KELUARGA berperan penting dalam menghalau penyimpangan pada anak. Hal ini dijelaskan oleh dr. Aisah Dahlan dalam webinar Peran Keluarga Menghalau Fenomena Penyimpangan Pergaulan, Selasa (31/5/2022).
Dalam pembentukan perilaku anak, keluarga mempunyai peranan penting. Ketika seorang anak mendapatkan perlakuan yang kurang baik dari lingkungan, pada akhirnya, kondisi itu bisa berpotensi menimbulkan konflik dalam diri anak.
Kondisi itu bahkan bisa sampai pada terjadinya penyimpangan dalam pergaulannya.
Beberapa contoh penyimpangan pergaulan atau musuh yang mengintai anak-anak di Indonesia yaitu: narkoba, free sex, AIDS, Bullying, judi, tawuran, dan LGBT.
Dokter Aisah Dahlan menyebut bahwa tubuh manusia dipengaruhi oleh lingkungan saat dia di dalam rahim, lahir, masa kanak-kanak dan remaja serta dewasa.
“Saat ini, teknologi digital membantu kita belajar di mana saja. Sebagai orangtua, kita harus bisa mempelajari beda anak dengan orangtua. Beda jenis kelamin, watak, bakat, dan generasi supaya kita menjadi orang yang mudah berempati dan orangtua yang bijaksana,” jelas dr. Aisah dalam webinar yang diselenggarakan oleh ACT tersebut.
“Luruskan niat, jadi orangtua mau apa sih? Doakan anak dan lasanakan, simpel tapi dahsyat,” tambah dr. Aisah Dahlan.
Beberapa hal yang perlu dipersiapkan orangtua antara lain adalah ilmu, kebijaksanaan, dan mental dalam menghadapi tantangan di era sekarang.
Kedudukan anak dalam al-qur’an
Sebagai pengantar, Dokter Aisah yang konsen dalam rehabilitasi pecandu narkoba itu menjelaskan tentang kedudukan anak dalam Al-Qur’an.
Pertama, anak itu penyejuk hati atau permata hati, qurrata a’yun (Q.S. Al Furqon ayat 74)
Kedua, perhiasan di dunia (Q.S. Al Kahfi ayat 46). Anak ingin kita bimbing untuk mempunyai amalan sholih.
Ketiga, sebagai cobaan atau ujian (Q.S. At Taghabun ayat 15)
Dengan parenting, kita belajar, bukan berarti anak lebih mudah dikendalikan, tapi kita lebih bersabar.
Q.S. Ali Imran ayat 160.
Selanjutnya, orangtua juga harus mengetahui tentang neuron dalam otak manusia. Neuron yang berjumlah 100 milyar ini akan tersambung. Jika kita memberi nasihat, maka akan tersimpan memori nasihat.
“Neuron ini akan tumbuh dan berkembang. Volume dalam otak manusia lebih besar daripada otak mamalia. Mengajarkan anak penuh kelembutan, bertahap, supaya ada guidance-nya,” kata dr. Aisah.
Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa di dalam otak terdapat sistem lymbic. Otak ini yang mengatur emosi, konflik muncul karena emosi negotif berada di tengah otak manusia.
“Penyimpangan pergaulan terjadi karena emosi yang tidak teratasi. Semua orang punya otak emosi, ini sering disebut otak mamalia. Allah ingatkan kita bahwa manusia itu mempunyai sifat binatang, jika tidak hati-hati, derajat kita lebih turun dari binatang,” terangnya.
Baca Juga: Bahayanya Perasaan Kesepian pada Masa Kecil
Peran Penting Keluarga dalam Menghalau Penyimpangan pada Anak
Anak-anak yang sudah terkena narkoba, berubah orientasi seksualnya, kedudukannya lebih rendah dari binatang karena limbik sistemnya sudah terganggu.
“Saat terjadi penyimpangan, terjadi kekacauan di otak,” jelasnya.
Dalam Islam, ada ajaran, pada saat anak lahir, diajarkan aqiqah, untuk menaklukkan otak limbik sistem ini. Otak laki-laki lebih berat volumenya maka perlambangannya dua kambing.
“Beberapa pasien yang saya rehabilitasi ternyata belum diaqiqahkan,” kata dr. Aisah.
Bukan hanya aqiqah yang dapat menebus atau menaklukkan otak limbik ini, yaitu dengan ber-qurban.
Lebih lanjut, mengenai faktor yang menyebabkan terjadinya ketergantungan atau penyimpangan pada anak yaitu faktor pencetus, faktor kontributif, dan faktor predisposisi.
Proses Pemulihan Korban Pecandu Narkoba
Pada masa prefentif, yaitu pada usia anak-anak, orangtua dapat memberikan pengetahuan mengenai bahaya penyimpangan pergaulan yang menjadi fenomena di masyarakat.
Ada 3 faktor yang dapat mempengaruhi anak dalam munculnya penyimpangan pada dirinya.
Faktor Predisposisi
Ketahui bakat dan minat anak, kuatkan karakter anak berdasarkan jenis kelamin, dan ajarkan cara mengelola emosi.
Faktor Kontributif
Parenting, sekolah, faktor dan hal tentang kenarkobaan. Sekarang Alhamdulillah, kata dr. Aisah, di sekolah sudah diajarkan bahaya narkoba.
Sementara dalam hal parenting, orangtua hendaknya berhati-hati dan hindari pola parenting yang otoriter dan permisif.
Otoriter yaitu orangtua yang selalu melarang, apa-apa tidak boleh. Sementara, sebaliknya, parenting Permisif, yaitu orangtua yang membolehkan anak berbuat apa saja.
“Tapi pilih yang demokratif, jelaskan kenapa dilarang, dan jika kita minta sesuatu, tanyakan kenapa dia minta hal tersebut,” kata dr. Aisah.
Faktor Pencetus
Yaitu faktor lingkungan. Kalau faktor predisposisi dan kontributif kuat, pencetus apapun akan kalah.
Nanti setelah penyimpangan, ada masa ketergantungan dan masa pemulihannya akan berbulan-bulan.
Semua ketergantungan dimulai dari coba-coba atau experimental use.
“Karena berhasil, dan merasa mendapat euforia, maka akhirnya jadi ketergantungan. Dari semua ketergantungan, narkoba yang paling cepat karena zat kimia: heroin, kokain (1-2 minggu sudah ketergantungan), golongan narkotika,” jelas dr. Aisah.
Untuk memulihkan, ada proses rehabilitasi medis 3 bulan. Fase ini bisa memakan waktu yang lama karena ada perubahan perilaku pada pasien, seperti berbohong, mencuri, dan lain-lain yang sudah menjadi kebiasaan.
Rehabilitasi Sosial juga diperlukan dalam membantu pemulihan pasien pecandu narkoba. Selain orangtua, lingkungan dan support system yang berada dalam circle si pasien sangat membantu proses pemulihan.
Panjangnya proses pasca rehabilitasi ini tentu akan menguras waktu, tenaga, pikiran, bahkan materi yang tak sedikit dari orangtua yang anak-anaknya sudah mengalami penyimpangan.
Oleh karena itu, orangtua dan keluarga harus bisa bergandengan tangan dan saling menguatkan agar anak yang sudah menyimpang dapat dipulihkan.
Sebaliknya, anak-anak yang belum mengalami penyimpangan agar dapat dijauhkan dari fenomena penyimpangan tersebut.[ind]