ALLAH menunjuk manusia sebagai khalifah di bumi ini di antara makhluk-makhluk lainnya. Penetapan ini terdapat pada surah Al-Baqarah ayat 30 yang berbunyi:
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً ۖ
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi…”
Baca Juga: Al-Baqarah 221, Larangan Pernikahan Beda Agama
Al-Baqarah Ayat 30, Makna Manusia Sebagai Khalifah Allah di Bumi
Dalam kitab tafsir An-Nabulsi, terdapat tiga makna kata khalifah pada ayat di atas:
1. Umat yang menggatikan umat sebelumnya untuk mengambil pelajaran
Dikeluarkannya Nabi Adam dari surga untuk menjadi pelajaran bagi umat setelahnya bahwa godaan setan nyata adanya.
Juga untuk menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk yang diciptakan untuk menempati bumi.
Makna khalifah juga dapat diartikan sebagai umat yang memimpin umat setelahnya untuk memberi nasihat dan pelajaran, sebagaimana firman Allah:
وَهُوَ ٱلَّذِى جَعَلَكُمْ خَلَٰٓئِفَ ٱلْأَرْضِ
“Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi.” (Q.S. Al-An’am: 165)
2. Makhluk yang Allah memuliakan dengan beragam keunikan sifat-sifatnya.
Tiap manusia Allah ciptakan dengan keunikan masing-masing. Bahkan saudara kembarpun memiliki perbedaan.
Dengan perbedaan-perbedaan itu, Allah secara bijaksana mengizinkan manusia saling bekerjasama membuat aturan spesifik untuk kehidupannya dengan berlandaskan nash-nash Al-Qur’an sebagai pedoman.
Manusia diberi kebebasan untuk berinovasi dengan akal yang telah Allah beri dan dengan potensi yang masing-masing mereka miliki.
Allah jadikan manusia mampu menegakkan keadilan, menghalangi penindasan, memberikan penghargaan kepada pelaku kebaikan dan lain-lain.
Inilah makna lain dari manusia sebagai khalifah Allah di bumi, sebagai wujud dari pemuliaan Allah atas sifat-sifat yang dimiliki manusia.
دَاوُۥدُ إِنَّا جَعَلْنَٰكَ خَلِيفَةً فِى ٱلْأَرْضِ فَٱحْكُم بَيْنَ ٱلنَّاسِ بِٱلْحَقِّ وَلَا تَتَّبِعِ ٱلْهَوَىٰ فَيُضِلَّكَ عَن سَبِيلِ ٱللَّهِ ۚ إِنَّ ٱلَّذِينَ يَضِلُّونَ عَن سَبِيلِ ٱللَّهِ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيدٌۢ بِمَا نَسُوا۟ يَوْمَ ٱلْحِسَابِ
“Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah.
Sesungguhnya orang-orang yang sesat darin jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.” (Q.S. Shad: 26)
Para nabi, ulama dan pendakwah adalah khalifah Allah di bumi-Nya untuk menegakkan masalah agama.
Para pemimpin yang berkuasa adalah khalifah Allah di bumi-Nya untuk menegakkan urusan dunia. Artinya manusia adalah makhluk yang dipercaya Allah mengatur urusan agama dan dunia di bumi ini.
3. Makhluk yang diberdayakan dan memiliki otoritas
Jika kamu memiliki anak dan keluarga, maka Allah menyerahkan urusan keluargamu di tanganmu, makanan dan minuman mereka di tanganmu, pengasuhan mereka di tanganmu, masa depan mereka ada di tanganmu. Maka kamu adalah khalifah Allah di keluargamu.
Jika kamu seorang guru, kamu adalah khalifah Allah bagi murid-muridmu. Jika kamu pemimpin suatu daerah, maka kamu adalah khalifah Allah di daerahmu.
Beragam profesi yang diemban oleh tiap manusia, adalah sebagai wujud dari fungsi khalifah Allah di Bumi.
Dengan makna ini manusia diberdayakan oleh Allah dengan kemampuan atau otoritas yang dimilikinya.
Dari ketiga makna di atas kita dapat pahami bahwa manusia adalah makhluk istimewa yang diberi amanah oleh Allah untuk memakmurkan bumi ini. [Ln]