WAHAI suami istri, cobalah mengerti tujuan pernikahan ini ditulis oleh Ustaz dan Motivator Satria Hadi Lubis.
Cobalah mengerti bahwa tujuan pernikahan yang utama bukan untuk mendapatkan keturunan dan kesenangan, tapi untuk menyempurnakan ibadah kepada Allah Subhanahu wa taala.
Jangan sampai tujuan utama ini terpinggirkan karena rutinitas mengurus keluarga. Oleh karena itu, kesibukan utama suami isteri adalah menegakkan tauhid dan berdakwah kepada anggota keluarganya.
“Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;
penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan” (Qs. 66 ayat 6).
Cobalah mengerti bahwa misi pernikahan adalah keselamatan seluruh anggota keluarga di dunia dan akhirat. Jangan sampai ada salah satu anggota keluarga yang selamat di dunia, tapi hancur di akhirat (masuk neraka).
Oleh karena itu, kita perlu rutin menasihati tentang pentingnya misi ini pada anggota keluarga kita.
Kesedihan terbesar yang dapat dibayangkan sejak sekarang adalah ketika suami, isteri atau anak-anak kita ada yang tak bisa berkumpul di akhirat kelak.
“(Yaitu) surga ‘Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama orang-orang saleh dari bapak-bapaknya, istri-istrinya dan anak cucunya” (Qs. 13 ayat 23).
Cobalah mengerti bahwa kebanggaan suami isteri bukan karena mendapatkan harta, gelar, jabatan atau ketenaran, tetapi karena kesholihan anggota keluarganya.
Baca Juga: Suami Istri Selalu Tersenyum
Wahai Suami Istri, Cobalah Mengerti Tujuan Pernikahan
Belajarlah dari kisah Nabi Ya’qub alaihissalam yang menangis sampai matanya buta karena kedurhakaan (ketidaksholihan) anak-anaknya yang membuang Nabi Yusuf alaihissalam.
Walau akhirnya anak-anaknya bertaubat dan Nabi Yaqub alaihissalam dapat berkumpul kembali dengan anaknya, Nabi Yusuf alaihissalam, beliau tetap mewasiatkan kesholihan ini pada akhir hidupnya.
“Apakah kamu menjadi saksi saat maut akan menjemput Yakub, ketika dia berkata kepada anak-anaknya, “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?”
Mereka menjawab, “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu yaitu Ibrahim, Ismail dan Ishak, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami (hanya) berserah diri kepada-Nya” (Qs. 2 ayat 133).
Cobalah mengerti, setiap keluarga punya tawa dan tangisnya masing-masing. Jangan pernah membandingkan keluarga kita dengan keluarga orang lain, yang menyebabkan kita tergoda menceraikan pasangan.
Jangan kalah dengan tipu daya setan yang senang dengan makin banyaknya perceraian. Rawatlah apa yang sudah ada, yang sudah ditakdirkan Allah kepada kita.
Yakinlah…bahwa setiap keluarga pasti akan diuji dari arah yang berbeda-beda. Yakinlah…jika kita bersabar dan lulus dari ujian berkeluarga maka pahalanya amat besar.
“Wahai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap-siaga dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung” (Qs. 3 ayat 200).
Cobalah mengerti bahwa Allah Subhanahu wa taala memberikan cinta sejati kepada suami isteri ketika mereka sudah saling menerima kekurangan pasangannya (bukan berarti suami isteri berhenti untuk berubah makin baik).
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Ketahuilah…cinta sejati adalah cinta saling memberi, bukan saling menuntut. Cinta sejati adalah bahagia ketika pasangan kita bahagia. Langgeng dan menua bersama.
Visualisasinya seperti kakek nenek yang berjalan dengan saling menuntun di masa tuanya. Bayangkan itu adalah kita dengan pasangan kita.
Bukankah itu indah dan menjadi kenangan manis, bahkan sampai di alam kubur? Untuk rindu kembali bertemu di surga kelak?
“Dan, orang-orang yang berkata, “Wahai Robb kami, anugerahkanlah kepada kami penyejuk mata dari pasangan dan keturunan kami serta jadikanlah kami sebagai pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa” (Qs. 25 ayat 74).[ind]