Chanelmuslim.com – Meluruskan Shaf Sebelum Mulai Shalat Jamaah
Yang paling pas untuk mengikuti kebiasaan Nabi Shallallallhu Alaihi wa Sallam dalam hal ini, tentu saja seorang imam shalat. Dalam arti kata, menyuruh jamaah untuk meluruskan shafnya. Karena Nabi melakukan hal ini juga dalam posisinya sebagai imam shalat.
Namun, meluruskan shaf untuk melaksanakan shalat jamaah bukan monopoli imam, ini juga berlaku bagi orang yang menjadi makmum. Baik imam menyuruh untuk meluruskan shaf ataupun tidak. Itu jika makmumnya lebih dari satu. Sekiranya makmumnya hanya seorang, maka makmum berdiri di sebelah kanan imam dan agak ke belakang sedikit.
Tentang kebiasaan Nabi Shallallallhu Alaihi wa Sallam dalam hal ini, Anas bin Malik Radhiyallahu Anhu berkata,
“Bahwa Nabi Shallallallhu Alaihi wa Sallam apabila hendak takbiratul ihram, beliau menghadapkan wajahnya kepada kami seraya berkata, ‘Rapatkanlah dan luruskan.’ Dalam riwayat lain beliau berkata, ‘Luruskan shaf-shaf kalian, karena shaf yang lurus adalah bagian dari kesempurnaan shalat’.” (Muttafaq Alaih)
Baca Juga: Meluruskan Pemahaman tentang Bayi Bau Tangan
Meluruskan Shaf Sebelum Mulai Shalat Jamaah
Sudah menjadi kebiasaan Rasulullah Shallallallhu Alaihi wa Sallam setiap kali akan mengimami pada sahabat, dimana beliau menghadap kearah mereka dan menyuruh mereka agar meluruskan, merapatkan dan merapikan shaf. Beliau tidak ingin barisan kaum muslimin kacau balau tidak teratur. Karena shaf yang rapat, lurus dan teratur rapi menunjukkan bagusnya shalat mereka, kesempurnaan mereka dalam mematuhi perintah imam (Nabi), menyatukan hati-hati mereka, dan menampakkan pemandangan yang indah.
Begitu pentingnya nilai kerapian shaf, hingga terkadang Nabi Shallallallhu Alaihi wa Sallam turun langsung ke shaf sahabat dan meluruskan barisan mereka dengan tangan beliau. Al Barra’ bin Azib Radhiyallahu Anhu menceritakan,
“Rasulullah Shallallallhu Alaihi wa Sallam terkadang merapatkan shaf yang kosong dari satu sisi ke sisi yang lain. Beliau meluruskan dada dan bahu kami seraya berkata, ‘Janganlah kalian berselisih karena hati kalian juga akan berselisih’. Baliau juga bersabda, ‘Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya mendoakan shaf-shaf awal’.” (HR. Abu Dawud)
“Janganlah kalian berselisih,” maksudnya yaitu; janganlah bahu dan dada kalian saling mendahului satu sama lain. Dan “hati kalian juga akan berselisih,” maksudnya; mempunyai keinginan buruk serta mengikuti hawa nafsu.
Jadi, sesuai dengan sunnah dan kebiasaan yang dilakukan Nabi, hendaknya seorang imam menyuruh makmum agar meluruskan dan merapatkan shafnya sebelum memulai shalat. Dan, hendaknya makmum mengikuti apa yang dikatakan oleh imamnya, karena meluruskan dan merapatkan shaf serta mengikuti imam adalah sunnah.
Jadi sesuai dengan sunnah dan kebiasaan yang dilakukan Nabi, hendaknya seorang imam menyuruh makmum agar meluruskan dan merapatkan shafnya, sebelum memulai shalat. Kemudian sekiranya dia melihat masih ada celah yang kosong, hendaknya dia menyuruh mereka untuk mengisinya. Hal ini bisa dilakukan dengan menggunakan bahasa Arab sesuai teks hadits yang berasal dari Rasul dan bisa juga dia ucapkan dengan bahasa setempat yang dimengerti oleh jamaahnya. Karena yang terpenting adalah melaksanakan maksud dari apa yang dikehendaki Nabi. Sebab akan terasa sia-sia, sekiranya dia menyuruh jamaah untuk meluruskan, merapatkan, dan mengisi celah shaf yang masih kosong dengan bahasa Arab, namun ternyata para jamaah tidak mengerti apa yang dia katakan.[]
Sumber : 165 Kebiasaan Nabi, Abduh Zulfidar Akaha, Pustaka Al Kautsar