• Tentang Kami
  • Iklan
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
Senin, 27 Oktober, 2025
No Result
View All Result
FOKUS+
  • Home
  • Jendela Hati
    • Thinking Skills
    • Quotes Mam Fifi
  • Keluarga
    • Suami Istri
    • Parenting
    • Tumbuh Kembang
  • Pranikah
  • Lifestyle
    • Figur
    • Fashion
    • Healthy
    • Kecantikan
    • Masak
    • Resensi
    • Tips
    • Wisata
  • Berita
    • Berita
    • Editorial
    • Fokus +
    • Sekolah
    • JISc News
    • Info
  • Khazanah
    • Khazanah
    • Quran Hadis
    • Nasihat
    • Ustazah
    • Kisah
    • Umroh
  • Konsultasi
    • Hukum
    • Syariah
Chanelmuslim.com
No Result
View All Result
Home Parenting

Manfaatkan Waktu yang Berharga dengan Anak sebelum Terlambat

Juli 8, 2025
in Parenting, Unggulan
Manfaatkan Waktu yang Berharga dengan Anak sebelum Terlambat

foto: keluarga Dude Herlino/IG

84
SHARES
644
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterWhatsappTelegram
ADVERTISEMENT

WAKTU yang berharga, ditulis oleh Ida Nur Laila. Belum lama kami terkaget-kaget dengan beberapa peristiwa tentang ‘anak yang belum sebagaimana yang diharapkan’.

Eh apaan sih?

Iyah, ini penting buat Anda yang baru menapaki kehidupan rumah tangga, baru punya anak kecil-kecil atau bahkan Anda yang baru merencanakan berumah tangga.

Lah, buat orang tua yang anaknya sudah gede apa enggak penting? Ya penting juga, cuma sudah agak telat.

Ceritanya ini adalah curhatan beberapa bunda yang anaknya telah menapaki jenjang SMA dan perguruan tinggi.

Beberapa bunda mengeluhkan anak pertama yang terasa agak ‘jauh’ dengan keluarga. Baik secara kejiwaan maupun ideologis.

Orang tuanya menjalani kehidupan yang cukup religius dan si anak mengambil jarak untuk memiliki pandangan sendiri tentang keyakinan hidup. Hmm.

Tentu saja yang demikian berdampak pada cara hidup dan takaran yang berbeda. Misal ibunya sejak kecil membiasakan berjilbab, dan setelah si anak jauh dari orang tua, membuka jilbabnya.

Kasus lain, orang tua melarang pacaran, dan si anak justru memilih pergaulan bebas. Benar-benar bebas.

Ada lagi anak yang ‘bersembunyi’ dari jati diri orang tuanya karena ia merasa tak ‘sesolih’ bapak ibunya.

Yang lebih ekstrim adalah anak yang memilih ‘murtad’ karena bujukan pacarnya. Ia memilih kawin lari meninggalkan keluarganya.

Ada lagi anak yang stress dan harus mendapat perawatan medis dan psikis untuk memulihkan. Ada yang kecanduan game, rokok dan narkoba… duuh!

Ternyata tidak mudah ya membersamai anak kita, membesarkan, mendidik dan mengarahkan.

Duuh, saya tidak sedang menakuti, jadi jangan takut punya anak.

baca juga: Tips Parenting Mengajarkan Anak Laki-laki Menjadi Lelaki Jantan

Manfaatkan Waktu yang Berharga dengan Anak sebelum Terlambat

Curhatan dan diskusi para bunda ini berujung pada mengenang masa lalu.

Masing-masing mencoba memutar ulang bagaimana dulu si anak yang dianggap ‘bermasalah’ ini terlahir, tumbuh dan berkembang dalam keluarganya. Sampailah kami pada beberapa kesimpulan yang mirip.

Para bunda mengakui betapa sibuknya mereka dulu ketika anak-anak ini memasuki masa emas, 0-7 tahun. Anak-anak ini ‘disambi’ beraktivitas, berorganisasi, bekerja dan ada pula yang berdakwah.

Terkadang mereka harus dititipkan kepada nenek, pembantu atau tetangga. Terkadang anak-anak ini ‘telantar’ di sekolah dan telat menjemputnya.

Sebagian dari mereka bahkan telah diberi ‘beban’ menjaga adik pada usia mereka yang sangat muda.

