Berdakwah sampai ke Pulau
Dulu, dengar kepulauan seribu seperti mendengar dongeng. Hanya lihat di peta, banyak sekali pulau-pulau kecil yang letaknya tidak jauh dari Teluk Jakarta ini.
Tidak terbayang suatu saat saya akan mengunjungi beberapa pulau disini. Alhamdulillah, puluhan tahun kemudian, Dakwah-lah yang membawa saya bisa menyapa warga di pulau yang berpenduduk sekitar 23 ribu jiwa ini.
Tahun 2003 pertama kali saya ke Pulau Bidadari membawa serta rombongan guru dan staf PGTKI BIK dan beberapa anak yang masih kecil-kecil (ismail 10 Thn, Yusuf 9 Th, Rosyad 7 Th, Himmah 4 Th).
Waktu itu pantainya masih relatif bersih, anak-anak bisa berenang dan membuat mainan dari pasir. Belakangan saya dengar pantai pulau Bidadari mulai tercemar.
Sudah berganti-ganti gubernur, baru di masa Fauzi Bowo warga pulau dapat menikmati listrik di siang hari. Sebelumnya warga pulau hanya bisa menikmati listrik di malam hari dengan memggunakan genset.
Kini, beberapa pulau di Kep.Seribu sudah menjadi milik orang-perorang. (data bisa dikonfirm ke Pemda). Entah bagaimana peraturan UU-nya.
[gambar1]
Bersyukur pada Allah, saya diberi kesempatan menyapa ibu-ibu warga kep.Seribu. Mengajak mereka untuk menjadikan bulan Ramadhan sebagai sarana berinteraksi dengan Al-Qur’an.
Semoga kelak nasib warga pulau lebih baik, anak-anak semuanya dapat mengenyam pendidikan sampai ke tingkat perguruan tinggi. Tidak ada lagi seperti sekarang, ibu-ibu yang masih usia muda (sekitar 30-an tahun) hanya sekolah sampai SD.
Kep.Seribu bisa jadi cermin kondisi rakyat di pesisir dan pulau terpencil lainnya. Bagaimana mungkin akan meningkat kualitas SDM Indonesia jika ayah dan ibunya tidak mendapatkan pendidikan yang layak. Semoga lahir pemimpin yang memikirkan nasib rakyat kecil , mencintai dan mensejahterahkan semua rakyatnya, serta menjaga kedaulatan negara kesatuan RI.
Catatan Ustazah Wiwi Wirianingsih di akun Facebook pada 30 April 2018 Pukul 14.29