MUDAHNYA al-Qur’an untuk dihafal sebenarnya sudah menjadi jaminan dari Allah. Maka, siapapun yang beriman kepada al-Qur’an harusnya meyakini kemudahannya. Jika ragu dengan kemampuan sendiri dalam menghafal Al-Quran maka berarti meragukan jaminan yang sudah Allah berikan.
Ustaz Slamet Setiawan, S.H.I mengatakan bahwa meyakini kemudahan al-Qur’an untuk dipelajari sebenarnya juga tidak cukup hanya sebatas yakin saja, tapi perlu disambut dengan perbuatan, yaitu dalam hal ini adalah menyambutnya dengan usaha mempelajari dan menghafalkannya.
Baca Juga: Ragu dengan Keimanan
Jika Ragu dengan Kemampuan Sendiri dalam Menghafal
Jika anda yakin ada kehidupan akhirat setelah kehidupan dunia, bukankah keyakinan anda itu tidak ada apa-apanya jika tidak disambut dengan usaha untuk meraih kebahagiaannya?
Jika anda yakin di sana juga ada surga, bukankah keyakinan anda itu belum bisa mengantarkan anda ke sana, kecuali jika anda beramal dengan amalan yang memang bisa mengantarkan anda ke surga?
Meskipun mudahnya al-Qur’an untuk dihafal sudah dijamin oleh Allah, tetapi pada kenyataannya masih banyak orang yang seakan ragu.
Dan yang mereka ragukan sebenarnya bukan Allah yang telah menjaminnya, tetapi yang mereka ragukan adalah diri mereka sendiri.
Terkadang ada orang yang merasa otaknya tidak secerdas orang lain. ada yang merasa tidak sanggup untuk istiqamah menjaganya, dan lain sebagainya.
Intinya, mereka tidak punya rasa percaya diri sehingga menganggap bahwa menghafal al-Qur’an bagi mereka adalah sesuatu yang sulit.
Kami yakin, anda yang merasa ragu terhadap kemampuan diri sendiri untuk menghafal al-Qur’an berarti memang karena anda belum benar-benar mulai menghafalnya.
Bagaimana mungkin anda sudah berkesimpulan tidak mampu menghafalnya padahal memulainya saja belum. Atau walaupun anda sudah mulai menghafalnya, anda sebenarnya bukan benar-benar mulai menghafalnya, tetapi hanya sekedar coba-coba.
Ingatlah bahwa jaminan mudahnya al-Qur’an untuk dihafal itu tidak ada syarat bahwa anda harus cerdas terlebih dahulu. Justru kecerdasan itu bisa datang dengan sendirinya karena anda selalu melatihnya dengan menghafal al-Qur’an. Bukankah otak yang selalu dilatih akan semakin tajam?
Maka, kesimpulannya, jika anda yakin jaminan dari Allah, maka keraguan anda terhadap diri sendiri itu sebenarnya sangat tidak layak.
Jika Allah sudah menjamin al-Qur’an mudah untuk dihafalkan, maka siapapun, baik yang cerdas maupun tidak, muda ataupun tua, masing-masing punya kesempatan yang sama untuk bisa menghafalnya, asalkan mereka punya keinginan, usaha dan kesungguhan.
Tak sedikit yang cerdas tapi tidak bisa menghafal al-Qur’an karena tidak punya keinginan, atau biarpun punya keinginan tetapi mereka tidak mau bersungguh-sungguh.
Sebaliknya, tak sedikit orang, katakanlah yang kurang cerdas, tetapi mereka mampu menghafalnya dengan sempurna, dan itu tiada lain salah satunya adalah karena memang mereka punya keinginan, mau berusaha dan bersungguh-sungguh.
Maka, tanyakanlah pada diri anda sendiri, adakah keinginan anda untuk hafal al-Qur’an? Jika benar ada, maka cepatlah usahakan, dan bersungguh-sungguhlah dalam memperjuangkannya, hilangkan rasa ragu, kuatkanlah keyakinan bahwa anda juga mampu menghafalnya karena adanya jaminan Allah.
Abu Hazim al-A’raj-sebagaimana disampaikan oleh al-Baihaqi di dalam az-Zuhdul Kabir-pernah mengatakan:
“Apa yang kamu suka untuk dibawa ke akhirat, maka kerjakanlah sekarang juga. Dan apa yang kamu tidak suka untuk dibawa ke akhirat, maka tinggalkanlah ia sekarang juga.”
Kalau anda suka jika al-Qur’an menyertai anda di akhirat nanti, maka teruslah berinteraksi dengannya, salah satunya dengan menghafalkannya, maka ia akan benar-benar menyertai anda di sana.
Besarnya keinginan anda sebenarnya sudah sangat cukup untuk mengalahkan keraguan anda pada diri sendiri.
Wallahu A’lam Bishshowab. [Ln]