SEBAGAI orangtua, kita juga perlu menghindari depresi karena bisa mengganggu kesehatan jiwa anak. Depresi adalah suatu kelainan mood yang menyebabkan perasaan sedih dan hilang minat yang menetap.
Depresi bisa memengaruhi perasaan, cara berpikir dan berperilaku, serta bisa menimbulkan masalah emosi dan fisik. Depresi bisa mengganggu kehidupan penderitanya hingga penderita mempunyai keinginan untuk bunuh diri.
Depresi adalah kondisi medis yang bisa menyerang siapa saja. Jika tidak segera ditangani dengan benar dampak depresi bisa berimbas pada orang di sekeliling penderita.
Jika yang menderita depresi adalah orangtua maka yang akan terkena dampaknya yang paling dekat adalah anak-anak.
Baca Juga: Mengenal Tahap Depresi saat Berduka
Orangtua yang Depresi Bisa Menganggu Kesehatan Jiwa Anak
Jika orangtua mengalami depresi maka anak-anak juga bisa mengalami masalah pada kesehatan jiwanya. Bagaimana depresi orangtua bisa memengaruhi kejiwaan anak, berikut penjelasannya;
1. Gangguan perilaku dan emosi
Anak yang dibesarkan oleh orangtua depresi cenderung menunjukkan gangguan perilaku bahkan sejak masih bayi. Bayi yang orangtuanya depresi akan mengalami susah makan dan minum ASI, sulit untuk tidur nyenyak dan lebih sulit ditenangkan ketika menangis.
Pada anak usia di bawah lima tahun (balita) gangguan perilaku yang nampak antara lain emosi meledak-ledak, gangguan mood, dan gangguan defisit atensi dan hiperaktivitas (ADHD).
Sementara itu, anak usia sekolah sampai remaja yang orangtuanya depresi berisiko mengalami gangguan kecemasan, gangguan obsesif kompulsif (OCD), gangguan mood, dan kecanduan (rokok, alkohol, atau obat-obatan).
Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal internasional Pediatrics pada 2011 menunjukkan bahwa sosok ayah menderita depresi kemungkinan anaknya mengalami gangguan perilaku dan emosi naik dua kali lipat.
Sementara, jika ibunya yang menderita depresi, risiko anak mengalami gangguan perilaku dan emosi mencapai tiga kali lipat. Jika kedua orangtuanya depresi, kemungkinan tersebut meroket hingga empat kali lipat.
2. Prestasi di sekolah menurun
Pada 2016, studi yang dipublikasikan oleh Journal of the American Medical Association Psychiatry membuktikan bahwa depresi orangtua berakibat buruk pada prestasi anak di sekolah.
Hal ini bisa disebabkan oleh dua hal. Yang pertama, depresi yang dialami ayah dan atau ibu mengakibatkan perubahan genetik pada saraf dan otak anak yang lahir.
Anak lahir dan tumbuh dengan gangguan sistem saraf pusat (neuro developmental problem) yang mengakibatkan saat balita, kemampuan berbahasa anak sangat terbatas. Ketika mencapai usia sekolah pun ia kesulitan mengikuti pelajaran.
Sebab yang kedua adalah depresi orangtua membuat ayah dan atau ibu kesulitan mendampingi anak dalam belajar. Anak juga mungkin disibukkan dengan berbagai pekerjaan rumah tangga atau mengurus adiknya karena orangtuanya terlalu lemah untuk melaksanakan tugas-tugas hariannya.
Akibatnya, anak jadi sulit berkonsentrasi dan tidak punya waktu belajar.
3. Memandang rendah dirinya sendiri
Jika orangtuanya depresi, anak akan kesulitan membangun citra diri yang positif. Ia cenderung memandang rendah dirinya sendiri. Ini karena orangtua yang depresi lebih sering bersikap negatif dan mengkritik anak sebagai pelampiasan rasa depresinya.
Tak jarang pula anak menyalahkan dirinya sendiri atas depresi orangtua. Anak menganggap bahwa kehadirannya memicu depresi pada orangtuanya. Dalam beberapa kasus, orangtua secara tidak sadar menyalahkan anak sebagai penyebab depresi yang dialaminya.
Dalam jangka panjang, pola pikir anak tersebut bisa memengaruhi hubungan pribadi serta kariernya. Kesulitan mempertahankan hubungan dengan teman dekat dan kekasih kerap dikeluhkan oleh anak yang orangtuanya depresi.
Selain itu, anak juga bisa kehilangan semangat dan ambisi untuk mengejar karier. Anak merasa bahwa dirinya memang tidak pantas mendapatkan apa yang ia inginkan dalam hidup.
4. Risiko anak mengalami depresi meningkat
Depresi adalah kondisi medis yang bisa diturunkan pada anak secara genetik. Anak yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang tidak sehat juga lebih berisiko mengalami depresi di kemudian hari.
Secara tidak sadar, anak menyimpan pola perilaku orangtuanya di dalam pikiran. Ketika bertemu pemicu sederhana seperti konflik dalam hidup bisa mengakibatkan anak menjadi depresi.
Empat hal di atas bisa dicegah dengan cara menangani depresi orangtua sejak dini. Jika orangtua mulai merasakan gejala depresi sebaiknya segera mencari pertolongan dengan melakukan konsultasi pada psikiater.
Jangan menyepelekan gejala-gejala depresi. Orang-orang di sekeliling anak juga sebaiknya langsung mencari bantuan ketika gejala depresi sekecil apapun muncul.
Anak bisa berkonsultasi pada guru konseling di sekolah, psikolog anak, atau psikiater. (MAY/Cms]
Sumber: www.hellosehat.com