ORANG mengatakan, cinta saja tidak cukup, tapi haruskah ada alasan untuk mencintai? Tulisan ini menggambarkan bahwa alasan kecil untuk mengekspresikan cinta ternyata begitu berarti bagi seorang istri.
Suamiku berprofesi sebagai insinyur mesin, aku mencintainya karena sifatnya yang tegar, perasaan hangat dan nyaman saat aku bersandar di bahunya yang bidang.
Sekarang sudah tiga tahun kami menikah, aku harus mengakui, aku mulai lelah dengan semua ini. Alasan-alasanku mencintainya, sekarang telah berubah menjadi penyebab kelelahanku.
Aku perempuan yang sangat sentimental dan sangat sensitif tentang hubungan cinta dan perasaanku, aku sangat mendambakan momen-momen romantis dalam hidupku.
Suamiku adalah orang yang sangat berlawanan sifatnya denganku dan ketidakmampuannya membuat momen romantis dalam pernikahan kami, telah menghancurkan perasaan cintaku kepadanya.
Suatu hari, akhirnya aku memutuskan untuk menyatakan keputusanku kepadanya. Aku ingin bercerai.
“Kenapa??” tanyanya, kaget.
“Aku lelah. Enggak semua hal di dunia ini harus ada alasannya kan?!” jawabku.
Suamiku hanya diam semalaman, sepertinya ia tenggelam dalam pikirannya dan melamun sepanjang malam. Perasaan kecewaku hanya bertambah besar melihatnya seperti itu.
Baca Juga: Suami Istri Berjuang Meraih Kemenangan
Alasan untuk Mencintai
Di sana terlihat laki-laki yang bahkan tidak dapat mengekspresikan kekecewaannya, apa lagi yang aku harapkan dari dia?? Akhirnya suamiku bertanya kepadaku.
“Apa yang bisa aku lakukan untuk mengubah pikiranmu??”
Sepertinya, yang orang-orang bilang itu benar, susah untuk mengubah kepribadian seseorang, dan kurasa, aku telah kehilangan kepercayaan dan cintaku kepadanya.
Aku melihat dalam ke matanya, dan perlahan kujawab:
“Aku punya pertanyaan, kalau kamu bisa menjawabnya dan meyakinkanku, aku mungkin mengubah pikiranku.
Seandainya ada bunga yang terletak di tepi jurang, dan mengambilnya bisa membahayakan nyawamu, maukah kamu mengambilnya untukku??”
“Akan aku jawab besok,” jawabnya singkat.
Harapanku hancur mendengar jawabannya.
Keesokan harinya, aku terbangun dan dia sudah tidak ada. Kutemukan sepucuk surat dengan tulisan tangannya yang jelek, di bawah segelas susu di meja makan dekat pintu depan. Aku baca perlahan kata-katanya….
“Sayangku, aku tidak akan mengambil bunga itu untukmu, tetapi biarkan aku menjelaskan alasanku..”
Baru kalimat pertama, tapi kekecewaanku semakin bertambah padanya. Kulanjutkan membaca.
“… Ketika kamu menggunakan komputer, kamu selalu bermasalah dengan program-programnya, kemudian kamu menangis di depan monitor.
Aku harus menjaga jariku, jadi aku bisa tetap membantumu memperbaiki programnya.
Kamu selalu lupa membawa kunci pintu kalau keluar rumah, jadi aku harus menjaga kakiku untuk berlari pulang agar kamu bisa segera masuk ke dalam rumah.
Kamu suka jalan-jalan tapi kamu selalu tersasar di tempat yang baru, jadi aku harus menjaga mataku agar bisa memberitahu jalan yang benar.
Kamu selalu keram setiap bulan saat “teman baikmu” datang, jadi aku harus menjaga tanganku untuk mengelus perutmu dan meredakan rasa keram itu…”
Kamu selalu suka untuk tetap di rumah, dan aku khawatir kamu tidak memiliki teman. Jadi aku harus menjaga mulutku, agar bisa terus menceritakan cerita-cerita lucu untuk menghilangkan kebosananmu.
Kau selalu suka menatap komputer, dan itu buruk untuk matamu. Jadi aku harus menjaga mataku, agar kalau kita tua nanti, aku bisa membantu memotong kukumu,
dan membantumu menyibak ubanmu yang mengganggu, jadi aku bisa memegang tanganmu, sambil memandang pantai berdua.
Jadi kamu bisa menikmati sinar matahari, dan pasir yang indah… Jadi Aku bisa menceritakan kepadamu warna dari bunga-bunga, seperti rona wajahmu saat kamu masih muda….
Jadi sayangku, kecuali aku yakin ada orang lain yang bisa mencintaimu lebih dari aku…. Aku tidak bisa memetik bunga itu, dan mati.”
Air mataku mengalir membasahi suratnya, dan merusak tinta di tulisannya sepanjang aku membaca…
“Sekarang Kamu sudah selesai membaca jawabanku. Kalau kamu puas dengan jawabanku, tolong buka pintu depan, karena aku sedang berdiri menunggumu sambil membawa roti dan susu segar kesukaanmu…”
Aku bergegas menarik pintu, dan melihat wajahnya yang penasaran, memeluk erat botol susu dan roti dengan tangannya.
Sekarang aku sangat yakin, tidak ada orang yang bisa mencintaiku sebesar cintanya kepadaku dan aku memilih untuk tetap bersamanya, meninggalkan bunga-bunga yang aku inginkan di belakang…
Begitulah hidup ini.
Ketika seseorang dikelilingi oleh cinta, lama-lama perasaan bahagia itu pudar, dan dia tidak merasakan cinta sesungguhnya karena tertutup oleh kebosanan.
Cinta hadir dalam berbagai bentuk, bahkan dalam bentuk yang sangat kecil dan kadang tak terasa….
Bisa jadi, cinta hadir dalam bentuk yang sangat membosankan. Bunga-bunga dan momen romantis hanya hal yang bisa dilihat dari kekuatan cinta. Namun di balik itu semua, ada cinta yang sebenarnya..
Pandangi wajah pasanganmu jika engkau mulai merasa bosan. Pikirkan hal-hal yang membuatmu jatuh cinta.[ind]