ADA ungkapan bijak mengatakan, ‘Baiti Jannati.’ Rumahku surgaku. Di rumah ada cinta, ada nikmat, ada tenang, dan bahagia. Di rumah ada hati kita.
Dalam bahasa Inggris kita belajar tentang kata rumah. Ada kata house yang artinya rumah. Dan ada kata home yang artinya juga rumah.
Di mana bedanya? Ada rumah yang berbentuk bangunan. Dan ada rumah yang merupakan keterkaitan hati antar anggota keluarga.
Ketika orang rindu dengan rumah, sebenarnya ia bukan rindu dengan bangunannya. Tapi, rindu dengan suasananya. Itulah hati kita.
Ada tipe orang yang tidak bisa tidur ketika bermalam bukan di rumah. Ini bukan karena kamar dan kasur rumah jauh lebih nyaman. Tapi, sekali lagi tentang suasananya. Itulah keadaan hati kita.
Ada orang yang begitu bahagia ketika di rumah. Padahal, rumahnya hanya sebuah ruangan kotak berukuran tiga kali tiga meter persegi.
Ada juga orang yang tidak nyaman ketika di rumah. Padahal, rumahnya lebih dari seribu meter persegi.
Kenapa? Karena ketika ia berada di rumah yang sangat besar itu, ia tidak menyertakan hatinya. Sementara yang rumahnya sangat kecil, hatinya ada di rumah itu.
Kadang, keluarga berwisata untuk menyatukan hati mereka. Dan ketika hati menyatu di suasana yang beda itu, sebenarnya mereka sedang di rumah meskipun jauh dari rumah.
Jadi, sekali lagi, rumah bukan tentang fisik sebuah bangunan. Bukan tentang luasnya. Bukan tentang keindahannya. Bukan tentang hiasannya. Tapi, tentang suasana hati penghuninya.
Ketika terucap ‘baiti jannati’, bukan fisik rumahnya yang seperti surga. Tapi, suasana hati penghuninya yang serasa sudah berada di dalam surga.
Di dalam surga, tidak ada hati yang kesal. Tidak ada hati yang dendam. Tidak ada hati yang sedih. Tidak ada hati yang benci. Yang ada hanya cinta dan cinta. [Mh]