AYAH Bunda, menjadi lelaki jantan bukan berarti tak punya perasaan. Ustaz Satria Hadi Lubis mengulas tips parenting bagaimana seorang ayah mengajarkan anak lelakinya.
Percakapan seorang ayah dan anak yang perlu direnungkan (lihat video di bawah). Dalam video tersebut, seorang ayah mengajarkan anak lelakinya tentang makna menjadi lelaki jantan.
Lelaki jantan tak hidup mengandalkan perasaannya (suka atau tidak suka pada sesuatu), tapi hidup dengan tugas dan tanggung jawabnya.
Baca juga: Menikahlah dengan Lelaki yang Memiliki High Value
Tips Parenting Mengajarkan Anak Laki-laki Menjadi Lelaki Jantan
Jika menjadi ayah, otomatis ia bertanggung jawab terhadap keluarganya. Tak perlu puji dan balas jasa untuk banting tulangnya melindungi keluarga.
Lelaki jantan tak menjadi pengecut hanya gara-gara perasaan suka atau tak suka. Lalu patah dengan meninggalkan tanggung jawabnya sebagai ayah.
Seorang laki-laki jantan menatap dunia yang keras ini dengan sikapnya, bukan dengan perasaannya.
Namun bukan berarti lelaki jantan tak punya perasaan, tapi perasaannya ditundukkan oleh akal sehatnya yang mengerti apa arti tanggung jawab dalam berbagai peran hidupnya.
Dalam Islam, banyak tokoh atau figur laki-laki jantan yang ideal, mulai dari Rasulullah Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam hingga para sahabat yang mulia.
Mereka bukan hidup tanpa kesusahan, bahkan seluruh hidupnya penuh ujian. Bukan hanya menjadi panutan bagi keluarga, tapi juga pemimpin bagi umat.
Seorang laki-laki yang ideal adalah mereka yang mampu memimpin dirinya dan orang lain serta bertanggung jawab terhadap apa yang menjadi amanahnya, baik istri, anak, maupun keluarganya.
Semoga kita dapat meneladani karakter para laki-laki teladan sepanjang masa itu dan menjadi standar para lelaki muslim di dunia.[ind]
View this post on Instagram