzaifah semakin hari semakin erat.
Setelah Rasulullah berpulang ke rahmatullah, Khalifah Abu Bakar menghadapi persekongkolan jahat dari orang-orang murtad. Lalu, tibalah saatnya pertempuran Yamamah, suatu pertempuran yang sangat dahsyat, yang belum pernah dialami kaum muslimin sebelumnya.
Baca Juga: Makna Hadis tentang Belajar dan Mengajarkan Al-Qur’an
Ahlul Quran Berperang dengan Terus Mengingat Alquran
Kaum muslimin berperang, tidak ketinggalan Salim dan saudara seakidahnya, Abu Hudzaifah. Di awal peperangan, kaum muslimin kewalahan, hingga setiap pejuang muslim merasa bahwa menang dalam peperangan ini adalah tanggung jawabnya.
Khalid bin Walid mengumpulkan mereka lalu mengatur strategi baru yang hebat. Dua saudara, Abu Hudzaifah dan Salim, berpelukan erat saling berjanji siap syahid demi Islam yang telah memberi mereka kebahagiaan dunia dan akhirat. Lalu keduanya menceburkan diri dalam kecamuk perang yang dahsyat itu.
Abu Hudzaifah berseru, “Wahai Ahlul-Quran, hiasilah Alquran dengan tindakan kalian. ” Sementara pedangnya menyabet ke sana kemari laksana topan memorak-porandakan pasukan Musailamah al-Kadzdzab. Salim pun berseru, “Seburuk-buruk Ahlul-Quran adalah diriku, jika kaum muslimin mendapat serangan dari arahku.”
Jangan berkata begitu, wahai Salim! Karena sebaik-baik Ahlul-Quran adalah dirimu.
Pedangnya bagai menari-nari, menebas kepala orang-orang murtad yang hendak mengembalikan jahiliah Quraisy dan memadamkan cahaya Islam.
Tiba-tiba, sebuah pedang musuh menebas tangannya hingga putus. Saat itu, ia memegang panji kaum Muhajirin menggantikan Zaid bin Khaththab yang telah gugur mendahuluinya. Mengetahui tangan kanannya putus, ia segera meraih bendera dengan tangan kirinya dan cerus mengibarkannya sambil membaca firman Allah,
“Dan betapa banyak nabi yang berperang didampingi orang-orang bertakwa yang jumlahnya besar. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah. Mereka tidak lesu dan tidak menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar.” (Ali Imran: 146)
Alangkah mulianya semboyan ini. Inilah semboyan yang dipilih Salim saat ajal menjemputnya. Beginilah Ahlul Quran hasil didikan Nabi, yang mengingat dan melaksanakan perintah Alquran dan menjadikannya sebagai semangat saat berperang.[]
Sumber : Biografi 60 Sahabat Nabi, Penerbit Al Ithishom