USTAZ, lebih penting mana, ibadah atau merawat anak? Menjaga bayi atau tadarusan alquran? Ada tetangga saya yang menelantarkan anaknya karena selalu ingin tadarusan alquran.
Anaknya selalu dititipkannya ke tetangganya dan saat anaknya butuh perhatian, malah tidak dihiraukannya dan malah memukulnya.
Konsultan Ahli Syaria Consulting Center Ustazah Husna Hidayati, M.H.I. menjelaskan, tugas kaum ibu, sungguh suatu tugas yang tidak ringan.
Allah Subhanahu wa taala telah menentukan kodrat wanita yang berat itu. Secara fisik dan rohani memang wanita dipersiapkan memiliki kesanggupan.
Wanita sebagai ibu adalah pendidik paling utama bagi manusia. Seorang ibu yang ideal tidak sekadar dapat mengandung, namun seorang ibu harus berkualitas.
Anak-anak mereka tidak cukup dijamin kebutuhan jasmaninya, namun rohaninya juga lebih penting.
Di dalam rumah, siapakah yang mempunyai banyak waktu untuk anak- anak? Siapakah yang lebih mempunyai pengaruh terhadap anak-anak?
Siapakah yang lebih dekat kepada anak-anak? Tidak lain adalah ibu-ibu mereka.
Seorang ibu merupakan seseorang yang senantiasa diharapkan kehadirannya bagi anak- anaknya, apalagi dalam hal pendidikan bagi anaknya sebagaimana diungkap dalam sebuah frasa.
“Al-Ummu madrasatul ula, iza adadtaha adadta syaban thayyiba! araq”.
Artinya: Ibu adalah madrasah (sekolah) pertama bagi anaknya. Jika engkau persiapkan ia dengan baik, maka sama halnya engkau persiapkan bangsa yang baik pokok pangkalnya.
Baca Juga: Tips Merawat Anak Penyandang Autisme
Lebih Penting Mana, Ibadah atau Merawat Anak?
Ibu disebut madrasatul ula berarti sebagai sekolah utama dan pertama bagi seorang anak.
Orang pertama menemani hidup seorang anak, seorang ibu memberikan pengajaran dan pembangun pondasi diri anak.
Ibu menjadi guru pertama bagi anaknya, ia juga mengajarkan budi pekerti dari sejak dini, saat seorang anak ada dalam bimbingannya sedari kecil. Oleh karena itu, jasa ibu sangatlah besar.
Seorang ibu dapat menjadikan anak- anaknya menjadi orang yang baik sebagaimana seorang ibu bisa menjadikan anaknya menjadi orang yang jahat.
Baik buruknya seorang anak, dapat dipengaruhi oleh baik atau tidaknya seorang ibu yang menjadi panutan anak-anaknya.
Anak merupakan bagian yang tak terpisahkan dari ibunya. Juga, anak merupakan darah darah kedua orang tuanya.
Selain itu, anak mempunyai hak-hak yang merupakan kewajiban orang tuanya, terutama ibunya, untuk menunaikan hak-hak tersebut.
Jadi, bukan hanya anak yang mempunyai kewajiban atas orang tua, tetapi orang tua pun mempunyai kewajiban atas anak.
Kewajiban yang utama dari seorang ibu adalah merawat anak-anaknya.
Jadi, seorang ibu tidak boleh begitu saja meninggalkan kewajibannya mengasuh anaknya dengan alasan ingin beribadah yang lain.
Karena ketahuilah mengasuh dan mendidik anak adalah tugas utama seorang ibu.
Sesekali, seorang ibu boleh menitipkan pengasuhan anaknya pada orang lain yang amanah dan dapat dipercaya.
Akan tetapi, hal ini tidak dapat dilakukan terus menerus dengan alasan ibunya ingin banyak membaca alqur’an.
Anak merupakan bagian yang tak terpisahkan dari ibunya.
Anak merupakan darah darah kedua orang tuanya. Anak mempunyai hak-hak yang merupakan kewajiban orang tuanya, terutama ibunya, untuk menunaikan hak-hak tersebut.
Jadi bukan hanya anak yang mempunyai kewajiban atas orang tua, tetapi orang tua pun mempunyai kewajiban atas anak.
Seorang wanita akan merasa sempurna jika telah menjadi istri.
Seorang istri akan merasa sempurna jika ia telah menjadi seorang ibu dan seorang ibu akan merasa lebih bahagia jika ia dapat melayani suaminya, merawat, mendidik serta melihat tumbuh kembang anaknya sendiri.
Semua itu bisa dilakukan jika wanita itu menghayati peran besarnya menjadi ibu rumah tangga.
Awal mula tumbuhnya generasi baru adalah dalam asuhan para wanita, yang ini semua menunjukkan mulianya tugas kaum wanita dalam (upaya) memperbaiki masyarakat.
Makna inilah yang diungkapkan seorang penyair dalam bait syairnya:
“Ibu adalah sebuah madrasah (tempat pendidikan) yang jika kamu menyiapkannya Berarti kamu menyiapkan (lahirnya) sebuah masyarakat yang baik budi pekertinya”
Wallaahu a’lam. Semoga Allah memudahkan dan membimbing setiap langkah serta ikhtiar kita.[ind]
Sumber: Sharia Consulting Center (SCC)