KEUTAMAAN shalat sunnah rawatib dan dhuha dijelaskan oleh Ustaz K.H. Iman Santoso, Lc., M.E.I.
عن رَبِيعَة بْن كَعْبٍ الْأَسْلَمِيُّ، قَالَ: كُنْتُ أَبِيتُ مَعَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَتَيْتُهُ بِوَضُوئِهِ وَحَاجَتِهِ فَقَالَ لِي: «سَلْ» فَقُلْتُ: أَسْأَلُكَ مُرَافَقَتَكَ فِي الْجَنَّةِ. قَالَ: «أَوْ غَيْرَ ذَلِكَ» قُلْتُ: هُوَ ذَاكَ. قَالَ: «فَأَعِنِّي عَلَى نَفْسِكَ بِكَثْرَةِ السُّجُودِ»
Dari Rabiah Ibnu Malik al-Islamy Radhiyallaahu ‘anhu berkata, saya bermalam bersama Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam, maka saya bawakan air wudhu dan hajatnya.
Maka Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam pernah bersabda padaku: “Mintalah (padaku).” Aku menjawab: Aku memohon dapat menyertai baginda di syurga.
Beliau bertanya: “Apakah ada yang lain?” Aku menjawab: Hanya itu saja. Beliau bersabda: “Tolonglah aku untuk (membantumu) dengan banyak sujud.” (HR Muslim 1/353).
Baca Juga: Keutamaan Shalat Subuh dan Isya Berjamaah
Keutamaan Shalat Sunnah
Hadis di atas disebutkan dalam kitab Bulughul Maram karya Imam Ibnu Hajar Al-‘Asqalani dalam bab Shalat Sunnah karena memperbanyak sujud hanya bisa dilakukan dalam shalat Sunnah.
Adapun pada shalat wajib, jumlah sujudnya sudah ditentukan tidak bisa diperbanyak lagi. Perawi hadis ini adalah Rabi’ah bin Ka’ab Abul Firas.
Beliau termasuk ahli Suffah pernah menjadi khodim (pembantu) Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam.
Rabi’ah adalah sahabat senior dan senantiasa menemani Rasul Shallallahu alaihi wa salam, baik saat muqim ataupun safar, beliau meninggal tahun 63 H.
Hadis ini menunjukkan kemuliaan akhlak Rabi’ah radhiyallahu anhu, kemauannya yang tinggi dan zuhudnya dari dunia. Padahal secara status sosial, beliau adalah pembantu Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam.
Namun, tidak seperti pembantu umumnya, beliau adalah sahabat Rasul Shallallahu alaihi wa sallam yang mendapatkan didikan langsung dari Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam.
Ketika ditawari sesuatu oleh Rasul Shallallahu alaihi wa sallam, beliau tidak menyebutkan keinginan dunia, justru yang diinginkan adalah menemani Rasul Shallallahu alaihi wa sallam di surga.
Gayung pun bersambut, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam merespon permintaan pembantunya dengan satu kiat yang dapat dilakukan oleh setiap umat Islam.
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam adalah manusia yang sangat mulia, memuliakan semua orang, termasuk pembantu.
Beliau Shallallahu alaihi wa sallam menunjukkan cara untuk meraih apa yang diinginkan yaitu masuk surga bersama Rasul Shallallahu alaihi wa sallam, dengan memperbanyak sujud, atau memperbanyak sholat sunnah.
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam ingin menunjukkan kepada kita bahwa, bagi umat Islam tidak cukup dengan amalan yang wajib, tetapi harus dilengkapi dengan amalan yang sunnah.
Bahkan dengan memperbanyak amalan sunnah, khususnya shalat Sunnah, derajat seorang muslim akan sangat tinggi di surga, bahkan dapat menemani Rasul Shallallahu alaihi wa sallam di surga.
Amalan sunnah yang dilakukan setiap muslim setelah melaksanakan amalan wajib, adalah rahasia yang akan mengantar muslim pada derajat kewalian yang merupakan kekasih Allah Ta’ala, sebagaimana disebutkan dalam hadis Qudsi:
وَمَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ،
“Dan jika hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri pada-Ku dengan ibadah yang sunnah, sampai aku mencintainya.” (HR Bukhari 2056, dan disebutkan dalam hadis Arba’in no 38)
Ajaran Islam selalu memberikan pasangan dari amalan wajib dengan amalan sunnah, shalat lima waktu, pasangannya sholat Sunnah, puasa wajib Ramadan, pasangannya puasa Sunnah, zakat pasangannya infak, sedekah dan waqaf, haji pasangannya umroh.
Dan demikianlah dalam setiap amalan wajib ada pasangan amalan sunnahnya. Dan sesungguhnya ibadah dan amalan sunnah lebih banyak lagi dari amalan wajib.
Baca Juga: Banyaknya Keutamaan Shalat Tahajud
Keutamaan Shalat Rawatib dan Dhuha
عَنْ أُمِّ حَبِيبَةَ، زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، أَنَّهَا قَالَتْ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، يَقُولُ: «مَا مِنْ عَبْدٍ مُسْلِمٍ يُصَلِّي لِلَّهِ كُلَّ يَوْمٍ ثِنْتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً تَطَوُّعًا، غَيْرَ فَرِيضَةٍ، إِلَّا بَنَى اللهُ لَهُ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ، أَوْ إِلَّا بُنِيَ لَهُ بَيْتٌ فِي الْجَنَّةِ» (صحيح مسلم 1/ 503 )
Dari Ummu Habibah radhiyallahu anha, istri Nabi Shallallahu alaihi wa sallam berkata, Saya mendengar Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
”Tidaklah seorang hamba muslim shalat karena Allah setiap hari dua belas rakaat sunnah selain shalat wajib kecuali Allah membangun baginya satu rumah di surga atau kecuali dibangunkan baginya satu rumah di surga.” (HR Muslim 1/503).
