BERCERITA tentang apa tafsir surat Al-Kahfi ayat 1-5? Seperti diketahui, surat Al-Kahfi merupakan surat yang bagus dibaca pada hari Jumat. Terdapat banyak sekali keutamaan ketika kita membaca surat tersebut pada setiap malam Jumat. Salah satunya adalah diterangi oleh cahaya.
Namun, apakah kita sudah memahami surat tersebut dengan baik? Mari kita memahami surat tersebut melalui tafsir surat Al-Kahfi ayat 1-5 berikut ini.
Baca Juga: Dianjurkan Dibaca pada Malam Jumat dan Hari Jumat, ini Keutamaan Surat Al-Kahfi
Tafsir Surat Al-Kahfi Ayat 1-5
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْٓ اَنْزَلَ عَلٰى عَبْدِهِ الْكِتٰبَ وَلَمْ يَجْعَلْ لَّهٗ عِوَجًا ۜ
Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan Kitab Suci (Al-Qur’an) kepada hamba-Nya dan Dia tidak membuat padanya sedikit pun kebengkokan. (Al-Kahfi: 1)
Dalam tafsir Tahlili, dijelaskan bahwa pada ayat ini, Allah memuji diri-Nya, sebab Dialah yang menurunkan kitab suci Al-Qur’an kepada Rasul saw sebagai pedoman hidup yang jelas.
Melalui Al-Qur’an, Allah memberi petunjuk kepada kebenaran dan jalan yang lurus. Ayat Al-Qur’an saling membenarkan dan mengukuh-kan ayat-ayat lainnya, sehingga tidak menimbulkan keragu-raguan.
Nabi Muhammad yang menerima amanat-Nya menyampaikan Al-Qur’an kepada umat manusia, disebut dalam ayat ini dengan kata ‘hamba-Nya’ untuk menunjukkan kehormatan yang besar kepadanya, sebesar amanat yang dibebankan ke pundaknya.
قَيِّمًا لِّيُنْذِرَ بَأْسًا شَدِيْدًا مِّنْ لَّدُنْهُ وَيُبَشِّرَ الْمُؤْمِنِيْنَ الَّذِيْنَ يَعْمَلُوْنَ الصّٰلِحٰتِ اَنَّ لَهُمْ اَجْرًا حَسَنًاۙ
(Dia menjadikannya kitab) yang lurus agar Dia memberi peringatan akan siksa yang sangat pedih dari sisi-Nya dan memberi kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan kebajikan bahwa mereka akan mendapat balasan yang baik. (Al-Kahfi: 2)
Allah menerangkan bahwa Al-Qur’an itu lurus, yang berarti tidak cenderung untuk berlebih-lebihan dalam memuat peraturan-peraturan, sehingga memberatkan para hamba-Nya.
Namun, juga tidak terlalu singkat sehingga manusia memerlukan kitab yang lain untuk menetapkan peraturan-peraturan hidupnya. Al-Qur’an diturunkan kepada Muhammad agar beliau memperingatkan orang-orang kafir akan azab yang besar dari Allah, karena keingkaran mereka kepada Al-Qur’an.
Selain itu, juga memberikan kabar gembira kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh bahwa mereka akan memperoleh pahala yang besar dari-Nya, karena keimanan mereka kepada Allah dan rasul-Nya, serta amal kebajikan yang mereka lakukan selama hidup di dunia.
مّٰكِثِيْنَ فِيْهِ اَبَدًاۙ
Mereka kekal di dalamnya untuk selama-lamanya. (Al-Kahfi: 3)
Pahala yang besar itu tidak lain adalah surga yang mereka tempati untuk selama-lamanya, mereka tidak akan pindah atau dipindahkan dari surga itu, sesuai dengan janji Allah swt kepada mereka.
Firman Allah : وَتِلْكَ الْجَنَّةُ الَّتِيْٓ اُوْرِثْتُمُوْهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ ٧٢
Dan itulah surga yang diwariskan kepada kamu disebabkan amal perbuatan yang telah kamu kerjakan. (az-Zukhruf/43: 72)
وَّيُنْذِرَ الَّذِيْنَ قَالُوا اتَّخَذَ اللّٰهُ وَلَدًاۖ
(Dia menurunkan Al-Qur’an itu) juga agar Dia memberi peringatan kepada orang-orang yang berkata, “Allah mengangkat seorang anak.” (Al-Kahfi: 4)
Dalam ayat ini Allah kembali menyebutkan tugas Rasulullah untuk memberikan peringatan kepada kaum kafir, karena kekufuran mereka dipandang perkara besar oleh Allah, terutama orang-orang kafir yang mengatakan Allah itu mempunyai anak.
Mereka itu terbagi menjadi tiga golongan, yaitu: pertama, golongan musyrikin Mekah (Arab) yang mengatakan bahwa malaikat-malaikat itu putri Tuhan; kedua, golongan orang Yahudi yang mengatakan bahwa Uzair putra Tuhan; dan ketiga, golongan orang Nasrani yang mengatakan bahwa Isa putra Tuhan.
Al-Qur’an diturunkan ke dunia untuk mengembalikan kepercayaan umat manusia kepada tauhid yang murni. Banyak ayat-ayat yang mengancam berbagai kepercayaan kepada selain Allah yang dianggap sebagai keyakinan yang sangat keliru.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
مَّا لَهُمْ بِهٖ مِنْ عِلْمٍ وَّلَا لِاٰبَاۤىِٕهِمْۗ كَبُرَتْ كَلِمَةً تَخْرُجُ مِنْ اَفْوَاهِهِمْۗ اِنْ يَّقُوْلُوْنَ اِلَّا كَذِبًا
Mereka sama sekali tidak mempunyai pengetahuan tentang (hal) itu, begitu pula nenek moyang mereka. Alangkah besar (dosa) perkataan yang keluar dari mulut mereka. Mereka hanya mengatakan (sesuatu) kebohongan belaka. (Al-Kahfi: 5)
Anggapan mereka bahwa Allah mempunyai anak sama sekali tidak didasarkan atas pengetahuan dan keyakinan mereka sendiri, tetapi didasarkan atas persangkaan yang tidak benar atau taklid buta kepada nenek moyang mereka.
Padahal, nenek moyang mereka itu juga tidak mempunyai pengetahuan dan dasar keyakinan tentang kepercayaan yang demikian.
Sungguh terlalu jelek ucapan mereka itu, yang tidak lahir dari pikiran yang sehat, tetapi begitu saja keluar dari mulut yang lancang.
Allah menegaskan bahwa apa yang diucapkan mereka itu adalah kekafiran yang sangat besar, karena tidak didasarkan atas keyakinan, dan tidak patut diucapkan oleh seorang manusia.
Kelancangan mereka mengucapkan kalimat kufur itu ditegaskan Allah sebagai suatu kebohongan, yang tidak mengandung kebenaran.
Allah mengingatkan Rasul untuk memerintahkan kepada umatnya supaya kembali kepada agama tauhid, sebagaimana yang diajarkan Al-Qur’an.
Itulah tafsir surat Al-Kahfi ayat 1-5. Semoga dengan mengetahui tafsirnya, makin membuat kita semangat dalam membaca surat-surat Al-Qur`an. Aamiinn. [Cms]