ChanelMuslim.com – Situs belanja online Cina, Taobao, mencabut video dan foto promosi yang menampilkan anak-anak Afrika, setelah muncul tuduhan eksploitasi anak.
Pemilik Taobao, Alibaba, mengatakan pencabutan sudah dilakukan dan akan mengambil langkah serupa di masa depan.
“Kami menerima pemberitahuan tentang listing yang diunggah oleh para penjual pihak ketiga di situs jual beli Taobao, kami sudah mengambil tindakan dan mencabutnya,” demikian pernyataan Alibaba kepada BBC.
Tidak jelas apakah pencabutan ini terkait dengan protes yang ramai di media arus utama dan di media sosial.
Video dan foto promosi tersebut biasanya menampilkan sejumlah anak-anak Afrika yang membawa semacam papan pengumuman dengan tulisan: ‘Sedang mencari kredit mobil? Datang saja ke Brother Long. Tak perlu repot dan bisa menghemat’.
Yang lain berbunyi: ‘Datang saja ke Red Star jika sedang mencari sepeda … percayalah kami bisa diandalkan’.
Salah seorang yang mengunggah promosi semacam ini, yang mengaku bernama Zhang, kepada BBC mengatakan, ia membayar US$30, atau sekitar Rp400.000 untuk video yang menampilkan anak-anak Afrika, sementara untuk penggunaan foto, ongkosnya lebih murah lagi.
Ia menggunakan anak-anak Afrika untuk mempromosikan bisnis sepedanya. Ia beralasan video dan foto semacam ini efektif mempromosikan usahanya.
Saat ditanya apakah uang yang ia keluarkan diserahkan kepada anak-anak, ia menjawab, “Haruskah saya peduli? Yang penting adalah dampak pemasarannya.”
Beberapa vendor yang menjual produk dan layanan di Taobao menyebut video ini sebagai ‘kegiatan amal’ dan menambahkan bahwa sebagian besar uang yang dikeluarkan untuk membuat video diberikan kepada anak-anak.
Namun wartawan BBC, Yashan Zhao, mengatakan situasi di lapangan jauh lebih pelik.
Seorang fotografer yang terlibat kepada surat kabar Beijing Youth Daily mengatakan bahwa anak-anak yang tampil di video atau foto promosi hanya menerima beberapa dolar ditambah dengan makanan kecil.
William Nee, peneliti untuk organisasi Amnesty International di Cina mengatakan bahwa anak-anak tersebut rentan dieksploitasi.
“Ada risiko nyata bahwa anak-anak ini dieksploitasi… dalam konteks yang lebih luas ini menunjukkan ketidakpekaan budaya,” katanya.[ah/bbc]