MEMBIASAKAN tazkiyatun nafs atau menyucikan jiwa sangat baik dilakukan oleh setiap Muslim. Berikut sarana tazkiyatun nafs dijelaskan oleh Ustaz K.H. Iman Santoso, Lc., M.E.I.
Sarana Tazkiyatun Nafs yang Mudah Dilakukan
1. Ilmu
Ilmu adalah alat atau sarana yang digunakan untuk semua bentuk kebaikan, termasuk tazkiyatun nafs. Oleh karena itu, menyucikan jiwa tidak mungkin dilakukan tanpa ilmu.
Allah Ta’ala berfirman: “Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, tuhan) selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan.
Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal.” (QS Muhammad 19)
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS Al Mujadalah: 11)
مَن يُرِدِ الله به خَيراً يُفَقههُ في الدِّين
“Siapa yang Allah kehendaki baik, maka diberikan pemahaman yang mendalam dalam agama” (Muttafaqun alaihi)
Para ulama berbeda pendapat tentang prioritas antara ilmu, amal dan adab atau akhlak. Dalam kitab shahih Bukhari ada yang Bab Ilmu sebelum Amal dan Berkata.
Sebagian yang lain mengatakan adab sebelum ilmu. Itu semua benar. Akan tetapi, bukankah agar kita beradab dan berakhlak harus belajar dulu ilmu tentang adab dan akhlak?
Artinya ilmu adalah sarana agar kita dapat beramal dengan benar dan beradab dengan baik.
Baca Juga: Muslim Harus Tahu, Ini Pentingnya Melakukan Tazkiyatun Nafs
2. Amal Shalih
Amal shalih banyak sekali dan semuanya memberikan dampak yang sangat baik dalam tazkiyatun nafs. Di antara yang paling penting yaitu mengamalkan rukun Islam.
Syahadat menghapus dosa yang lalu sebelum Islam, mencegah perbuatan keji dan munkar, zakat menyucikan jiwa dan harta, puasa sebagai pengendali, dan haji menghapus dosa dan mengantarkan ke surga.
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, kelak Allah Yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang” (QS Maryam: 96)
“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan munkar.
Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan” (Al-Ankabuut 45).
الصِّيامُ جُنَّة، فلا يَرفُث ولا يَجهَل. وإِنِ امرُؤ قاتَلَهُ أو شاتَمَهُ، فليَقُل: إِني صائم -مرَّتين- والذي نفسي بيدِهِ، لَخُلُوفُ فمِ الصائمِ أطيبُ عندَ اللهِ مِن رِيحِ المسك، يَترُكُ طَعامَهُ وشَرابَهُ وشَهوتَهُ مِن أجلي، الصِّيامُ لي وأنا أجزي به، والحسَنةُ بعَشْرِ أمثالِها”
Puasa adalah perisai, jangan berkata kotor dan jangan berbuat jahil, jika seseorang memeranginya atau mencacinya, katakanlah, saya puasa–saya puasa.
Demi jiwaku yang ada pada Tangan-Nya, aroma mulut orang berpuasa lebih wangi di sisi Allah dari aroma misik, dia meninggalkan makannya, minumnya dan syahwatnya karena-Ku.
Puasa untuk-Ku dan Aku yang membalasnya. Setiap kebaikan sepuluh kali lipat kebaikan” (HR Bukhari)
3. Berteman dengan Orang Shalih
Berteman dengan orang yang shalih sangat penting untuk tazkiyatun nafs dan membentuk kepribadian muslim
Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar. (At-Taubah 119)
Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa. (Zuhruf 67)
عن أنس – رضي الله عنه – مرفوعاً: “مَثَلُ الجَلِيسِ الصَّالِحِ كَمَثَلِ العَطَّارِ، إِن لَمُ يُعطِكَ مِن عِطرِهِ أَصَابَكَ منْ رِيحِه”
“Perumpamaan teman yang baik, seperti penjual minyak wangi, jika tidak memberimu minyak wangi, engkau dapat wanginya.” (HR Abu Dawud dan Hakim)
Baca Juga: Tingginya Ilmu Akan Sia-Sia Tanpa Tazkiyatun Nafs
4. Pernikahan
Pernikahan memiliki pengaruh yang kuat untuk tazkiyatun nafs dengan menjaga syahwat dari yang diharamkan dan memilikis sifat ‘iffah, rahmah, sakinah, dan mendorong untuk beramal shalih.
