ChanelMuslim.com- Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya. Itulah ucapan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang patut disimak.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
خيركم من تعلم القرآن وعلمه
“Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al-Qur`an dan mengajarkannya”. (HR. Bukhari)
Hadis yang diriwayatkan Imam Bukhari itu menunjukkan kemuliaan Al-Qur’an. Sehingga, orang yang belajar dan mengajarkannya merupakan orang paling mulia di antara umat Islam.
Namun begitu, tidak berarti bahwa yang dipelajari dan yang diajarkan tentang Al-Qur’an sebatas ilmu tajwid atau qira’ah saja. Padahal, ilmu tersebut adalah ilmu alat atau sarana untuk beribadah dengan baik melalui membaca Al-Qur’an.
Dampak dari kekeliruan tersebut bisa cukup fatal. Yaitu, merasa cukup mempelajari Al-Qur’an hanya bagaimana cara membacanya saja. Sementara tentang kandungannya terabaikan. Umat pun akhirnya hanya bagus dalam bacaan Al-Qur’an, tapi tidak memahami isi Al-Qur’an.
Kalau umat tidak memahami isi Al-Qur’an secara baik, maka mereka akan lebih tidak mampu lagi untuk mengamalkannya. Padahal, Al-Qur’an diturunkan sebagai petunjuk hidup umat manusia. Bukan sekadar bacaan saja.
Ilmu tentang Al-Qur’an jauh lebih luas dari itu. Setidaknya, meliputi tiga cakupan. Pertama, ilmu tentang tilawah yang akan bernilai ibadah ketika membacanya. Kedua, ilmu bagaimana memahami kandungan Al-Qur’an. Dan ketiga, ilmu bagaimana mengamalkannya.
Syaikh Muhammad Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah telah menjelaskan :
فالقرآن الكريم نزل لأمور ثلاثة: التعبد بتلاوته، وفهم معانيه والعمل به
“Al-Qur`an itu diturunkan untuk tiga tujuan: beribadah dengan membacanya, memahami makna dan mengamalkannya.”
Ibnul Qoyyim rahimahullah menjelaskan makna hadis di atas:
وتعلم القرآن وتعليمه يتناول تعلم حروفه وتعليمها , وتعلم معانيه وتعليمها
Mempelajari Al-Qur`an dan mengajarkannya mencakup: mempelajari dan mengajarkan huruf-hurufnya, serta mempelajari dan mengajarkan makna-maknanya.
وهو أشرف قسمي تعلمه وتعليمه , فإن المعنى هو المقصود , واللفظ وسيلة إليه ,
Mempelajari dan mengajarkan makna-maknanya merupakan amal yang paling mulia. Hal ini karena makna Al-Qur`an itulah yang menjadi tujuan, sedangkan lafadz Al-Qur`an adalah sarana untuk mencapai maknanya.
Dengan kata lain, para ulama menjelaskan bahwa yang dimaksud hadis tersebut dengan keutamaan mempelajari Al-Qur`an dan mengajarkannya mencakup dua hal sekaligus. Yaitu, tentang lafadz dan maknanya.
Memisahkan dua keutamaan itu tidak bisa dibenarkan. Baik hanya lafadznya saja, atau hanya maknanya tanpa mampu melafadzkannya dengan baik. Karena membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar bernilai ibadah di sisi Allah subhanahu wata’ala.
Dua sahabat Nabi yang dikenal sebagai ahli tafsir, Ibnu Mas’ud dan Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma, berpandangan bahwa orang yang membaca Al-Qur`an dengan tartil dan mentadabburi (merenungi) maknanya -walaupun sedikit jumlah Ayat Al-Qur`an yang dibacanya- lebih utama daripada orang yang cepat dalam membaca Al-Qur`an, meski banyak ayat yang dibacanya, tapi tanpa mentadabburi maknanya.
Syaikh Abdur Razzaq Al-Badr hafizhahullah menjelaskan tentang yang dimaksud sebagai Ahlul Qur’an:
فأهل القرآن هم العالمون به والعاملون بما فيه، لا بمجرد إقامة الحروف
“Ahlul Qur`an adalah mereka yang mengetahui maknanya dan mengamalkan isinya. Bukan hanya sekedar melafadzkan huruf-hurufnya dengan benar.”
[Mh/sumber: muslim.or.id]