ChanelMuslim.com- Lima tips bahagia suami istri. Nikah itu anugerah. Harus disyukuri dan dijaga kebahagiannya. Rumusnya nggak jelimet. Yang penting mau sabar.
Nikah itu nikmat Allah yang sangat besar. Ada nikmat duniawi, dan tentu saja nikmat akhirat yang sudah menanti.
Namun, tidak semua orang mampu meramu nikmat itu agar tetap bermutu. Padahal nikah bukan buat satu minggu. Tapi untuk jangka panjang, dari fase anak ke cucu.
Baca Juga: Teguran Pahit antara Suami Istri
Berikut ini lima tips sederhana agar nikmat nikah bisa terus terasa baru.
Satu, niatkan semua tentang nikah sebagai ibadah.
Jadikan ini dasar nikah yang penuh berkah. Niatkan dari awal bahwa semuanya demi meraih ridha Allah subhanahu wata’ala. Bukan semata-mata memenuhi kebutuhan biologis. Bukan pula tujuan duniawi lain.
Niat mulia ini juga dibingkai dengan syariat yang benar mengikuti sunnah Nabi. Mulai dari akad dan walimahnya, pemilihan calon yang mengikuti petunjuk Nabi, proses menuju nikah yang tidak pacaran, serta harapan untuk meraih ridha orang tua.
Dua, anggap yang lain jelek kecuali suami atau istri sendiri.
Salah satu kebaikan nikah adalah tumbuhnya sakinah. Dari segi bahasa, sakinah artinya menetap. Artinya, pilihan hati hanya kepada dia. Dialah yang paling istimewa, meski orang lain bilang beda.
Kalau ada pria atau wanita lain yang terlihat mempesona, dia jauh lebih mempesona. Carilah seribu satu alasan untuk memuji dia, dan carilah seribu satu alasan dari pria atau wanita lain yang bisa dicela.
Hal ini berlaku abadi. Tidak untuk satu atau dua tahun. Tapi terus hingga zaman anak dan cucu. Harapannya, kalau di masa dunia sudah tidak seperti dulu lagi, insya Allah, di akhirat bisa dimulai seperti awal lagi.
Inilah juga bagian doa kita: Ya Allah, bahagiakan hidup kami, di dunia dan juga di akhirat. Serta, jauhkan kami dari azab neraka.
Baca Juga: 8 Tips Membuat Anak Merasa Bahagia (bagian 2)
Tiga, fleksibel dengan hak dan kewajiban.
Secara umum, orang menganggap istri tugasnya tentang rumah tangga. Suami tugasnya mencari nafkah. Di antara dua kewajiban pokok itu, ada hak masing-masing.
Namun, rumah tangga bukan perusahaan atau kantor. Di mana trek jobdesnya begitu nempel dengan gaji dan tanggung jawab.
Rumah tangga bergulir mengikuti irama hidup. Ada saatnya bahagia, dan tidak jarang datang masa susah. Saat itulah, suami istri saling melengkapi, saling melindungi, dan saling memudahkan.
Jangan sampai ada suami yang cuek dengan anak nangis, padahal kesibukannya cuma pencet-pencet hape. Begitu pun dengan istri yang santai saja saat suami mengalami kebuntuan mencari kerja.
Jangan saling menunggu untuk menerima hak. Tapi, harus selalu ingin memulai dan mendahului.
Empat, tidak ada yang lebih mulia antara suami istri kecuali takwa.
Jangan pernah menghitung, membandingkan mana yang lebih berjasa dan mulia antara pria dan wanita. Pria dan wanita memiliki posisi penting untuk seimbangnya hidup. Termasuk dalam rumah tangga.
Tidak berarti bahwa suami lebih berjasa karena ia mencari nafkah. Begitu pun dengan posisi istri karena merasa paling berjasa untuk anak-anak mereka.
Kesetaraan ini akan memunculkan kesadaran untuk saling membantu. Hal ini pula yang menjadikan bangunan rumah tangga kokoh. Anak-anak pun akan menangkap aura kebersamaan dan kekompakan.
Baca Juga: Makna Senyum Suami Istri
Lima, jangan ada rahasia di antara keduanya.
Rahasia adalah hal pribadi yang tidak ingin terbuka. Selama rahasia bukan masa lalu yang buruk, baiknya terbuka. Dan kalau sudah terbuka, dari dan oleh suami istri, maka tidak lagi dikatakan rahasia.
Contoh tentang besaran gaji, apa yang ingin dibeli istri, apa yang disimpan suami, dan lain-lain. Hal kecil dan besar serba terbuka. Karena diawali dengan musyawarah sebagai langkah bersama.
Begitu pun dengan apa yang ada di ponsel suami istri. Tentang pertemanan, tentang bisnis, tentang belanja, tentang cita-cita, tentang hiburan, dan tentang-tentang yang lain yang bisa disembunyikan dalam ponsel.
Bahagianya suami istri yang terikat janji. Janji suci untuk selalu meraih ridha Ilahi. Dan janji untuk tidak saling menyakiti. Terutama di urusan hati. (Mh)