MASIH soal THR atau Tunjangan Hari Raya alias salam tempel yang biasanya didapat oleh anak-anak pada hari raya Idul Fitri. Irene Radjiman menuliskan tentang hal ini dalam channel Telegram-nya.
Saya tidak terlahir dari keluarga muslim. Tidak belajar mengaji, tidak tahu ilmu fiqih. Saat kecil saya hanya melihat apa yang orang tua saya lakukan.
Hingga saya sampai di titik ini sebagian besar adalah dari mindset yang ditanamkan oleh orang tua saya.
Kalau hari raya Idul Fitri, walau kami keluarga Katolik, orang tua saya tetap ikutan bagi-bagi angpao “Salam Tempel”. Saat bagi-bagi salam tempel selalu ada omongan begini:
“Ini buat adek, nanti biar disimpan sama mamanya yaaa…”
Hingga kami dewasa, karena sering dilakukan berulang, hingga menjadi mindset dan perilaku bagi kami.
Keluarga besar kami secara otomatis menggunakan kata-kata itu juga. Kalo ke rumah kakak-kakak saya, dan kakak-kakak saya kasih uang ke anak-anak saya, selalu ada ucapan yang keluar.
“Ini dari Bude, nanti kasih ke mami ya buat disimpan.”
Dulu kata-kata itu terasa seperti basa basi. Namun kini, pada saat saya banyak belajar adab, ternyata apa yang ditanamkan oleh orang tua saya menyadur dari ajaran Islam. Masyaa Allah.
Baca Juga: Investasi Bodong Emak-emak
Masih Soal THR Salam Tempel
Saat tim Arrozak Barkah melakukan kegiatan kemanusiaan dengan menyantuni para janda yang masih menafkahi anak yatim, kata-kata itu saya lontarkan juga.
“Ini THR buat kalian, tapi kasih ke Emak dulu yaaa, tanya baiknya digunakan untuk apa?”
Apa harus seperti itu? Tidak ada yang mengharuskan. Namun semua itu dilakukan untuk sebagai berikut.
1. Menjaga marwah keluarga yang diberi. Maka uang itu diberikan pada anak-anak mereka.
2. Mendidik anak untuk tidak egois dan mau memahami kondisi orang tua.
Orang tua manapun asalkan masih memiliki fitrah, pasti tidak akan mungkin menzalimi harta anaknya. Apalagi anak yang masih kecil.
Kalau toh ada orang tua yang memakai harta anak yang didapatkan dari THR, itu pasti karena mereka memang sangat membutuhkan, minimal ada kemaslahatan anak di dalamnya.
Jangan sampai anak kecil kita ajari itung-itungan dengan orang tuanya. Harta yang cuma dia dapat sekali setahun dia tuntut dari orang tuanya, padahal sepanjang hari dalam waktu bertahun-tahun orang tuanya yang menafkahi.
Kemarin saat di jalan mau isi bensin, si sulung nyodorin uang.
“Beli bensinnya pakai THR-ku aja, Pi.”
“Enggak usah, simpen aja, Papi juga ada uang kok.”
“Cuma setahun sekali Pi, aku bisa nraktir Papi bensin. Tiap hari, Papi Mami kasih uang lebih dari ini.”
Masyaa Allah…..
Bila suatu saat, ada anak yang itung-itungan pada orang tuanya. Coba rewind kembali, seperti apa pola didik yang sudah ditanamkan untuk anak-anaknya?[ind]
Sumber: t.me/ireneradjiman