Mungkin saat itu tak pernah ditanya, apa yang mereka rasakan. Apa yang mereka fikirkan tentang ‘kesibukan orang tuanya’.

Atau kosa kata mereka belum sampai pada satu kata: terabaikan.

Yah, mungkin mereka belum bisa mengenali perasaan terabaikan atau tersisihkan.

Setelah mereka besar, mereka baru bisa berkata:

“Orang tuaku lebih mementingkan pekerjaan dari pada aku”

“Orang tuaku lebih mementingkan teman-temannya dari pada aku”

“Orang tuaku lebih mementingkan organisasi dan kegiatannya dari pada aku”

Lalu mereka mungkin mengatakan:

“Aku tak ingin menjadi seperti orang tuaku”

“Aku mau kebebasanku untuk menjadi diriku sendiri”

“Tak masalah aku berbeda dengan orang tuaku”

Terbentanglah jarak psikologis, jarak ideologis dan jarak-jarak yang lain, sekalipun mereka tetap satu rumah.

Para orang tua ini butuh energi besar untuk mengarungi jarak tersebut. Mereka rela banyak ‘mengalah ‘ untuk meraih kembali masa-masa yang tak dapat diputar ulang.

Memang hidayah milik Allah. Memang sejarah anak kita belum selesai. Demikian pula sejarah kita. Jadi semoga masih ada harapan.

Bersyukur jika ada orang tua yang mau memulai ulang menuliskan sejarah baru bersama anaknya.

Bukan sekedar blaming dengan mengatakan:

“Saya sudah berusaha, namun anaknya memang susah diatur…”

“Memang anakku wataknya keras begitu”

“Itu terpengaruh teman-temannya…”

Orang tua hanyalah manusia biasa. Bukan nabi ataupun rasul. Mungkin dalam sikap kondisionalnya ada salah, khilaf dan ketidaksengajaan. Dan juga ketidaktahuan. Namun tak ada kata terlambat untuki memperbaiki.

Saya selalu mengajak diri sendiri untuk memulai dengan taubat. Saat seseorang merasa punya masalah dengan anak atau suami atau orang lain, mulai saja dengan taubat.

Mohon ampun pada Allah dan meminta maaf pada si anak. Itu yang disebut restart, memulai dari nol.

Mohon ampun pada Allah disertai muhasabah, apakah kita telah sempurnakan kewajiban ibadah kepada Allah dengan sepenuhnya?

Terus tambah taqarrub dengan ibadah wajib dan raih cinta Allah dengan ibadah sunah. Hiasi dengan kemuliaan akhlaq.

Lalu kepada anak, mulailah dengan meminta maaf.

“Maafkan bunda ya, Nak. Sebagai manusia pastilah bunda punya salah padamu. Bahkan mungkin banyak. Bunda ingin memulai dengan benar. Memulai lagi menjadi sahabatmu. Maafkan bunda untuk semua keterlanjuran…”

Permintaan maaf yang disertai perubahan sikap kita.

Biarlah anak heran dan mencerna. Mungkin butuh beberapa waktu baginya untuk menyambut itu. Tapi bersabarlah untuk terus mendekat meraih hatinya.

Sebagian orang mungkin punya pendapat sebaliknya:

“Mengapa aku yang harus minta maaf? Bukankah aku telah berusaha menjadi orang tua yang baik. Dan kini kenyataannnya anakku yang banyak berbuat salah dan menyakiti hatiku…?’

Huff.

Kalau pernah dengar istilah orang tua yang durhaka kepada anak, ya kira-kira inilah contohnya.

Mengubah orang lain haruslah dimulai dengan mengubah diri kita menjadi lebih baik. Mustahil memaksa anak menjadi lebih baik jika orang tua tak berusaha menginsyafi dirinya.

Duuh panjang banget, apa hubungannya dengan judul di atas?

Mengingatkan saja, bahwa menjadi orang tua adalah kontrak seumur hidup, 24 jam sehari dan 7 hari dalam sepekan. Tak ada cutinya.

Sejak mereka dalam kandungan hingga terlahir dan dapat mendengar, melihat atau memikirkan dan merasakan…..dan selamanya sampai ajal menjemput.

Mereka belajar cepat setiap harinya, mencerna dan menyimpulkan.

