SIANG yang panas itu semakin panas. Dan pesona Jogja begitu memukau untuk dilewati. Setelah turun dari bus, dan masing-masing rombongan menuju toilet atau pintu masuk Candi Borobudur.
Akhirnya aku memutuskan untuk pergi ke tempat yang berbeda. Aku tidak bilang Candi Borobudur tidak bagus. Aku pernah ke sana tapi dulu belum se-narcis sekarang jadi nggak ada fotonya.
Tapi aku ingat bagaimana bangunannya disusun kayak puzzle dan antara bata yang bawah nyamping dengan yang atas tuh ada baut. Jadi dia bukan disusun tapi di rakit.
Jadi bila ibaratnya baut itu dicopot, maka rubuhlah bangunan itu. Satu hal yang menarik lagi adalah reliefnya itu menceritakan tentang kondisi keluarga dan kasih sayang. Pokoknya ada nilai dan moral.
Baca juga: Tukang Durian yang Menipu
Tapi ini bukan cerita soal Candi Borobudur. Di siang terik itu tukang becak dan es kelapa lebih menggugah selera daripada mengikuti rombongan berpanas-panas naik ke atas Candi.
Jam 12 siang, kala itu matahari tengah senang-senangnya memancarkan sinar. You can imagine.
“Keliling saja deh Pak, berapa?” sapaku tanpa basa-basi ke tukang becak yang sudah tua tapi mukanya ramah.
“Rp20.000 Bu ke candi tempat raja semedi mau Bu?” tawar Pak becak tua.
“Oke deh Rp50.000 saya kasih bonus untuk Bapak kalau mau tunggu.”
Akhirul kalam, kami sampai di sebuah candi di tengah perumahan penduduk yang sepi dan tidak ada siapa-siapa. Aku masuk ke dalam sambil ta’awudz.
Candinya bersih dan rapi. Aku dan anakku betah di dalam.
“Enak yaa Syif,” ujarku.
Candi Semedi di Pesona Jogja
Tetapi malu mengakui karena kupikir itu tempat semedi agama Hindu. Hanya aku heran. Di dalamnya ada dua jendela yang tertutup dengan ukiran. Dan jendela bentuk kubah dengan relief di atasnya.
Tidak ada sedikit pun gambar binatang atau patung. Tempatnya cukup kira-kira untuk 8 orang shalat berjama’ah atau 2 shaf.
Aku bilang seperti ini, karena setelah selesai melihat ke dalam candi kecil itu, aku numpang shalat di warung es kelapa. Dan ketika dipersilakan masuk ke kamar yang jendelanya menghadap ke candi, aku baru nyadar, arah jendela yang ada dalam candi tadi itu sama dengan sajadah. Menghadap kiblat.
Aku jadi ingin masuk ke dalam lagi. Cuma malu khawatir dikira mistis.
Si penjual es kelapa bilang, “Raja ketika candi ini dibuat paling senang semedi di sini Bu, bersama permaisuri, biasanya beliau semedi di sore hari.”
Aku jadi menduga-duga. Si raja mungkin nggak mau ketahuan masuk Islam dan shalat berjamaah sama istrinya di candi itu. Candi itu nggak ada yang datang kecuali aku dan anakku. Sepi adanya di antara rumah penduduk.
Ini jadi mengingatkanku ketika mengunjungi tempat-tempat bersejarah lain. Waktu ke Paris, di istana Bonaparte (Panglima perang Prancis yang terkenal) yang sekarang jadi museum Louvre.
Ada pyramid dari kaca (terilhami dari kepergian beliau ke Mesir). Di sana tertulis ‘Bonaparte senang berada di tempat ini terutama di waktu pagi dan petang hari.’
Dimana semua pengawalnya disuruh membalikkan badan ketika beliau sedang tafakur atau semedi. Dan aku juga menduga mungkin Bonaparte shalat. As info pyramid itu juga menghadap kiblat.
Dari buku yang aku baca, asisten kesayangan Bonaparte masuk Islam setelah kunjungan ke Mesir. Kemudian lari dari Perancis ke Suriah dan baru dikejar oleh pasukan pengawal setelah hari ketiga.
Sepertinya sih kejar bohong-bohongan. Karena mungkin Bonaparte sendiri sudah masuk Islam juga. Eh, kalian tahu siapakah Bonaparte itu?
Islam di China
Satu cerita lagi, ketika di China, ada Islamic Centre (mesjid Niu Jie, madrasah, restaurant muslim), tepat di pusat kota Beijing di daerah paling mahal. Rupanya pada Dynasty Ming, China minta bantuan Islam untuk buatkan konsep Great wall (Tembok Besar China) yang mirip dengan konsep Perang Parit.
Bedanya perang Parit ke bawah, Great wall ke atas. Maka itu Islam diberikan tempat terstrategis dan termahal di jantung kota Beijing. Jadi kalau menurutku antara Jogja, Perancis dan China menyimpan suatu sejarah dan misteri akan Islam.
“Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.” (QS. Ali Imran: 19)
Website: