ChanelMuslim.com – Karakteristik keluarga Islami merupakan salah satu ilmu yang harus dikenali oleh masing-masing calon pasangan. Membangun keluarga adalah membangun sendi dari peradaban. Jika sendi-sendi peradaban rapuh maka peradaban tak akan bisa tegak dengan baik. Oleh karena itu, pentingnya memahami karakter seperti apa yang harus menjadi pondasi utama dalam sebuah keluarga:
Tegak Di atas Landasan Ibadah
Rumah tangga islami harus didirikan dalam rangka beribadah kepada Allah semata. Artinya, sejak tahap memilih jodoh landasannya harus benar. Pilihlah pasangan hidup karena kebaikan agamanya. Prosesi pernikahannya pun tetap dalam suasana ta’abudiyah (peribadahan) yang jauh dari dominasi hawa nafsu.
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku” (Q.S. Adz-Dzariyah: 56)
Baca Juga: Pertanyaan Ta’aruf Tentang Hubungan Calon dengan Keluarga
Ilmu Pranikah: Karakteristik Keluarga Islami
Hadirnya Qudwah yang Nyata
Diperlukan qudwah (keteladan) yang nyata dari sekumpulan adab Isam yang hendak diterapkan. Orang tua memiliki posisi dan peran yang sangat penting dalam hal ini, sebelum memerintahkan kebaikan dan melarang kemungkaran pada anggota keluarga yang lain.
“Hai orang-orang yang beriman, mengapa kalian mengatakan sesuatu yang tidak kalian perbuat? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kalian mengatakan apa-apa yang tidak kalian kerjakan” (Q.S. Ash-Shaf: 2-3)
Nilai-nilai Islam Dapat Terinternalisasi Secara Kaffah
Internalisasi nilai-nilai Islam secara menyeluruh harus terjadi dalam diri setiap anggota keluarga, berjalan secara terus-menerus, bertahap, dan berkesinambungan. Tanpa hal ini, adab-adab Islam takkan bisa ditegakkan.
“Hai orang-orang yang berimana, masuklah kalian ke dalam Islam keseluruhannya, dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya, setan itu musuh yang nyata bagi kalian” (Q.S. Al-Baqarah: 208).
Memposisikan Anggota Keluarga Sesuai Syariat
Islam telah memberikan hak dan kewajiban bagi masing-masing anggota keluarga secara tepat dan manusiawi, sehingga mampun mengantarkan mereka pada kebaikan dunia dan akhirat.
Dalam Islam, suami adalah pemimpin yang bertanggungjawab terhadap kelangsungan hidup rumah tangga. Sedangkan istri bertugas mengendalikan urusan-urusan internal baik yang ditangani sendiri maupun dengan bantuan orang lain.
Terbiasakannya Ta’awun dalam Menegakkan Adab Islam
Berkhidmat dalam kebaikan tidaklah mudah, amat banyak gangguan dan godaannya. Jika semua anggota keluarga telah mampu menempatkan diri secara tepat, maka ta’awun (tolong-menolong) dalam kebaikan akan sangat mungkin terjadi.
“Dan tolong menolonglah kalian dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan” (Q.S. Al-Maidah: 2) [Ln]