AMALAN-AMALAN pada bulan Muharram, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam menyunnahkan kita untuk melaksanakan puasa Asyura, yaitu puasa yang paling utama setelah puasa Ramadan.
Ustaz Faisal Kunhi, M.A. menjelaskan, dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ وَأَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلاَةُ اللَّيْلِ
“Puasa yang paling utama setelah (puasa) Ramadan adalah puasa pada bulan Allah – Muharram. Sementara shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat malam.” (HR. Muslim no. 1163).
Muharram disebut dengan syahrullah, “bulannya Allah“; ini menunjukkan betapa mulianya bulan ini.
Sungguh tidak sebuah kata yang bersandingan dengan nama Allah kecuali sesuatu itu begitu tinggi nilainya di sisi Allah subhanahu wata’ala.
Berpuasa pada tanggal 10 Muharram atau pada hari Asyura akan mengugurkan dosa-dosa kecil kita menurut Imam Nawawi, namun diharapkan dosa besarpun bisa menjadi ringan karena amalan tersebut atau bisa meninggikan derajatnya.
Baca Juga: 5 Alasan Bulan Muharram bukan Bulan Pembawa Sial
Amalan-amalan pada Bulan Muharram
Dari Abu Qotadah Al Anshoriy, dia berkata,
وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَرَفَةَ فَقَالَ « يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ وَالْبَاقِيَةَ ». قَالَ وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَاشُورَاءَ فَقَالَ « يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ
“Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam ditanya mengenai keutamaan puasa Arafah? Beliau menawab, ”Puasa Arafah akan menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang.”
Beliau juga ditanya mengenai keistimewaan puasa ’Asyura? Beliau menjawab, ”Puasa ’Asyura akan menghapus dosa setahun yang lalu.” (HR. Muslim no. 1162).
Hari Asyura memilki keutamaan yang sangat agung dan kehormatan yang telah berjalan lama. Berpuasa pada hari itu adalah keutamaaan yang dikenal oleh para nabi.
Dari Abu Hurairah, Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
يوم عاشوراء كانت تصومه الأنبياء فصوموه أنتم
“Hari Asyura adalah hari berpuasanya para nabi, maka berpuasalah kalian pada hari itu.” (Diriwayatkan oleh Baqi bin Mukhallad dalam kitab Musnad)
Ahli kitab dan kaum Quraisy pada zaman jahiliyah juga pernah melakukan puasa tersebut. Dalham bin Shalih mengatakan, “Aku bertanya kepada Ikrimah, apakah keutamaan hari Asyura? beliau menjawab,
‘Pada zaman jahiliyah, kaum Quraisy pernah melakukan perbuatan dosa, lalu hal itu membuat mereka tertekan. Mereka pun bertanya cara bertaubat dari dosa tersebut dan dijawab, ‘Puasa Asyura’“.
Baca Juga: Bulan Muharram dan Keutamaannya
Puasa Hari Asyura
Ibnu Rajab berkata dalam kitab “Lathoiful Ma’arif” bahwa ada empat keadaan ketika Nabi Shallallahu alaihi wa sallam melaksanakan puasa hari Asyura.
Pertama: Nabi shallahu alahi wa sallam, pernah melakukan puasa hari Asyura di Mekkah dan beliau tidak memerintahkan manusia untuk melakukannya.
Dalam shahih Bukhari disebutkan bahwa Rasulullah shallahu alahi wa sallam bersabda,
من شاء فليصم ومن شاء أفطر
“Bagi siapa yang mau, maka hendaklah ia berpuasa dan bagi yang mau, maka ia juga boleh berbuka.” (HR. Bukhari)
Kedua: Pada saat Nabi shallahu alahi wa sallam datang ke kota Madinah, beliau melihat ahli kitab juga berpuasa pada hari tersebut sebagai penghormatan mereka terhadapnya;
oleh karena itu, beliau ingin menyamai mereka pada perkara yang tidak terlarang, lalu beliau melakukannya dan memerintahkan manusia untuk itu.
Kemudian, beliau mempertegas dalam memerintahnya dan menganjurkan para sahabat juga untuk mengajak anak-anak mereka untuk berpuasa.
Ketiga: Ketika puasa Ramadhan diwajibkan, maka Nabi shallahu alahi wa sallam tidak memerintahkan para sahabatnya untuk berpuasa pada hari Asyura.
Ibnu Abbas radhiyallahu anhu berkata: Nabi shallahu alahi wa sallam pernah melakukan puasa Asyura dan memerintahkan manusia untuk melakukannya, tetapi pada saat puasa Ramadan diwajibkan,
maka beliau meninggalkan hal tersebut. Abdullah tidak melakukannya, kecuali hanya untuk mengikuti puasa beliau (Muttafaq ‘alaih).
Keempat: Nabi shallahu alahi wa sallam bertekad pada akhir hidupnya untuk tidak berpuasa hari Asyura secara tersendiri, tetapi ditambah dengan hari yang lain dalam rangka menyelisihi Ahli kitab dalam hal berpuasa.
Dalam riwayat Ibnu Abbas radhiyallahu anhu berkata, Rasulullah shallahu alahi wa sallam bersabda:
لئن بقيت إلى قابل لأصومن التاسع
“Jika aku masih hidup sampai tahun depan, niscaya aku pasti berpuasa pada hari kesembilan. (di bulan Muharram).” ( HR. Muslim)
Dalam riwayat lain dari Ibnu Abbas, Nabi shallahu alahi wa sallam bersabda,
صوموا يوم عاشوراء وخالفوا اليهود صوموا قبله يوما وبعده يوما
“Berpuasalah kalian di hari asyura dan berbedalah dengan kaum Yahudi, berpuasalah kalian sehari sebelumnya dan sehari sesudahnya .” (HR. Ahmad)
Semoga Allah menguatkan niat kita dan memberikan kita usia untuk bisa beramal shalih lebih banyak di bulan yang mulia ini.[ind]