Warisan ilmiah adalah salah satu jenis aset budaya yang paling penting, para ilmuwan yang bergerak didalamnya harus selalu dikenal dan abadikan namanya. Sebagai upaya untuk meneladani dan menghargai tiap usahanya. Salah satu ulama yang penting kita ketahui adalah Abu Rayhan Muhammad ibn Ahmad Al-Biruni, matematikawan pertama yang menentukan arah kiblat (973-1050 M).
Dilansir dari IQNA.IR, ia adalah salah satu ilmuwan pertama yang menentukan arah kiblat dan pergerakan bumi serta menghitung luas bumi berkat penguasaan matematikanya.
Ia berhasil menghitung sinus sudut satu sekaligus menentukan arah kiblat. Di atas segalanya, ia menyoroti gerakan rotasi bumi yang selama ini jarang dibahas.
Baca Juga: Ilmuwan Turki Mulai Menguji Obat untuk Obati Kanker Stadium Lanjut
Mengenal Al-Biruni, Matematikawan Pertama yang Menentukan Arah Kiblat
Para ilmuwan sering meniru karya para ilmuwan sebelumnya. Suatu penemuan oleh berbagai ilmuwan diulangi atau diperluas bidangnya sepanjang sejarah.
Namun, ada juga beberapa ilmu baru dan al-Biruni termasuk ulama yang menawarkan penemuan dan inovasi baru. Dia menulis beberapa karya yang hanya tersisa tiga hingga hari ini.
Carl Eduard Sachau (1845-1930 M) adalah seorang orientalis Jerman dan ensiklopedis tentang India, menerjemahkan “Kitab Ta’rikh al-Hind” al-Biruni ke dalam bahasa Jerman dan Inggris. Jika tidak ada terjemahannya, buku itu bisa saja dihancurkan seperti beberapa karya polymath Iran lainnya.
Al-Biruni mencoba memasukkan matematika ke dalam bidang studi lain karena ia percaya bahwa setiap sains harus dapat dibenarkan dengan matematika. Hari ini kita melihat bahwa matematika memainkan peran utama dalam ilmu-ilmu lain seperti psikologi.
Dia menerjemahkan buku-buku Sansekerta tentang Geometri Euclid dan Astrolabe ke bahasa Arab.
Al-Biruni dikenal sebagai matematikawan, astronom, sejarawan, dan ilmuwan alam. Dia mahir dalam bahasa Persia, Kwarazmian, Arab, dan Sansekerta sementara juga akrab dengan Yunani kuno, Ibrani, dan Syria. [Ln]