HOROR adalah sesuatu yang menakutkan. Dan, film menjadi salah visualisasi horor yang bukan sekadar menakutkan. Tapi juga mengasyikkan. Begitu pun politik.
Film horor itu unik. Daya tariknya bukan pada hiburannya. Tapi pada kreasi ketakutannya. Semakin ketakutan cocok dengan penonton, semakin tinggi nilai ‘hiburannya’.
Lalu, apa hubungannya dengan politik? Ada sebuah keterkaitan antara masyarakat yang suka film horor dengan keadaan politik masyarakatnya.
Sebagai contoh, film horor maju pesat di masyarakat dengan tingkat kecerdasan politiknya belum memadai. Sebaliknya, film horor nyaris tidak laku di masyarakat dengan tingkat politiknya tinggi.
Di mana film-film horor masih sangat laku? Faktanya, ada di negara-negara berkembang. Sementara di negara maju seperti Amerika dan Eropa, film horor kurang menjadi pilihan.
Ada sejumlah hubungan antara film horor dengan keadaan politik sebuah masyarakat.
Satu, film horor tak perlu logika atau nalar sehat. Yang penting bisa membuat orang takut, itu sudah sangat memadai.
Begitu pun dengan keadaan politiknya. Masyarakat merasa tidak perlu dengan nalar dan logika kenapa tokoh politik atau kebijakannya dipilih dalam pemilu.
Yang penting, kampanyenya sesuai dengan keinginan dan kesenangan mereka. Itulah kenapa dangdutan atau arena musik menjadi menu utama dalam panggung kampanye. Sementara orasi politik tak begitu diperhatikan.
Dua, film horor tetap menjadi pilihan meskipun isinya bohong.
Kalau ditanya, siapa sih dari sekian ratusan juta orang yang hobi nonton film horor pernah melihat setan. Mungkin jawabannya akan sangat minim.
Karena kenyataannya, boleh jadi tak seorang pun yang pernah melihat setan. Jangankan melihat, mendengar suara setan bersuara saja nggak pernah.
Begitu pun dalam politiknya. Orang tak peduli seberapa banyak ia dibohongi oleh para politisi, yang penting cocok dengan hatinya.
Di masyarakat yang mayoritas muslim, bahkan sudah menjadi maklum: kalau para politisi sudah mulai tampil ‘alim’, maka itu tandanya pemilu sudah dekat.
Tiga, film horor begitu disukai meskipun harus bayar tiket dan antri pula.
Jangan anggap enteng pengorbanan orang yang hobi nonton film horor. Selain harus menyiapkan rasa takut yang lumayan, penonton lebih suka nonton di bioskop dengan bayar dan antrian panjang.
Artinya, mereka tidak peduli dengan pengorbanan yang harus ditebus. Karena justru di situlah adanya kenikmatan yang susah dilogikakan.
Begitu pun dalam politik. Meskipun harus dengan pengorbanan besar, bahkan nyawa sekali pun, orang begitu siap memperjuangkan politisinya.
Jadi, jangan anggap enteng menghina politisi terkemuka meskipun bobroknya begitu terlihat. Hal ini karena begitu banyak fansnya yang akan marah dan siap berkorban untuk membela.
Kalau masyarakat masih banyak yang hobi dengan film horor, itu pertanda kemakmuran untuk politisi abal-abal yang cakep di panggung tapi bobrok di amal nyata. [Mh]