HATI-HATI dengan trik setan mengemas keburukan. Cinta lawan jenis merupakan tabiat atau kecenderungan alamiah yang Allah ciptakan untuk manusia. Pria cinta wanita, dan begitu pun sebaliknya.
Tapi, hati-hatilah untuk cinta pra nikah karena setan begitu lihai membuat tipuan. Sebenarnya, Islam sudah membuat garis tegas hubungan pria dan wanita saat mereka belum terikat dalam pernikahan.
Mulai dari ucapan salam, cara memandang, bertemu, dan lainnya.
Baca Juga: Memupuk Cinta dalam Rumah Tangga dengan Menempatkan Allah sebagai Tujuan Utama
Cinta Pranikah, Inilah Trik Setan Mengemas Keburukan
Namun, daya magis kekuatan eksternal kadang bisa menyulap sesuatu yang sudah jelas menjadi samar, dan yang terlarang menjadi seperti boleh, asal ini dan itu.
Kekuatan eksternal itu bisa alat komunikasi yang kian canggih, mudah, dan murah. Termasuk juga, pola interaksi masyarakat saat ini yang agak memudahkan, dan lainnya.
Jika itu semua menyatu dalam satu wadah, maka itulah perangkap dan tipu daya setan. Tujuannya tidak pernah berubah sejak zaman batu hingga sekarang: menjadikan manusia ingkar pada Tuhan.
Berikut ini di antara tipuan setan mengolah kemasan cinta pra nikah menjadi begitu baik, bahkan tampak seperti berpahala. Antara lain:
Satu, ucapan salam. Ucapan salam menjadi bagian dari syariat Islam. Nabi menganjurkan untuk menyebarkan dan melazimkan salam kepada siapa pun.
Pada titik ini, tidak ada yang salah dan aneh dengan ucapan salam. Tapi, ketika itu ditujukan kepada lawan jenis dan diucapkan langsung saat perjumpaan, nilainya akan menjadi lain.
Terlebih lagi, salam yang diucapkan bukan sebagai pintu pembicaraan seperti umumnya sebuah sapaan untuk maksud pembicaraan yang lebih panjang. Tapi, hanya sekadar salam saja dengan maksud ada interaksi lanjutan.
Interaksi lanjutan itu antara lain, tatapan, senyuman, dan basa basi yang tidak memiliki maksud yang jelas. Jika hal ini dilakukan oleh lawan jenis, sekali saja, akan membuka celah setan untuk masuk ke langkah yang lebih intensif.
Apalagi hal itu dilakukan secara berulang pada waktu dan kesempatan yang berbeda. Maka setan akan menyiapkan segala alasan dan trik berikutnya agar pria dan wanita ini bisa lebih intensif berinteraksi.
Dua, perhatian yang bukan pada sepatutnya.
Mengingatkan saudara seiman untuk selalu melakukan kebaikan memang sebuah amal saleh yang berpahala besar. Tapi, jika itu dilakukan oleh lawan jenis yang bukan mahram, maka nilai dan efeknya akan berbeda.
“Kamu sudah shalat duha belum? Sudah qiyamul lail? Sudah baca Alquran?” Dan seterusnya, dan lainnya.
Ungkapan perhatian itu akan berdampak serius dalam hal akidah. Karena seorang muslim melakukan ibadah bukan karena Allah, tapi karena adanya perhatian itu.
Sehingga, yang terbayang dalam shalat dan membaca Alquran itu bukan Allah Yang Maha Agung, melainkan si dia yang telah mengingatkan. Na’udzubillah.
Tiga, munculnya keinginan bertemu dengan alasan-alasan yang terkesan baik. Seperti, ingin konsultasi tentang Islam, problem solving secara berduaan, saling tausiyah, dan lain-lain.
Trik setan ini sudah masuk pada tingkat yang berbahaya. Karena perjumpaan secara intensif antara pria dan wanita yang bukan mahram, tidak akan pernah lepas dari cengkeraman setan.
Siapa pun, tidak akan sanggup jika berduaan dengan lawan jenis yang bukan mahram. Bahkan Nabi saw. selalu minta didampingi orang lain untuk bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan dari para wanita tentang Islam.
Pada hal ini, daya tarik magis bukan lagi pada wajah dan penampilan, bukan pada aroma wewangian, bukan pada suasana dan kesempatan; melainkan karena adanya perpaduan antara dorongan syahwat dengan godaan setan.
Tidak heran jika ada kasus perselingkuhan majikan dengan pembantu, ada perkosaan orang dewasa terhadap anak-anak, bahkan terhadap nenek-nenek sekali pun.
Jadi, jika apa yang kita alami sudah pada tingkat sejauh ini, segeralah berwudhu, istigfar, dan shalat. Mudah-mudahan, hati jernih kita akan melihat bahwa interaksi sudah melenceng sangat jauh.
Paksakan untuk berhenti dan putus interaksi sama sekali, sebelum setan tertawa puas dengan kebodohan dan kelemahan kita. Wallahu a’lam. [mh/Cms]