“MAM tahu nggak kalau durian yang waktu itu kita beli di Anyer ternyata pisaunya dicelup cairan gula. Lalu duriannya nempel di pisau dan kita cobain deh. Enak, manis. Tapi yang waktu itu dibawa pulang kan semuanya nggak manis. Jadi yang manis cuma satu di situ saja,” seru Dewi, salah satu staffku.
Oh negeriku. Tukang durian saja harus menipu. Padahal setahuku, Allah sudah ciptakan durian dengan rasa yang asik, manis, dan legit. Kok bisa-bisanya durian sepet dijual lalu dicelupin gula.
Kemudian aku membaca broadcast yang memberi tahu agar hati-hati makan apel karena kulitnya dilapisi formalin yang bisa bikin kulit apel jadi menarik dan mengilat.
Baca juga: Merawat Cinta di Usia Perkawinan ke-21 Tahun
Aku jadi berpikir kenapa kita musti super hati-hati di negeri sendiri. Itu kan sama saja kita harus pakai sepatu boot dalam rumah sendiri karena khawatir ada duri di lantai rumah kita. Betapa tidak enaknya, ketika kita merasa tidak nyaman di rumah sendiri. Dan malah merasa lebih nyaman di rumah orang lain.
Buah Peer
Suatu waktu, aku ingin pulang ke Indonesia bawa sekeranjang buah peer. Aku suka buah perr daripada apel. Karena apel suka asem. Peer rasanya selalu sama. Tapi aku jadi membatin kalau aku beli buah peer di pasar tradisional. Jangan-jangan ada belatungnya atau ulat, dan pestisida di kulitnya
Berbeda kalau belinya di ranch market atau total buah. Apalagi kalau belinya di daerah orang kaya, yang banyak bulenya, dijamin buah-buahannya lebih bagus dan lebih higienis walau tak dipungkiri pasti lebih mahal.
Katanya negeri kita kaya dan kita punya tanah berwarna merah. Tanah merah itu lambang kesuburan dibandingkan tanah warna putih kayak di Australia. Jadi seharusnya, tinggal tanam saja bisa tumbuh, tanpa harus ragu-ragu.
Tetapi dengan banyaknya pemberitaan dan info viral membuat banyak yang jadi ragu-ragu. Di rumah sendiri, di negeri sendiri, ragu menanam, ragu-ragu membeli, dan ragu-ragu untuk makan.
Akhirnya kita hanya bisa merasakan lega ketika harus makan buah di negeri orang, yang pisangnya memang besar tapi rasanya hambar.
“Kok pisang Australia hambar ya mi,” ujar anakku suatu hari.
Ya saya diam saja, khawatir tukang pisang tersinggung. Sampai kapan kita harus berjalan di rumah sendiri dengan hati-hati.
Jangan sampai bertemu tukang durian seperti ini.
“Barangsiapa yang menipu, maka ia tidak termasuk golongan kami. Orang yang berbuat makar dan pengelabuan, tempatnya di neraka.” (HR. Ibnu Hibban 2: 326. Hadits ini shahih sebagaimana kata Syaikh Al Albani dalam Ash Shahihah no. 1058)
Website: