SUAMI istri itu bisa dibilang sebagai wadah seribu satu ungkapan cinta. Dan interaksi itu harus dua arah, bukan dari satu pihak saja.
Adakalanya, suami atau istri merasa ragu. Apakah pasangannya mencintainya atau tidak. Dan menariknya, lama menikah dan jumlah anak tidak dianggap sebagai jaminan bahwa cinta memang telah bersemi.
Berikut ini ada lima ungkapan suami istri yang meyakinkan bahwa cinta mereka memang mantap, tidak perlu diragukan. Yaitu:
Satu, Nyatakan Cinta dengan Serius.
Hati orang itu tidak pernah terukur. Termasuk juga tentang ukuran cintanya. Apakah suami atau istri saya mencintai saya atau tidak.
Karena itu, jangan anggap sepele mengungkapkan rasa cinta. Karena cinta kadang tidak perlu penafsiran. Tapi sebuah ketegasan.
Ungkapkan rasa cinta dengan ucapan yang serius. Bahkan kalau perlu, dilakukan sesering mungkin. Jangan sampai hanya diucapkan sekali seumur hidup. Yaitu, hanya di malam pengantin baru.
Dua, Sesering mungkin Bersentuhan Fisik.
Suami istri itu seperti dua hati yang menyatu. Setelah hati menyatu, fisik dan jiwanya pun menyatu. Mirip seperti kaus kaki dan sepatu atau seperti sabun dan air. Keduanya selalu bersentuhan fisik.
Tentu tidak berarti bersentuhan di ruangan umum. Karena meskipun suami istri, ada batasan bersentuhan di ruang umum kecuali hal yang lazim. Seperti berpegangan tangan saat menyebrang jalan, dan lainnya.
Tapi ketika di ruangan pribadi, di dalam rumah atau di kamar, bersentuhan harus dilakukan sesering mungkin. Tentu dalam arti yang wajar. Misalnya duduk berdekatan, saling membelai, dan lainnya.
Hal ini akan memastikan dua pihak bahwa mereka dalam ikatan cinta. Dan cinta bisa dimaknai sebagai keinginan untuk selalu bersentuhan fisik dan hati.
Tiga, Saling Bertatapan.
Tatapan juga menunjukkan fokus pikiran seseorang. Jika seseorang suka dengan sebuah film misalnya, tatapannya akan tetap tertuju pada layar tivi meskipun di sekitarnya banyak kegiatan.
Begitu pun tatapan suami istri. Meskipun setiap hari bertemu, tatapan tetap perlu. Tatap wajah dan matanya ketika suami istri saling berbicara atau sekadar tersenyum.
Hal ini menunjukkan bahwa fokus pikiran dan hatinya memang ke pasangan di hadapannya. Bukan ke ‘dunia’ lain yang entah di mana.
Empat, Saling Menyimak.
Menyimak lebih tinggi peringkatnya dari sekadar mendengarkan. Karena menyimak juga menyertakan tatapan, ekspresi, reaksi, dan belaian.
Di pihak lain, orang akan merasa dihargai jika pembicaraan atau ekspresinya disimak pasangannya. Meskipun objek pembicaraannya bukan hal penting.
Lima, Pelayanan.
Pelayanan adalah melakukan sesuatu untuk kepuasan orang lain. Suami istri yang saling melayani mengoptimalkan energinya untuk memuaskan satu sama lain. Memuaskan tentu dalam arti umum.
Misalnya, istri yang memasakkan suami. Ia tidak masak sesuatu yang menurutnya lezat. Tapi lebih karena menurut suaminya lezat, meskipun ia tidak begitu suka.
Begitu pun dengan suami yang mengajak istrinya berbelanja ke pasar. Meskipun menurut suami, pasar sama sekali tidak menarik untuk dirinya. Terlebih pasar tradisional. [Mh]