SEMOGA kita tidak lupa, untuk apa kita diciptakan. Bukan untuk mengejar keinginan-keinginan diri dan mengejar cinta manusia, tapi sesuatu yang lebih bermakna.
Pada 6 September 2020, @gsatriaandika, menulis, kita tidak diciptakan untuk mengejar keinginan-keinginan diri dan mengejar cinta manusia sedemikian kerasnya,
kita tidak diciptakan untuk memenuhi ekspektasi manusia, dan kita tidak diciptakan untuk menjadi manusia yang bisa mengejar dan mengenggam dunia lalu mati.
Tidak, bukan itu tujuan kita diciptakan.
Allah Ta’ala berfirman,
“Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?” (QS. Al Mu’minun: 115).
Ibnu Qayyim Al Jauziyah rahimahullah berkata, “Apakah kalian diciptakan tanpa ada maksud dan hikmah, tidak untuk beribadah kepada Allah, dan juga tanpa ada balasan dari-Nya?” (Madaarijus Salikin, 1/98)
Allah Ta’ala berfirman,
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz Dzariyat: 56)
Jadi, beribadah kepada Allah Ta’ala adalah tujuan diciptakannya jin, manusia, dan seluruh makhluk. Makhluk tidak mungkin diciptakan begitu saja tanpa diberikan perintah dan tanpa diberikan larangan.
Baca juga: Ayat-Ayat Al-Quran Tentang Penciptaan Manusia
Semoga Kita Tidak Lupa, Untuk Apa Kita Diciptakan
Menjalani hidup yang sesuai ingin-Nya adalah bagian dari beribadah kepada-Nya.
”Afala Tatafakkarun” (apakah kamu tidak memikirkan),
”Afala Ta’qilun” (apakah kamu tidak menggunakan akalmu)
”Afala yatadabbarun al-Qur’an” (apakah kalian tidak mentadabburi Al-qur’an?)”
Menarik sekali redaksi yang digunakan untuk menyampaikan perintah berpikir itu. Redaksi “Apakah tidak”, merupakan bentuk kritisisme al-qur’an sebagai kalamullah yang lembut namun tajam.
Menyindir mereka yang diberi akal namun tidak mau berpikir, dan memperhatikan. Seakan-akan Allah Ta’ala mengatakan “kenapa kalian tidak berpikir.. berpikir atau pikirkanlah”
Manusia akan terus mendapatkan ujian dan musibah hingga kembali kepada Allah Ta’ala dalam keadaan bersih dari dosa, jika dijalani dengan kesabaran.
Sabar dalam taat, Sabar dalam menolak maksiat, dan sabar dalam musibah atau ujian.
Dunia bukanlah tujuan, bersabarlah sebagaimana sabarnya Ulul Azmi, sebagaimana sabarnya para pemilik azam yang kuat menuju Surga Allah. Bersabarlah terhadap ketetapan Allah. Dunia tidak lama, bukan tempat kita.
Wahai Dzat Yang Jiwa kami berada dalam genggaman-Mu, kokohkanlah kami di atas Islam dan ridha atas setiap ketetapan dari-Mu, sampai kami menemui-Mu.[ind]