Para ulama menyebutkan bahwa hadis ini menunjukkan keutamaan shalat Sunnah yang dilakukan sebanyak 12 rakaat secara umum, bukan hanya shalat Rawatib, tetapi termasuk juga shalat Dhuha.
Adapun shalat sunnah Rawatib yang hukumnya sunnah muakkadah ada 10 rakaat, sebagaimana disebutkan hadis Ibnu Umar riwayat muttafaqun ‘alaihi.
Yaitu 2 rakaat sebelum Dhuhur dan 2 rakaat sesudahnya, 2 rakaat setelah Maghrib dan 2 rakaat setelah ‘Isya dan 2 rakaat sebelum Shubuh.
Adapun shalat Jumat seperti shalat Dhuhur sebagaimana pendapat Jumhur Ulama.
Sedangkan shalat sunnah qobliyah Subuh, maka Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam sangat menjaganya dibandingkan shalat sunnah rawatib yang lain. Bahkan disebutkan dalam shahih Muslim:
«رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا»
“ Dua rakaat sunnah Fajar, lebih baik dari dunia dan segala isinya.” (HR Muslim 1/501)
Sedangkan keutamaan shalat Dhuha, disebutkan dalam hadis:
عَنْ أَبِي ذَرٍّ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، أَنَّهُ قَالَ: «يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلَامَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ، فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ، وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ، وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ، وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ، وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ، وَنَهْيٌ عَنِ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ، وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنَ الضُّحَى»
Dari Abu Dzar radhiyallahu anhu, Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
“Setiap pagi persendian setiap kalian diwajibkan sedekah. Setiap tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, amar ma’ruf adalah sedekah dan nahi mungkar adalah sedekah, dan itu semua dicukupkan dengan dua rakaat seorang muslim dari rakaat Dhuha.” (HR Muslim 1/498)
Hadis di atas menunjukkan kewajiban kita untuk bersyukur, bahwa di antara bentuk syukurnya adalah bahwa setiap persendian diwajibkan sedekah.
Jika kita mengucapkan zikir, baik itu tasbih, tahmid, tahlil dan takbir semuanya berarti kewajiban sedekah persendian sudah tertunaikan.
Dan itu semua bisa dicukupi dengan shalat Dhuha dua rakaat. Meskipun shalat Dhuha minimal 2 rakaat, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam pernah menunaikannya sampai 8 rakaat.
Baca Juga: 6 Keutamaan Shalat Dhuha
Pengaruh Amalan Sunnah
Amalan sunnah yang dilakukan setiap muslim, setelah sebelumnya melakukan amalan yang wajib akan melahirkan kepribadian muslim yang baik, seperti displin, tarbiyyah bagi jiwa, memuliakan waktu dan bermanfaat bagi sesama.
Di antara sifat manusia yang buruk adalah malas, santai dan melambat-lambatkan tugas, maka amal ibadah yang dilakukan rutin, akan mendisplinkan diri dan melatih jiwa untuk terus semangat beramal.
Dan yang harus kita yakini bahwa dunia adalah tempat beramal dan ujian sedangkan akhirat tempat menerima hasil dan balasan.
Amalan sunnah juga menjadi sebab meraih rahmat, ampunan dan keridhoan Allah Ta’ala.
Dengan demikian, akan membuka pintu keberkahan baik untuk dirinya, keluarganya maupun masyarakatnya.
Keberkahan inilah yang sangat dibutuhkan manusia dalam kehidupannya di dunia. Hartanya berkah, umurnya berkah, keluarganya berkah, ilmunya berkah.
Amalan sunnah, juga merupakan penutup dari kekurangan dan ketidaksempurnaan yang dilakukan setiap muslim dalam melakukan amalan wajib.
Kekurangan shalat lima waktu, disempurnakan dengan shalat sunnah, zikir dan istighfar.
Demikian juga amalan wajib yang lain.
Amalan sunnah juga merupakan penutup dari dosa dan kemaksiatan yang dilakukan setiap muslim. Sebagaimana arahan Allah dan Rasul-Nya: “Ikutilah keburukan dengan kebaikan niscaya akan menutupinya.”
Amalan sunnah lebih dari itu, jika dilakukan oleh seorang muslim dan senantiasa menunaikan amalan tersebut, akan meraih predikat kekasih Allah.
Allah Ta’ala akan mencintainya dan memberikan apa yang diinginkan, untuk kebaikan dirinya di dunia dan akhirat.
Terlebih bagi para da’i, amalan sunnah merupakan keniscayaan yang harus berupaya dilakukan secara rutin, karena para da’i adalah contoh yang dilihat dan diikuti oleh umat Islam. Wallahu ‘alam.[ind]
Maraji:
1. Subulus Salam syarah Bulughul Maram
2. Nuzhatul Muttaqin- Dr. Musthofa Bagha dkk Syarah Riyadhus Salihin
3. Arbain Nawawi –Imam Nawawi
Sumber: https://t.me/robbanimediatama