SEORANG mahasiswa asal Kota Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) Muhammad Taqi Askari (19 tahun) yang dievakuasi akibat eskalasi Iran dan Israel mengambil mata kuliah kimia nuklir.
Lulusan Pesantren Darul Muttaqien Bogor itu kini tercatat sebagai mahasiswa Shahid Beheshti University di Provinsi Tehran, Iran.
Dia menjadi satu-satunya anak asli Tanjungpinang khususnya, dan Kepri pada umumnya yang menuntut ilmu jurusan kimia nuklir di Iran.
“Saya baru lima bulan kuliah di Iran, tapi masih kelas bahasa. Sekitar empat bulan lagi, baru mulai efektif kuliah jurusan kimia nuklir,” kata Askari saat dipulangkan dari Jakarta di Bandara Raja Haji Fisabilillah (RHF) Tanjungpinang, Rabu.
Baca juga: Film Dokumenter Mahasiswa UI Masuk Ajang Sony Future Filmmaker Awards 2025 di Los Angeles
Mahasiswa Tanjungpinang yang Dievakuasi dari Iran Mengambil Jurusan Kimia Nuklir
Askari tiba di Bandara RHF menggunakan pesawat Batik Air sekitar pukul 15.00 WIB, yang difasilitasi Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau (Pemprov Kepri).
Ia dijemput langsung kedua orang tuanya, beserta Plt Kepala Biro Umum Pemerintah Provinsi Kepri Sentot Faisal.
Askari bercerita bahwa ia mendapat beasiswa kuliah di Iran melalui Kedutaan Besar Iran di Jakarta, usai lulus pesantren. Dia dan keluarga hanya mengeluarkan uang akomodasi keberangkatan menuju negara tersebut.
Pria kelahiran tahun 2006 itu mengaku akan kembali berkuliah di Iran, setelah kondisi perang di negara itu membaik, sekaligus mendapat izin orang tua.
“Kenapa tertarik kuliah di Iran, karena jurusan kimia nuklir di sana sangat bagus, apalagi sejak pesantren saya memang menyukai pelajaran kimia, ujarnya.
Di Iran, Askari tinggal di asrama kampus Shahid Beheshti bersama puluhan mahasiswa dari berbagai negara.
Kendati berada di tengah-tengah perang Iran dan Israel, kondisi Askari dan teman-temannya relatif aman dan tidak terlalu terdampak dari perang tersebut.
“Alhamdulillah, kondisi kami sampai hari ini baik-baik saja, meskipun menyaksikan sendiri bagaimana perang berlangsung di Iran,” ucapnya.
Askari pun berterima kasih kepada KBRI di Iran yang telah mengevakuasi pemulangannya ke Indonesia, bersama 98 WNI/PMI dari Iran, dan 16 WNI/PMI dari Yaman, Kamis (26/6).
Apresiasi pun disampaikan kepada Pemprov Kepri melalui Biro Penghubung di Jakarta, karena telah melakukan pendampingan hingga memfasilitasi pemulangan menuju ke daerah asal, Tanjungpinang.
“Terima kasih kepada pemerintah, sehingga saya bisa pulang ke tanah air dan bertemu keluarga dengan aman dan selamat,” ucapnya.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Sementara, Yendri yang merupakan ayah dari Askari tak kuasa menyembunyikan rasa harunya saat menyambut kepulangan puteranya di Bandara RHF Tanjungpinang.
Yendri menyebut kerap berkomunikasi dengan Askari selama di Iran, termasuk dengan KBRI di Iran guna memastikan kondisi keamanan dan keselamatan anaknya itu.
“Alhamdulillah, selama lima bulan ini kami berkomunikasi terus, dan kondisi Askari baik-baik saja, sehingga kami tidak begitu khawatir di sini,” kata Yendri.
Plt Kepala Biro Umum Pemerintah Provinsi Kepri Sentot Faisal menyampaikan selama sekitar sepekan di Jakarta, Askari mendapat pendampingan di Biro Penghubung di Jakarta. Termasuk fasilitas pemulangan ke Tanjungpinang menggunakan pesawat.
“Sesuai arahan Gubernur Kepri Ansar Ahmad, kami melakukan penjemputan, pendampingan, dan memfasilitasi Askari selama di Jakarta hingga pulang ke Tanjungpinang,” kata Faisal. [Din]