HUKUM meng-qadha shalat sunnah fajar/qabliyah subuh setelah waktu subuh. Ustaz, izin bertanya. Kalau kita bangun kesiangan jam 6 pagi (hampir sama dengan waktu syuruq), apakah tetap boleh mengerjakan shalat fajar/shalat qobla shubuh sebagai bagian dari kebiasaan? Dan bagaimana hukumnya ya Ustaz?
Baca Juga: Shalat Subuh Kesiangan
Hukum Shalat Sunnah Fajar setelah Waktu Subuh
Oleh: Ustaz Farid Nu’man Hasan
Meng-qadha shalat sunnah fajar, atau qabliyah subuh, yaitu dilakukan setelah subuh adalah benar adanya. Bahkan walau dia lakukan di saat bangun kesiangan.
Hal itu berdasarkan beberapa hadits, kami sampaikan dua saja.
Hadits Pertama:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ لَمْ يُصَلِّ رَكْعَتَيْ الْفَجْرِ فَلْيُصَلِّهِمَا بَعْدَ مَا تَطْلُعُ الشَّمْسُ
Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang belum melaksanakan shalat dua rakaat (sunnah) fajar, maka shalatlah kedua rakaat itu sampai tebitnya matahari.” [1]
Imam At Tirmidzi Rahimahullah berkata:
وقد روي عن ابن عمر أنه فعله والعمل على هذا عند بعض أهل العلم وبه يقول سفيان الثوري وابن المبارك والشافعي وأحمد وإسحق
“Telah diriwayatkan dari Ibnu Umar bahwa dia melakukannya. Sebagian ulama telah mengamalkan hadits ini dan inilah pendapat Sufyan At Tsauri, Ibnul Mubarak, Asy Syafi’i, Ahmad, dan Ishaq.” [2]
Imam Asy Syaukani menulis dalam Nailul Authar sebagai berikut:
وَقَدْ ثَبَتَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَضَاهُمَا مَعَ الْفَرِيضَةِ لَمَّا نَامَ عَنْ الْفَجْرِ فِي السَّفَرِ
“Telah tsabit (kuat) bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam telah meng-qadha keduanya (shalat sunah fajar) bersama shalat wajib (subuh) ketika ketiduran saat fajar dalam sebuah perjalanan.”
Tentang hadits Imam At Tirmidzi di atas, Imam As Syaukani berkata:
وَلَيْسَ فِي الْحَدِيثِ مَا يَدُلُّ عَلَى الْمَنْعِ مِنْ فِعْلِهِمَا بَعْد صَلَاةِ الصُّبْحِ
“Pada hadits ini tidaklah menunjukkan larangan untuk melaksanakan dua rakaat tersebut setelah shalat subuh.” [3]
Baca Juga: Rasul Selalu Shalat Sunnah Fajar
Hadis Kedua:
Hadis yang paling jelas tentang qadha shalat sunah fajar adalah riwayat tentang Qais bin Umar bahwa beliau shalat subuh di masjid bersama Rasulullah, sedangkan dia sendiri belum mengerjakan shalat sunah fajar.
Setelah selesai shalat subuh, dia berdiri lagi untuk shalat sunah dua rakaat. Nabi shallallahu alaihi wa sallam berjalan melewatinya dan bertanya:
مَا هَذِهِ الصَّلَاةُ فَأَخْبَرَهُ فَسَكَتَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمَضَى وَلَمْ يَقُلْ شَيْئًا
“Shalat apa ini?, maka dia menceritakannya. Lalu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam diam, dan berlalu tanpa mengatakan apa-apa.” [4]
Hadis ini menunjukkan orang tersebut shalat sunnah fajar setelah shalat subuh, dan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam membiarkannya. Syaikh Sayyid Sabiq Rahimahullah menjelaskan:
وظاهر الاحاديث أنها تقضى قبل طلوع الشمس وبعد طلوعها، سواء كان فواتها لعذر أو لغير عذر وسواء فاتت وحدها أو مع الصبح
“Secara zhahir, hadis-hadis ini menunjukkan bahwa mengqadha shalat sunah fajar bisa dilakukan sebelum terbit matahari atau setelahnya.
“Sama saja, baik terlambatnya karena adanya uzur atau selain uzur, dan sama pula baik yang luput itu shalat sunah fajar saja, atau juga shalat subuhnya sekaligus.” [5]
Syaikh Abul Hasan Al Mubarkafuri Rahimahullah menjelaskan:
وقال ابن الملك: سكوته يدل على قضاء سنة الصبح بعد فرضه لمن لم يصلها قبله. وبه قال الشافعي – انتهى. وكذا قال الشيخ حسين بن محمود الزيداني في المفاتيح حاشية المصابيح، والشيخ علي بن صلاح الدين في منهل الينابيع شرح المصابيح، والعلامة الزيني في شرح المصابيح
Berkata Ibnu Al Malak: “Diamnya nabi menunjukkan bolehnya meng-qadha shalat sunah subuh setelah ditunaikan kewajiban subuhnya, bagi siapa saja yang belum melakukannya sebelumnya. Ini adalah pendapat Asy Syafi’i. Selesai.
Demikian juga pendapat Syaikh Husein bin Mahmud Az Zaidani dalam kitab Al Mafatih Hasyiah Al Mashabih, Syaikh ‘Ali bin Shalahuddin dalam kitab Manhal Al Yanabi’ Syarh Al Mashabih, dan juga Al ‘Allamah Az Zaini dalam Syarh Al Mashabih.” [6]
Baca Juga: Bangun Kesiangan, Harus Tetap Shalat Subuh
Kesimpulan Hukum Shalat Sunnah Fajar setelah Waktu Subuh
– Boleh meng-qadha shalat sunnah fajar dilakukan setelah subuh
– Boleh pula jika bangun kesiangan subuh tetap melakukan shalat sunnah fajar, lalu shalat subuhnya. Kesiangan bangun tidaklah menganulir kesunnahan shalat qabliyah subuh (shalat sunnah fajar)
– Hanya saja yang seperti ini tidak boleh menjadi kebiasaan, dan berlaku bagi mereka yang sudah terbiasa shalat sunnah fajar.
Demikian. Wallahu a’lam.[ind]
Notes:
[1] HR. At Tirmidzi No. 423. Syaikh Al Kasymiri mengatakan: dishahihkan oleh Adz Dzahabi. (Faidhul Bari, 2/160)
[2] Sunan At Tirmidzi, penjelasan hadits No. 423
[3] Imam Asy Syaukani, Nailul Authar, 3/25
[4] HR. Ahmad No. 23761, Abdurazzaq dalam Al Mushannaf No. 4016, Alauddin Al Muttaqi Al Hindi dalam Kanzul ‘Ummal No. 22032, Syaikh Sayyid Sabiq Rahimahullah berkat: “Berkata Al ‘Iraqi: sanadnya hasan.” (Fiqhus Sunnah, 1/187). Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan: hadits ini mursal (terputus sanadnya pada generasi sahabat), namun semua perawinya tsiqaat. Lihat Ta’liq Musnad Ahmad No. 23761.
[5] Syaikh Sayyid Sabiq, Fiqhus Sunnah, 1/187
[6] Syaikh Abul Hasan Al Mubarkafuri, Mir’ah Al Mafatih, 3/465