ISRAEL bukan hanya diketahui dunia sebagai pelaku genosida. Kini, dunia menyadari siapa musuh mereka yang sebenarnya.
Musuh-musuh Israel kini meluas. Tidak lagi dari negara-negara dunia Islam, melainkan juga dari Barat, Afrika, Amerika Latin, yang selama ini dikenal sebagai sekutunya.
Di antara mereka adalah PM Kanada, Mark Carney. Carney menyatakan siap menangkap Netanyahu jika berkunjung ke negaranya. Hal ini sesuai dengan keputusan Mahkamah Internasional (ICC) terhadap kejahatan perang Netanyahu.
Selain Kanada, sejumlah negara lain juga siap menangkap Netanyahu. Antara lain, Belanda, Italia, Irlandia, Swiss, Australia, bahkan Inggris.
Lunturnya Propaganda Pro Israel
Pasca serangan brutal Israel ke wilayah Gaza dan Tepi Barat, sosok ‘wibawa’ Israel kini hancur lebur. Bisa dibilang, saat ini hanya AS yang membela mati-matian negeri penjajah ini.
Padahal, masih terasa bagaimana seluruh media Barat dikerahkan untuk merusak citra Islam melalui tuduhan keji ‘terorisme’. Tapi dalam sekejap, keadaan itu berbalik.
Perjuangan rakyat Gaza dan Palestina menyadarkan publik dunia siapa musuh mereka yang sebenarnya. Bahwa, musuh utama mereka, musuh kemanusiaan seluruhnya; adalah Israel.
Karena logika yang dikembangkan media Barat pro Israel selama ini Israel versus Islam, maka rusaknya citra Israel sama dengan harumnya citra Islam.
Seiring dengan menyebarnya kebencian dunia terhadap Israel, dunia juga membuka berkembangnya ajaran Islam. Hanya dalam waktu singkat, dunia termasuk Eropa dan Amerika begitu semarak dengan Islamisasi.
Islam digandrungi pemuda-pemuda Barat sebagai agama ‘keren’. Kalau tidak Islam, maka dianggap ketinggalan zaman. Dan mereka yang tidak pro Islam berarti pro Israel yang juga anti kemanusiaan.
Perjanjian Damai yang Manipulatif
Di balik perjanjian damai Israel Gaza yang digagas Trump, dunia kini menyadari manipulasinya.
Ada tiga niat busuk Trump dan Israel di balik perjanjian damai ilusi itu.
Pertama, Israel dan AS menggiring dunia keluar dari tekanan kemerdekaan Palestina. Perjanjian damai pura-pura dimaksudkan seperti ‘permen’ agar dunia melupakan solusi dua negara.
Kedua, perjanjian damai dimaksudkan agar Hamas bisa membebaskan seluruh sandera warga Israel. Bebasnya sandera Israel akan meniadakan tekanan publik Israel terhadap Netanyahu dan pemerintahannya.
Ketiga, perjanjian damai juga menjadi ‘jebakan’ terhadap negara-negara yang ikut tanda tangan sebagai kolaborator atau ‘kaki tangan’ AS untuk melenyapkan Hamas.
Sasaran jebakan itu kini ditagihkan Trump terhadap Indonesia. AS meminta Indonesia menunaikan janjinya untuk menurunkan ribuan pasukan. Tapi anehnya, yang dimaksud Trump adalah pasukan untuk membasmi Hamas di Gaza.
Kini, dunia lagi-lagi menyadari niat busuk di balik perjanjian damai itu. Mereka kian menyadari, apa pun yang diagendakan Israel dan AS terhadap Palestina selalu berujung pada legalisasi pencaplokan dan penjajahan Israel terhadap bumi Islam: Palestina, Lebanon, Suriah, Irak, Mesir, Yordania, dan lainnya. [Mh]





