ChanelMuslim.com – Menko Perekonomian Sofyan Djalil menyampaikan optimismenya kenaikan harga BBM jenis Premium dari Rp 6.800 menjadi Rp 7.300 per liter dan Solar dari Rp 6.400 menjadi Rp 6.900 per liter tidak akan berpengaruh banyak terhadap inflasi.
Kepada wartawan yang mencegatnya saat mendampingi Presiden Joko Widodo dalam kunjungan di Hainan, RRT, Jumat (27/3) malam, Sofyan menjelaskan, bahwa nantinya setiap dua bulan sekali akan dilakukan reviewharga BBM sesuai dengan harga keekonomian, sehingga harga bisa sewaktu-waktu naik, bisa juga turun.
“Hal itu merupakan komitmen pemerintah yang tidak lagi memberikan subsidi pada BBM jenis Premium, serta Solar yang tetap mendapat subsidi Rp 1000 per liter,” jelas Sofyan.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, Pelaksana Tugas (Plt) Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM, IGN Wiraatmaja, dalam siaran persnya Jumat (27/3) malam mengumumkan, per tanggal 28 Maret 2015 pukul 00.00 WIB, WIB harga BBM jenis Bensin Premium RON 88 di Wilayah Penugasan Luar Jawa-Madura-Bali dan jenis Minyak Solar Subsidi perlu mengalami kenaikan harga, masing-masing sebesar Rp. 500/liter. Dengan demikian, harga Premium naik menjadi Rp 7.300 per liter, sedangkan harga solar menjadi Rp 6.900 per liter. Adapun untuk harga Minyak Tanah dinyatakan tetap, yaitu Rp. 2.500/liter (termasuk PPN).
“Keputusan tersebut diambil terutama atas dinamika dan perkembangan harga minyak dunia, namun Pemerintah tetap memperhatikan kestabilan sosial ekonomi, pengelolaan harga dan logistik,” tulis IGN Wiraatmaja dalam siaran pers itu.
Lebih Terkontrol
Menko Perekonomian meyakini, dengan model seperti ini (harga BBM disesuaikan dengan harga pasar), maka inflasi akan lebih terkontrol, dan kenaikannnya tidak signifikan. Sama seperti negara-negara lain yang kenaikan BBM nya harian mengikuti harga minyak dunia.
“Lain halnya kalau dulu, karena ditahan terlalu lama, begitu dilepas naiknya Rp 2 ribu. Itu langsung memberi implikasi inflasi,” papar Sofya.
Menurut Menko Perekonomian, kenaikan harga BBM kali ini juga ditentukan oleh harga minyak dunia, karena itu adalah harga produk jadi. Selain itu, melemahnya harga rupiah juga patut diperhitungkan, seihngga pada akhirnya harga BBM akan terpengaruh juga.
Pemerintah, tambah Sofyan, tidak melempar masalah penentuan harga BBM ini ke mekanisme pasar, tetapi pemerintahlah yang menetapkan, walaupun basisnya adalah harga keekonomian. Sementara kalau di negara lain, misalnya di Eropa ketika harga minyak dunia turun, mereka tidak ikut menurunkan harga BBM. Sehingga mereka mendapatkan banyak pajak dari BBM.
Tetapi pemerintah Indonesia, lajut Sofyan, kemarin menurunkan (harga BBM), untuk memberikan fairness kepada masyarakat.
Ketika ditanya mengapa tidak diumumkab secara resmi oleh Presiden, Menko Perekonomian menjawab karena ini adalah sebuah keputusan.
“Dulu diumumkan secara resmi oleh Presiden karena pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk menghilangkan subsidi, tetapi kali ini karena sudah merupakan keputusan, jadi cukup diumumkan oleh Dirjen Migas di Kementerian ESDM,” jelas Sofyan.
(Humas Setkab/jwt)