Oleh karenanya, jangan lewatkan satu hari saja, atau bahkan satu jam saja dengan mengabaikan anak kita. Apalah lagi memberi contoh buruk, memberinya beban di luar kesanggupannya…

Godaan era gadget sekarang bukan hanya anak tersisihkan oleh pekerjaan orang tua, tapi juga sosialita orang tuanya.

“Mamah pilih aku apa Facebook?”

“Papah pilih aku apa HP?”

Kira-kira itu pertanyaan anak sekarang.

Segera letakkan gadget Anda, peluk dan cium dia. Temani bermain dan belajar, sebelum Anda menyesal 10 atau 15 tahun lagi.[ind]

 

Tags: Manfaatkan Waktu yang Berharga dengan Anak sebelum Terlambat
Dapatkan Informasi Terupdate Terbaru Melalui Saluran CMM Dapatkan Informasi Terupdate Terbaru Melalui Saluran CMM Dapatkan Informasi Terupdate Terbaru Melalui Saluran CMM
Previous Post

Bertanggungjawab pada Ingatan

Next Post

Bijak Menggunakan Media Sosial agar Pernikahan tetap Terjaga

Next Post
Cara Memulai Puasa Media Sosial

Bijak Menggunakan Media Sosial agar Pernikahan tetap Terjaga

Kenalan dengan Lemak Visceral, Musuh dalam Daging di Perutmu Sendiri

Kenalan dengan Lemak Visceral, Musuh dalam Daging di Perutmu Sendiri

BAZNAS Salurkan Bantuan bagi 51.108 Anak Yatim se-Indonesia

BAZNAS Salurkan Bantuan bagi 51.108 Anak Yatim se-Indonesia

  • Perkumpulan Jalanin Pare Pare Bangun Pendidikan Lewat Training Fasilitator Kehidupan

    Perkumpulan Jalanin Pare Pare Bangun Pendidikan Lewat Training Fasilitator Kehidupan

    72 shares
    Share 29 Tweet 18
  • ALISA Khadijah-ICMI Mimika Sukses Gelar Training Motivation 2025

    70 shares
    Share 28 Tweet 18
  • Terjemahan Hadits Arbain Pertama Lengkap dengan Huruf Latin

    5084 shares
    Share 2034 Tweet 1271
  • Doa Ibu yang Mengubah Nasib Anak

    3145 shares
    Share 1258 Tweet 786
  • 124 Nama Sahabiyat untuk Bayi Perempuan

    7554 shares
    Share 3022 Tweet 1889
  • Doa Rabithah dan Keutamaan Membacanya

    2032 shares
    Share 813 Tweet 508
  • 12 Adab dalam Majelis Al-Qur’an

    4559 shares
    Share 1824 Tweet 1140
  • Yang Berhak Memandikan Jenazah Ibu

    2776 shares
    Share 1110 Tweet 694
  • 25 Nama Bayi Laki-Laki Berawalan Huruf Z dalam Bahasa Arab

    676 shares
    Share 270 Tweet 169
  • Pengertian Mukallaf, Syarat-Syaratnya dan Hukum Taklifi

    283 shares
    Share 113 Tweet 71
Chanelmuslim.com

© 1997 - 2025 ChanelMuslim - Media Online Pendidikan dan Keluarga

Navigate Site

  • IKLAN
  • TENTANG KAMI
  • PEDOMAN MEDIA SIBER
  • REDAKSI
  • LOWONGAN KERJA

Follow Us

No Result
View All Result
  • Home
  • Jendela Hati
    • Thinking Skills
    • Quotes Mam Fifi
  • Keluarga
    • Suami Istri
    • Parenting
    • Tumbuh Kembang
  • Pranikah
  • Lifestyle
    • Figur
    • Fashion
    • Healthy
    • Kecantikan
    • Masak
    • Resensi
    • Tips
    • Wisata
  • Berita
    • Berita
    • Editorial
    • Fokus +
    • Sekolah
    • JISc News
    • Info
  • Khazanah
    • Khazanah
    • Quran Hadis
    • Nasihat
    • Ustazah
    • Kisah
    • Umroh
  • Konsultasi
    • Hukum
    • Syariah

© 1997 - 2025 ChanelMuslim - Media Online Pendidikan dan Keluarga