ChanelMuslim.com – Jihad yang Paling Dicintai Allah, Oleh: Ustadz Faisal Kunhi MA
Hadits:
أَحَبُّ الِجهِاَدِ ِإلَى الله كَلِمَةُ حَقٍ تُقاَلُ لإِماَمٍ جَائِرٍ
Dari Abu Umamah ra, Nabi SAW bersabda: “Jihad yang paling disukai Allah adalah mengucapkn kalimat yang benar kepada pemimpin yang zhalim.” (HR. Nasa’i)
Penjelasan:
1. Memberikan nasihat, masukan dan kritik kepada pemimpin adalah kalimat yang paling dicintai Allah, karena jika baik pemimpin maka sejahteralah rakyat; sebaliknya jika pemimpin zhalim, maka rakyat berada dalam kesengsaraan.
Baca Juga: Kisah Abu Qudamah Menceritakan Pengalaman Jihad paling Mengagumkan (1)
Jihad yang Paling Dicintai Allah
2. Mengkritisi pemimpin adalah menolongnya agar tidak masuk kepada lubang yang sama dua kali; namun sayangnya kebanyakan pemimpin lebih suka kepada orang-orang yang selalu mengiyakannya.
3. Seorang pemimpin seharusnya senang ketika kebijakannya yang salah dikritisi, sebagaimana Umar bin Khattab, ia sangat menyukai nasihat yang ditujukan kepadanya, seraya berkata, “Bantulah saya dalam tugas saya menjalankan amar makruf naih munkar dan bekalilah saya dengan nasihat-nasihat saudara-saudara sehubungan dengan tugas yang dipercayakan Allah kepada saya demi kepentingan saudara-saudara sekalian.”
4. Selain nasihat, doa juga akan menjadi doa yang terbaik jika ia ditujukan untuk pemimpin.
Dari ‘Abdush Shomad bin Yazid Al Baghdadiy, ia berkata bahwa ia pernah mendengar Fudhail bin ‘Iyadh berkata,
لَوْ أنَّ لِي دَعْوَةٌ مُسْتَجَابَةٌ مَا صَيَّرْتهُا الا فيِ الاِمَامِ
“Seandainya aku memiliki doa yang mustajab, aku akan tujukan doa tersebut pada pemimpinku.”
Ada yang bertanya pada Fudhail, “Kenapa bisa begitu?”
Ia menjawab, “Jika aku tujukan doa tersebut pada diriku saja, maka itu hanya bermanfaat untukku. Namun jika aku tujukan untuk pemimpinku, maka rakyat dan negara akan menjadi baik.”
(Hilyatul Auliya’ karya Abu Nu’aim Al Ashfahaniy, 8: 77, Darul Ihya’ At Turots Al ‘Iroqiy).
5. Memberikan kritik kepada pemimpin hendaknya dengan cara-cara yang lembut dan konstrukstif, sebagaimana Allah tetap memerintahkan Musa dan Harun untuk menyampaikan kepada Fir’aun kata-kata yang santun, padahal Fir’aun telah mengaku dirinya sebagai Tuhan.
Allah SWT berfirman,
“Pergilah kamu berdua kepada Fir’aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas. Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan dia ingat atau takut” (QS. Thaha: 43-44). [Ln]