BAGAIMANA menyikapi anak yang selalu dituruti keinginannya, tapi saat kita minta agar si anak ikut keinginan kita, anak tidak pernah mau.
Pendiri Rumah Pintar Aisha Dyah Lestyarini dan Randy Ariyanto W. mengatakan bahwa anak yang selalu ingin dituruti bahkan sampai berteriak, menangis itu disebabkan karena awalnya, orang tua yang cenderung selalu memenuhi permintaan anaknya.
Lama-lama, saat anak meminta sesuatu, anak cenderung memaksakan kehendaknya. Banyak sekali kejadian misalnya saat anak menginginkan mainan baru, biasanya anak cenderung semena-mena.
Mereka akan meronta-ronta dan menangis saat keinginannya tidak dipenuhi oleh orang tuanya. Mereka juga tidak akan menghargai mainan yang dibeli karena merasa jika mainan itu rusak mereka dengan mudah minta lagi kepada orang tuanya.
Baca Juga: Cara Menyikapi Anak yang Berisik di Masjid
Menyikapi Anak yang Selalu Dituruti Keinginannya
Anak yang sering menangis dan meronta-ronta saat keinginannya tidak dituruti itu sebagian besar akibat orang tua yang terlalu memanjakan. Jika semua keinginan anak dituruti, maka hal ini akan menyebabkan anak tidak siap saat keinginannya tidak dipenuhi.
Dampaknya akan sangat terlihat saat mereka beranjak remaja. Ketika remaja, saat apa yang mereka inginkan tidak dipenuhi, mereka bisa melakukan hal-hal buruk seperti marah-marah, membanting pintu, keluar rumah tidak pulang-pulang bahkan sampai menyakiti fisik diri sendiri atau orang lain bahkan orang tuanya sendiri.
Sudah terlalu banyak cerita-cerita anak yang menyakiti orang tuanya hanya gara-gara keinginan mereka yang tidak bisa dipenuhi oleh orang tuanya. Selain itu, secara tidak sadar mereka dididik untuk mendapatkan sesuatu dengan mudah, gampang, tidak repot, tidak sulit dan tidak perlu bekerja lebih dulu.
Dampaknya saat mereka dewasa mereka kurang memiliki daya juang, etos kerja keras yang lemah dan kurang memiliki semangat.
Mereka akan bekerja asal-asalan, cenderung malas dan pasrah dengan keadaan. Pahitnya lagi mereka akan malas bekerja atau bahkan malas mencari kerja.
Baca Juga: Teuku Wisnu: PR Terbesar dalam Cinta adalah Konsistensi
Tegas Itu adalah Konsisten
Terus, bagaimana solusinya. Solusinya adalah tegas. Tegas bukan berarti keras atau kasar bahkan sampai menyakiti fisik ataupun melukai hati. Tegas itu adalah konsisten.
Sekali tidak tetap tidak, meskipun kita katakan tidak dengan lemah lembut dan tersenyum. Meskipun kita mengatakan tidak dengan pelukan dan belaian. Jadi tidak semua keinginan anak mesti kita turuti.
Adakalanya kita tidak menuruti keinginan anak namun dengan cara yang lemah lembut.
Misalnya, saat anak minta dibelikan mainan, dibelikan baju atau sepatu baru atau anak minta bermain game. Saat orang tua tidak memenuhi permintaannya, lalu anak itu marah, menangis dan meronta-ronta di tempat umum.
Akhirnya, mungkin karena orang tua merasa malu melihat anaknya menjerit-jerit di muka umum, terpaksa deh orang tua membelikan mainan juga. Bunda, saat anak menangis karena menginginkan sesuatu dan meronta-ronta, sebenarnya itu menjadi senjata anak untuk mendapatkan apa yang diinginkan.
Senjatanya adalah saat anak minta sesuatu terus Bunda tidak turuti kemauannya, anak tahu jika tidak dituruti kemauannya maka ia harus menangis dan menjerit pastilah Bunda turuti juga kemauannya.
Baca Juga: Mendidik Anak Tiri yang Suka Melawan
Orangtua Harus Tegas dan Konsisten
Bunda harus tegas dan konsisten untuk tidak membelikan apa yang mereka minta. Hal ini agar menjadi pembelajaran bagi anak, walaupun mereka menangis keras dan meronta-ronta, mereka akan paham bahwa orang tuanya tetap saja tidak akan membelikan mainan untuknya.
Teruslah konsisten Bun, sekali tidak ya tetap tidak. Jika Bunda konsisten, nanti lama kelamaan anak juga akan tahu bahwa walaupun mereka menangis dan berteriak-teriak tetap saja bunda atau ayahnya tidak akan menuruti keinginannya. Pada saatnya nanti mereka akan paham bahwa tindakan mereka itu tidak berarti sama sekali.
Memang sih Bun, ada sedikit resikonya yakni anak akan menangis dan menjerit saat keinginannya tidak dipenuhi. Tentu saja itu sedikit membuat malu orang tuanya. Tetapi Bun, tidak apa-apa demi kebaikan anak, jangan pedulikan orang lain Bun minimal untuk saat ini, yang terpenting adalah Bunda sedang mendidik buah hati Bunda agar memiliki karakter yang lebih baik dari sebelumnya.
Tunggulah saat anak menangis dan menjerit. Bunda bisa duduk santai dan sekali-kali datang ke anak dan mengatakan “Apakah Kakak sudah selesai menangisnya kalau sudah selesai ayo kita pulang, kalau belum selesai teruskan menangisnya, Bunda akan di sini menunggu sampai menangisnya selesai. Maaf ya Nak sampai kapanpun engkau menangis, Bunda tetap tidak akan membelikan mainan itu”.
Jika anak masih menangis, maka Bunda kembali ke tempat duduk dan bersikap santai. Teruslah lakukan itu Bun, sampai anak selesai menangis dan menurut saat diminta pulang.
Baca Juga: Mendidik Anak dengan Ketegasan
Ketegasan dengan Kelembutan
Pada intinya Bun, ketegasan itu perlu diterapkan kepada anak. Ketegasan itu perlu untuk mengontrol anak. Jika orang tua tidak tegas maka yang terjadi adalah orang tualah yang disetir anak, apalagi kalau anak sudah punya senjata dengan tangisan dan jeritan, orang tua akan luluh di bawah kendali anak.
Namun ketegasan itu dilakukan dengan cara yang baik, mendidik, penuh kelembutan, senyuman sehingga akan berdampak positif pada jiwa dan kepribadian anak.[ind]