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
يا معشرَ الشَّبَابِ، مَنِ استطاع مِنْكُمُ الباءةَ فليتزوج، فإنَّهُ أغضُّ للبصرِ، وأحصنُ للفرج،
ومن لم يستطيع فعليهِ بالصَّومِ؛ فإنَّهُ له وجَاء
“Wahai pemuda, siapa yang mampu di antara kalian, maka menikahlah, karena dapat menundukkan pandangan dan mejaga kemaluan, siapa yang belum mampu maka baginya puasa, karena dia adalah perisai”. (Muttafaqun ‘alaihi)
“إِذَا تَزوَّجَ العَبدُ فَقَدِ استَكمَلَ نِصفَ الدينِ، فَليتَّقِ الله فِي النصفِ الثاني
Jika seseorang menikah, maka telah sempurna setengah keimanannya, maka bertaqwalah pada setengah yang lain” (HR Baihaqi)
5. Senantiasa berinteraksi dengan Kitab dan Sunah
Interaksi dengan kitab Allah dan Sunah sangat menguatkan tazkiyatun nafs.
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman” (QS Yunus 57).
“Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (QS An-Nahl 89).
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِنَّ هَذَا الْقُرْآنَ مَأْدُبَةُ اللَّهِ فَتَعَلَّمُوا مِنْ مَأْدُبَتِهِ مَا اسْتَطَعْتُمْ إِنَّ هَذَا الْقُرْآنَ هُوَ حَبْلُ اللَّهِ وَالنُّورُ الْمُبِينُ وَالشِّفَاءُ النَّافِعُ عِصْمَةُ مَنْ تَمَسَّكَ بِهِ، وَنَجَاةُ مَنْ تَبِعَهُ لَا يَعْوَجُّ فَيُقَوَّمُ وَلَا يَزِيغُ فَيُسْتَعْتَبُ وَلَا
تَنْقَضِي عَجَائِبُهُ وَلَا يَخْلَقُ مِنْ كَثْرَةِ الرَّدِّ فَاتْلُوهُ، فَإِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يَأْجُرُكُمْ عِيَّ تِلَاوَتِهِ بِكُلِّ حَرْفٍ عَشْرَ حَسَنَاتٍ أَمَا إِنَّى لَا أَقُولُ الم وَلَكِنْ أَلِفٌ وَلَامٌ وَمِيمٌ ثَلَاثُونَ حَسَنَةً»
Dari Abdullah ra berkata, Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya Al-Qur’an ini adalah hidangan Allah, maka pelajarilah hidangan itu sekuat kemampuanmu.
Sesungguhnya Al-Qur’an ini adalah tali Allah, cahaya yang jelas, obat yang bermanfaat, dijaga orang yang berpegang teguh padanya, selamat bagi yang mengikutinya, tidak bengkok,
maka Al-Qur’an meluruskannya, tidak menyimpang maka diluruskannya, tidak berhenti keajaibannya, tidak rusak karena sering diulang.
Bacalah, karena Allah akan memberi pahala bagi yang membacanya setiap huruf sepuluh kebaikan, saya tidak mengatakan alif lam mim, tetapi alif lam mim tiga puluh kebaikan” (HR Hakim dan Al-Baihaqi)
Berkata Ibnu Mas’ud radhiyallahu anhu, “ Sesungguhnya Al-Qur’an ini adalah hidangan Allah, siapa yang bisa mempelajarinya silakan.
Sesungguhnya rumah yang kosong dari kebaikan adalah rumah yang tidak ada sesuatupun dari Al-Qur’an.
Dan rumah yang tidak ada sesuatu dari Al-Qur’an, maka rusak, seperti rumah rusak yang tidak ada penghuninya, dan sesungguhnya syaitan akan keluar dari rumah yang dibacakan surat Al-Baqarah”.
“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran” (QS Shaad 29)
Berinteraksi dengan Al-Qur’an memberikan keberkahan dalam hidup, keberkahan dalam umur, keberkahan dalam amal, keberkahan pada keluarga, dan keberkahan pada akhlak.
Sehingga berinteraksi dengan Al-Qur’an, khususnya tilawah adalah sarana tazkiyatun nafs yang terbaik, oleh karena itu, tilawah didahulukan dari tazkiyatun nafs sebagaimana ayat di atas. Wallahu’alam bishshowab.[ind]
Maraji’: Tafsir Ibnu Katsir, Mausu’ah Al- Akhlaq- Kharaaj
Sumber: https://t.me/robbanimediatama