KEMANDULAN membawa berkah. Kamu mungkin tidak akan percaya, tapi kisah ini dirangkum dari cerita Syaikh Ali Thanthawi dalam kitabnya “Fi Indonesia”.
Ada dua sejoli yang sudah lama hidup berumah tangga tapi tidak dikaruniai anak hingga hidupnya sering dirundung tegang dan hampir di ambang perceraian.
Namun ketetapan Allah menentukan lain, akhirnya keduanya memungut anak perempuan yang dibuang oleh kedua orangnya akibat korban hamil di luar nikah.
Keduanya mengasuhnya penuh kasih sayang dan membesarkannya penuh perhatian. Hingga keduanya senang memungut anak-anak telantar.
Bahkan setiap ada orang yang mendapat anak telantar selalu diserahkan kepadanya, akhirnya terkumpul anak-anak pungut berjumlah 135 anak dari berbagai jenis suku dan daerah.
Semua anak-anak tersebut dididik di atas Islam hingga ada menjadi pengacara, dokter, ulama, pengusaha dan pedagang.
Dan saat Syaikh Ali Thanthawi mengunjunginya, anak-anak asuhnya tinggal 46 anak.
Baca Juga: Kisah Wanita Mandul yang Tidak Memilih Childfree
Kemandulan Membawa Berkah
Keduanya bersabar atas ujian kemandulan, ternyata Allah berikan ratusan anak. Belum lagi tambahan pahala akhirat, kemuliaan dunia, tingginya derajat dan jasa besar yang sulit terlupakan terutama oleh anak-anak asuhnya.
Yang membuat Syaikh Ali Thanthawi kagum adalah bagaimana keduanya bersabar, telaten dan tidak patah arang untuk mengasuh ratusan anak.
Padahal kita saja kadang- kadang baru mengasuh 5 atau 6 anak sering mengeluh dan kadang merasa kecapekan.
Ketika Syaikh Ali bertanya kepada anak-anak asuh tersebut tentang sikap orang tua angkatnya, semua merasakan belaian kasih sayang dan perhatian seperti orang tua kandung sendiri.
Syaikh bertanya kepada keduanya “Sampai kapan kalian berdua mengasuh anak-anak ini. Kenapa kalian tidak menyerahkan anak-anak ini ke Pantai Asuhan?”
Sang Ibu asuh berkata: “Saya memungut anak perempuan ini, saat itu umurku 25 tahun. Sekarang umurku hampir 50 tahun, tidak mungkin aku akan melepas anak-anak ini begitu saja.”
“Aku akan mengasuh mereka hingga aku lanjut usia atau aku mati atau orang ini bosan,” katanya sambil melihat dan menunjuk ke arah suaminya.
Sang suami pun memandang dan melempar senyum penuh makna cinta dan berkata kepada sang istri tercinta:
“Aku akan mendampingimu hingga mati”. MaasyaAllah.[ind]
Sumber: Wa Multaqo Duat