ChanelMuslim.com – Berbuat baik kepada anak itu ibarat seperti menanam pohon. Setiap kita berbuat baik, maka satu bibit telah kita tanam. Saat kita berbuat baik yang lain, satu bibit lagi kita tanam.
Apalagi jika kita berbuat baik kepada keluarga, kepada istri, kepada anak maka bibit tanamannya akan semakin bagus lagi. Begitulah seterusnya.
Anggap saja kita itu adalah seorang petani. Kita disediakan sebuah kebun luasnya tidak terbatas. Setiap kita berbuat baik, kita telah tanam satu bibit pohon di kebun itu.
Begitulah seterusnya, setiap perbuatan baik yang kita lakukan dibalas dengan bibit-bibit pohon yang terus kita tanam. Lihatlah sekarang, perkarangan kita telah banyak ditumbuhi pohon di sana-sini.
Kitapun berjalan menyusuri jalanan setapak di kebun itu. Kita lihat beberapa bibit tidak tumbuh. Sesaat Kitapun bersedih, kenapa ini terjadi. Ehhmm… mungkin saja, bibit itu tidak mau tumbuh karena ulah diri kita sendiri. Yah,
Kita yang tidak ikhlas saat berbuat baik, Kita yang riya dan pamer saat berbuat baik atau kita berbuat baik dengan perasaan terpaksa dan dengki. Akibat itu semua, bibit itu enggan untuk tumbuh.
Kita berjalan lagi menyusuri jalanan di kebun itu. Kita melihat ada pohon yang sudah tumbuh, tapi sayang batang dan daunnya kering, buahnya busuk tidak bisa dimakan. Kitapun terheran-heran, ada apa lagi ini.
Mungkin saat kita berbuat baik, awalnya kita ikhlas dan jauh dari rasa pamer dan riya maka bibit itupun akhirnya tumbuh.
Tapi sayang, saat kesal kita ungkit-ungkit kebaikan kita yang lalu, kita ingat-ingat terus kebaikan kita saat itu, kita ingatkan orang yang pernah kita berbuat baik kepadanya, segala perbuatan baik yang pernah kita lakukan kepadanya.
Kita ceritakan kepada teman segala perbuatan baik yang telah kita lakukan kepada teman kita yang lain. Mungkin kita sedang kesal saat kita berharap balasan dari orang lain atas perbuatan baik yang pernah kita lakukan, tapi balasan itu tidak pernah ada malah sebaliknya dibalas dengan air tuba.
Lalu, kembali kita bersedih. Kembali kita susuri jalan setapak di kebun itu. Kita melihat tanaman-tanaman itu ada yang berbuah lebat, ada yang hanya sedikit.
Buah yang sangat nikmat untuk dimakan. Kitapun berseri-seri menikmati hasil panen yang melimpah.
Sekarang kita tersadarkan, tidak ada yang menjamin semua bibit yang kita tanam itu tumbuh 100%. Kitapun tidak pernah tahu, bibit mana yang tidak tumbuh, bibit yang tumbuh tapi busuk dan bibit mana yang berbuah lebat sekali.
Nah, jika kita sudah sadar bahwa tidak semua bibit yang ditanam itu tumbuh, maka kita harus terus mendapatkan bibit-bibit yang lain yang lebih banyak lagi yang bisa kita tanam.
Jangan sampai bibit yang ditanam sudah sedikit dan kebanyakan bibit itu gagal panen, rugikan.
Apalagi kebun sebelah yakni kebun dosa, bibit-bibit yang kita tanam ternyata tanpa kita sadari berbuah lebat dan buahnya berbau sangat busuk. Jadi bangkrut, menyesal dan itu penyesalan abadi lho.
Baca Juga: Berbuat Baik Apa Hari Ini Nak
Berbuat Baik kepada Anak itu seperti Bercocok Tanam
Teruslah berbuat kebaikan kepada siapapun terutama kepada keluarga dekat, kepada ibu dan bapak, istri, kepada anak-anak dan juga kepada keluarga besar.
Teruslah menanam benih kebaikan karena kita tidak akan pernah tahu bibit mana yang akan tumbuh dan berbuah lebat. Terus kenapa hasilnya berbeda-beda.
Ada yang berbuah lebat dan ada juga yang berbuah sedikit. Itu mungkin tergantung dari keikhlasan dan seberapa manfaat kebaikan itu bekerja.
Jika diamalkan oleh sedikit orang maka buahnya sedikit, tapi jika manfaatnya besar, keikhlasannya tertinggi dan diamalkan terus turun temurun sebagaimana amal para sahabat Nabi yang merawikan hadist, maka bisa jadi bibit yang kita tanam menjadi sebuah pohon yang luar biasa banyak buahnya.
Tapi nilai sebuah amal itu urusan Allah. Kita tidak mampu memprediksi besarnya amal kebaikan yang kita lakukan dan kita memang tidak perlu itu.
Lakukanlah kebaikan meskipun itu kecil. Bisa jadi kebaikan yang kecil itulah yang akan menyelamatkan kita nanti.
Fokuslah bagaimana upaya kita menanam benih sebanyak mungkin dan melakukan kebaikan seikhlas mungkin. Kita tidak pernah tahu dan tidak pernah bisa menduga benih mana yang mati dan benih mana yang berbuah lebat.
Terkadang perbuatan kebaikan meskipun kecil tapi menghasilkan buah yang lebat. Itu juga mungkin karena hanya Allah yang tahu.
Pokoknya terus saja berbuat baik. Jangan hiraukan dampaknya. Jangan hiraukan respon baliknya. Jangan harapkan balasan dari orang.
Cukup lakukan perbuatan baik lalu selesai, lupakan, jangan diungkit, jangan diingat, jangan dikatakan karena itu bisa menjadikan benih yang kita tanam mati. Sebagai penutup tulisan ini, perhatikanlah Firman Allah berikut ini:
“Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri,……”(QS. Al Isra : 7).
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui” (QS. Al Baqarah: 261).[ind]
sumber: Rumah Pintar Aisha