KESHALIHAN suami istri menjadi suatu syarat terwujudnya kehidupan yang tenang dan harmonis dalam keluarga.
Keshalihan harus dilandasi oleh ketakwaan sehingga berdampak pada terwujudnya keluarga yang cinta pada kebaikan dan ketaatan jauh dari kemaksiatan, saling membahagiakan dan tidak saling menyakiti.
Abu Bakar berkata: ” Kecerdasan yang paling cerdas adalah takwa, dan kebodohan yang paling bodoh adalah maksiat”.
Suami istri yang shalih yang dilandasi oleh takwa dan hidayah, maka akan semakin cerdas memilih jalan kebaikan dan kebenaran.
Perilakunya selalu baik dan emosinya stabil dan dapat dikendalikan, senang berbagi, mampu menahan amarah, mudah memberikan maaf dan senang berbuat kebaikan. Allah berfirman:
وَجَنَّةٍ عَرۡضُهَا ٱلسَّمَٰوَٰتُ وَٱلۡأَرۡضُ أُعِدَّتۡ لِلۡمُتَّقِينَ .ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ فِي ٱلسَّرَّآءِ وَٱلضَّرَّآءِ وَٱلۡكَٰظِمِينَ ٱلۡغَيۡظَ وَٱلۡعَافِينَ عَنِ ٱلنَّاسِۗ وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلۡمُحۡسِنِينَ. ( آلِ عِمۡرَانَ: ١٣٣- ١٣٤ )
“Dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa, (Yaitu) orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan”. (Ali Imran: 133-134)
Baca Juga: 3 Unsur dalam Jiwa Manusia yang Menentukan Keshalihannya
Keshalihan Suami Istri Syarat Keharmonisan
Sebaliknya Allah akan menutup jalan kebaikan dan kebenaran kepada orang yang tidak shaleh yang menjauh dari hidayah sehingga menjadi orang yang ingkar dan sesat.
Suami istri jika tidak shaleh dan sesat maka mereka membenci kebaikan, menyukai kemaksiatan, tidak mampu mengendalikan emosi dan mudah untuk saling menyakiti. Allah berfirman:
أَتُرِيدُونَ أَن تَهۡدُواْ مَنۡ أَضَلَّ ٱللَّهُۖ وَمَن يُضۡلِلِ ٱللَّهُ فَلَن تَجِدَ لَهُۥ سَبِيلٗا. (النِّسَاءِ: ٨٨)
“Apakah kamu ingin memberi petunjuk kepada orang yang telah disesatkan oleh Allah? Barang siapa disesatkan oleh Allah, kamu tidak akan mendapatkan jalan (untuk memberi petunjuk) baginya.” (An-Nisa: 88)
Keshalehan yang dimiliki suami istri dapat membuat mereka merasa takut berbuat maksiat sebab mereka takut terhadap murka dan adzab Allah, dan takut akan berakibat buruk pada pribadi, pasangan dan keluarga.
Sehingga mereka sangat berhati-hati dalam berprilaku kepada pasangan dan selalu berusaha bisa membahagiakannya serta menjauhi perbuatan dosa.
Umar bin Khattab berkata, “Menjauhi perbuatan dosa itu lebih ringan daripada menanggung rasa sakit dari sebuah penyesalan.”
Jika di masa,lalu telah melakukan perbuatan terlarang dan berdosa, maka segeralah bertaubat dan berubahlah menjadi pribadi yang lebh baik.
Dengan demikian maka akan berubah dari pribadi yang kelam menjadi pribadi yang bercahaya.
Umar bin Khattahab berkata, “Terkadang, orang dengan masa lalu yang paling kelam bisa menciptakan masa depan yang paling cerah.”
Abu Bakar berkata, “Jadilah seperti pohon kayu yang lebat buahnya, tumbuh di tepi jalan. Dilempar buahnya dengan batu, tetapi tetap dibalas dengan buah.”
Jagalah keshalehan dengan cara rajin mendalami pemahaman terhadap nilai-nilai Islam agar bisa terus menambah ilmu untuk semakin banyak diamalkan sehingga menjadi pribadi yang semakin menyenangkan pasangan.
Muadz bin Jabal berkata, “Ilmu itu sebagai penghibur ketika sepi, dan teman di saat keterasingan, kawan bicara di saat sendirian, petunjuk pada saat senang maupun susah, senjata atas para musuh, dan hiasan di antara para sahabat.”
Muadz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu berkata, “Ilmu itu sebagai penghibur ketika sepi, dan teman di saat keterasingan, kawan bicara di saat sendirian, petunjuk pada saat senang maupun susah, senjata atas para musuh, dan hiasan di antara para sahabat.”