SETIAP tanggal 25 Januari, Indonesia merayakan Hari Gizi Nasional dalam upaya perbaikan gizi masyarakat. Pada peringatan Hari Gizi Nasional 2023 ini menjadi momentum yang tepat bagi seluruh pihak untuk terlibat dalam pembangunan masyarakat yang sehat.
Khususnya bagi ibu dan anak, yang merupakan sasaran dalam strategi penurunan prevelensi stunting pada balita.
Stategi ini dilakukan untuk mencapai Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2020-2024 dalam bidang kesehatan.
Hari Gizi Nasional tahun ini mengangkat tema ‘Protein Hewani Cegah Stunting’ sebagai bukti bahwa protein hewani berkorelasi untuk mencegah stunting.
Baca Juga: Pendekatan Gizi Spesifik untuk Turunkan Angka Stunting di Indonesia
Hari Gizi Nasional 2023 Angkat Tema ‘Protein Hewani Cegah Stunting’
Menurut laporan dari Kementerian Kesehatan RI, angka stunting di Indonesia masih tinggi yaitu 24,4 persen berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021, walaupun terjadi penurunan dari tahun sebelumnya yaitu 27,7 persen pada SSGI tahun 2019.
Masih butuh upaya yang lebih besar lagi untuk mencapai target penurunan stunting pada tahun 2024 sebesar 14 persen.
Tren data SSGI 2019-2021, menunjukkan stunting terjadi sejak sebelum lahir, dan meningkat paling banyak pada rentang usia 6 bulan 13,8 persen ke 12 bulan 27,2 persen (SSGI 2019).
Dari data tersebut dapat terlihat pentingnya pemenuhan gizi ibu sejak hamil, menyusui dan gizi pada MPASI balita.
Bagi ibu maupun calon ibu, memperhatikan asupan gizi yang masuk ke dalam tubuh dapat membantu mencegah stunting saat bayi lahir.
Stunting pada bayi dapat terjadi akibat kekurangan gizi dan anemia saat ibu masih remaja sampai saat kehamilan.
Selanjutnya, asupan gizi bagi ibu menyusui tidak kalah penting untuk memastikan kualitas ASI yang menjadi satu-satunya sumber asupan gizi pada enam bulan pertama dengan ASI eksklusif atau ASI saja yang diberikan on demand.
Bagi bayi yang baru lahir, mendapat Inisiasi Menyusui Dini (IMD) merupakan proses yang sangat penting untuk meningkatkan imunitas bayi karena bayi memperoleh kolustrum yang kaya antibodi. Selain itu, IMD, juga dapat meningkatkan bonding ibu dan bayi.
Saat bayi telah memasuki masa pemberian MPASI, penting bagi bayi untuk mendapatkan MPASI yang adekuat pada enam sampai 23 bulan.
Rendahnya asupan makanan sumber protein hewani dalam MPASI menjadi penyebab meningkatnya kemungkinan angka stunting.
Protein hewani penting dalam penurunan stunting, berdasarkan studi yang dilakukan oleh Headey et.al (2018) menyatakan bahwa ada bukti kuat hubungan antara stunting dan indikator konsumsi pangan berasal dari hewan, seperti telur, daging/ikan dan susu atau produk olahannya (keju, yogurt, dll).
Penelitian tersebut juga menunjukan konsumsi pangan berasal dari protein hewani lebih dari satu jenis lebih menguntungkan daripada konsumsi pangan berasal dari hewani tunggal.
Sementara itu berdasarkan data Food and Agriculture Organization (FAO) tahun 2019 menunjukkan konsumsi telur, daging, susu dan produk turunannya di Indonesia termasuk yang rendah di dunia. [Ln]