APA tanggapan Bapak, jika ada sekolah yang mengumumkan kesalahan murid untuk membuatnya jera dan malu dan menghukumnya di depan murid lainnya, apakah itu diperbolehkan?
Motivator Parenting dari Rumah Pintar Aisha, Randy Ariyanto Wibowo menjelaskan, hendaknya sekolah tidak mengumumkan kesalahan murid di depan murid lainnya.
Tiga Dampak Negatif Sekolah Mengumumkan Kesalahan Murid
Ada tiga kemungkinan dampak negatif dari hal tersebut.
1. Anak akan malu.
Anak akan merasa malu ketika bertemu temannya. Ia akan berubah menjadi minder, menyendiri dan tidak percaya diri.
Lebih parahnya lagi, ia akan merasa dikucilkan, tidak berguna, tidak berharga.
2. Anak akan berontak.
Sebaliknya, ada juga anak yang malah berontak. Ia akan semakin nakal bahkan semakin berani melawan gurunya. Ia sudah tidak peduli lagi dengan harga diri dan rasa malunya.
Ia terus berbuat onar dan ujung-ujungnya, ia dikeluarkan dari sekolah. Di luar sekolah pun anak akan terus berbuat onar.
3. Mungkin anak akan patuh tetapi kepatuhannya itu bukan didasarkan pemahaman dan kesadaran tetapi karena rasa takut.
Jika orang yang ia takuti tidak ada, ia akan mengulangi perbuatannya lagi.
Misalnya anak merokok, di sekolah karena ia takut, ia tidak merokok. Akan tetapi, di luar sekolah, ia akan kembali merokok. Jadi tujuan untuk menghukum anak agar tidak lagi merokok tidak tercapai.
Saran, kalau bisa sekolah jangan sampai mengumbar aib di depan banyak orang. Kalau bisa, dinasihati berdua saja dengan anak.
Baca Juga: 7 Tips Parenting untuk Menjadikan Anak Soleh
Tahukah kalian apa itu gibah?” Mereka menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.”
Ia berkata, “Engkau menyebutkan kejelekan saudaramu yang ia tidak suka untuk didengarkan orang lain.”
Beliau ditanya, “Bagaimana jika yang disebutkan sesuai kenyataan?”
Jawab Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, “Jika sesuai kenyataan berarti Engkau telah menggibahnya. Jika tidak sesuai, berarti Engkau telah memfitnahnya.” (HR. Muslim)
“Wahai sekalian orang yang mengaku berislam dengan lisannya padahal iman itu belum masuk ke dalam hatinya. Janganlah kalian menyakiti kaum muslimin!
Janganlah menjelekkan mereka! Jangan mencari-cari kekurangan mereka! Sebab, barang siapa mencari-cari kekurangan saudaranya yang muslim, niscaya Allah akan mencari-cari kekurangannya.
Barang siapa yang Allah cari-cari kekurangannya, niscaya Allah akan membongkar aibnya dan mempermalukannya, walaupun dia berada di dalam rumahnya.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Hibban)
Coba anak-anak seperti ini diterapi dengan menggunakan surat Ali Imron: 159.
“Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu.
Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu.
Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal.”
Baca Juga: Dampak Parenting yang Buruk Pada Anak
Enam Sikap dalam Menasihati Anak
1. Berlemah lembut kepada mereka.
Jadikan mereka teman. Ajak mereka ngobrol santai, bercanda dengan tema-tema yang mereka sukai. Tunjukan bahwa kita sebagai guru peduli kepada mereka, sayang kepada mereka.
Libatkan dalam aktivitas sosial, kepanitiaan. Lalu ngobrollah dari hati ke hati.
Saat mereka sudah mau curhat, mau cerita itu artinya kita sudah mampu mengambil hatinya selanjutnya adalah mengarahkan kepada hal yang lebih positif secara bertahap.
2. Kurangi sikap keras dan kasar kepada mereka.
Jika kita terus menerus berlaku kasar dan keras, menghukum dengan keras, sampai-sampai diumumkan aibnya, dipertontonkan hukumannya di depan temannya maka mereka akan semakin menjauh.
Perilaku tidak baiknya akan semakin menjadi-jadi.
3. Maafkanlah mereka.
Mungkin karena kita yang keras dan kasar kepada mereka berarti kita mengeluarkan vibrasi negatif sehingga merekapun juga merespon dengan vibrasi negatif.
Para guru hendaklah memaafkan kesalahan mereka. Tidak ada yang tidak pernah berbuat salah. Semua orang pasti pernah berbuat dosa. Kita juga pasti pernah berbuat dosa.
Katakan kepada mereka “Nak, maafkan Bapak karena tidak mampu mendidikmu menjadi murid yang baik. Bapak juga telah memaafkan kesalahanmu. Bapak yakin, kalian anak yang baik.
Kelak insya Allah, Bapak doakan kalian akan menjadi anak yang berguna bagi agama dan masyarakat, menjadi anak yang berbakti kepada orang tua dan mampu membanggakan kami guru-gurumu di sini.”
4. Mintakan ampun kepada Allah atas dosa-dosa mereka.
Selepas sholat, tengadahkan kedua tanganmu wahai guru dan berdoalah untuk muridmu. Mereka kelak akan menjadi penerusmu. Mereka kelak akan memimpin agama dan bangsamu.
Mereka kelak akan menjadi investasi kebaikan bagi dirimu.
Berdoalah: “Ya Allah maafkan kesalahannya, ampuni mereka, jadikan mereka anak yang sholeh dan bermanfaat bagi agama dan orang lain.”
5. Setiap kenakalan mereka muncul lagi, ajaklah mereka diskusi.
Dari hati ke hati. Sentuh hatinya, sampaikan dengan baik apa dampak buruk dari perbuatan mereka.
6. Jika semua sudah dilakukan, maka serahkan kembali kepada Allah.
Allah lah yang membolak balikkan hati. Allah-lah yang memberi hidayah bagi siapa yang Allah kehendaki. Tugas kita hanyalah berusaha hasilnya itu adalah keputusan Allah.[ind]