FOKUS pada kelebihan anak. Dalam tulisan sebelumnya, Motivator Parenting dari Rumah Pintar Aisha Randy Ariyanto pernah membahas tentang kuadran potensi dan bagaimana menyikapi kelemahan anak.
Sekarang, mari kita tidak lagi fokus pada kelemahan anak tetapi fokus pada kelebihan yang anak miliki. Bunda, jangan terus-terusan fokus pada kelemahannya.
Bahkan kalau bisa, stop fokus pada kelemahan. Nah, sekaranglah saatnya kita fokus pada kelebihan anak. Baiklah Bun, simak baik-baik tulisan ini ya Bun.
Tulisan ini dikutip dalam buku yang berjudul 100 Catatan Inspirasi Seorang Muslim, New Comer. Tentunya ada sedikit revisi.
Setiap manusia, sesuai fitrahnya pasti memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing, pasti Bunda setuju itu.
Namun sayangnya, dalam memandang kelebihan dan kelemahan sebagian besar orang terlalu fokus pada kelemahan.
Ini banyak terindikasi dari kepasrahan manusia dengan keadaan. Indikasi kedua adalah betapa sibuknya mereka untuk memperbaiki kelemahannya.
Fokus pada kelemahan bukanlah sesuatu yang salah. Namun, kita harus mempertimbangkan kembali jika kita ingin fokus pada kelemahan.
baca juga: Lakukan Tindakan Parenting Berkesadaran
Fokus pada Kelebihan Anak
Jika kita memilih untuk mengurangi kelemahan sebagai prioritas awal, maka kita akan memiliki keadaan kurang lebih seperti ini:
1. Suatu kelemahan dapat kita rasakan ketika apa yang kita miliki masih jauh dari yang dimiliki oleh rata-rata orang.
Sedangkan kelebihan itu adalah sesuatu yang kita rasakan, bahwa kita memiliki sesuatu yang lebih unggul dari yang dimiliki oleh rata-rata orang.
Jika kita ingin menstandarkan kelemahan agar menjadi rata-rata sebagaimana kebanyakan orang maka kita akan mengeluarkan terlalu banyak energi untuk mencapainya.
Kita membutuhkan waktu yang cukup lama hanya untuk menjadi seseorang yang ‘rata-rata’. Ingat, usaha yang kita lakukan itu hanya untuk menjadi orang ‘rata-rata’.
Kita belum menjadi pakar dalam bidang tersebut. Coba perhatikan usaha orang lain, di saat kita sedang berusaha menjadi rata-rata, orang lain sudah menuju kepakarannya.
2. Kedua, berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menjadi rata-rata. Apakah satu tahun, dua tahun atau bahkan 10 tahun.
Seringkali waktu yang kita tetapkan tidak tepat, kendalanya apa? Kendalanya adalah kelemahan kita itu sebenarnya bukan passion kita.
Ini merupakan harga yang terlalu mahal untuk diperjuangkan. Dan ingat, apa yang kita lakukan itu untuk menjadi rata-rata orang lho bukan menjadi sosok spesialis.
3. Biasanya, sebuah kelemahan itu juga sesuatu yang tidak disukai. Pada umumnya membutuhkan waktu yang lebih banyak untuk menguasai sesuatu yang tidak disukai.
4. Di sisi yang lain, boleh jadi sesuatu yang kita anggap lemah adalah sesuatu yang menjadi kelebihan orang lain sehingga kita sangat lambat untuk mencapai ilmu atau keahlian tersebut.
Sedangkan orang lain yang memiliki kelebihan di bidang itu akan sangat cepat untuk menjadi lebih hebat, maka selamanya kita akan kalah bersaing dengan mereka.
5. Oleh karena itu, dapat disimpulkan, bahwa fokus pada kelemahan akan membuang banyak waktu dan kita belum menjadi sosok yang hebat.
Itu berarti bahwa kita membuang banyak waktu dan energi untuk menjadi rata-rata orang bukan menjadi pakar.
Kenapa banyak orang sangat fokus pada kelemahan, karena sebagian besar orang terjebak untuk membandingkan diri mereka dengan orang lain padahal potensi manusia itu berbeda-beda.
Sekarang, coba jika kita memilih untuk fokus pada kelebihan maka hasilnya akan seperti ini:
1. Kita akan mengalami sebuah percepatan sesuai dengan potensi yang kita miliki. Sedangkan orang lain tidak akan mengalami percepatan sebagaimana yang kita alami.
Hal ini karena passion dan potensi yang mereka miliki tidak seperti yang kita miliki atau dengan kata lain, potensi yang kita miliki lebih besar daripada yang rata-rata dimiliki oleh orang lain.
2. Ketika kelebihan kita diketahui oleh orang lain, orang lain akan banyak memperhatikan kelebihan sedangkan kelemahan yang ada dalam diri kita akan terlupakan.
3. Kita akan berprestasi dan mendapatkan apresiasi karena usaha kita untuk terus mengasah kelebihan dengan totalitas dan penuh kebahagiaan.
Pada saat kelebihan sudah membuahkan hasil, mulailah berbagi fokus dengan kadar yang wajar dalam upaya untuk mengurangi kelemahan.
Kelemahan yang menjadi fokus perhatian dan perlu untuk dihilangkan adalah kelemahan yang mendukung kepakaran yang sedang dibangun.
Misalnya kita adalah seorang trainer motivasi tetapi kurang dalam penguasaan bahasa Inggris. Padahal kita sadar bahwa dengan menguasai bahasa Inggris menjadikan diri kita lebih optimal dalam melakukan training.
Maka kelemahan dalam berbahasa Inggris perlu dihilangkan. Tetapi sekali lagi, fokus utama tetap pada kelebihan bukan kelemahan.
Nah Bun, setelah membaca tulisan di atas, Bunda sudah mulai paham kan, kenapa kita sebagai orang tua perlu fokus pada kelebihan anak daripada kelemahan anak.
Kita sebagai orang tua harus terus menggali dan menemukan potensi anak kemudian mengembangkan potensi tersebut hingga menjadikan anak berprestasi dan mendapatkan apresiasi dari orang lain.
Siapa tahu, usaha Bunda untuk menemukan dan mengembangkan potensi anak sejak dini mampu menjadikan jalan rezeki bagi anak kita.
Oke Bun, dapat saya simpulkan bahwa setiap manusia yang hidup di dunia pastilah dibekali potensi oleh Allah agar manusia bisa eksis hidup di dunia.
Nah, sekarang tugas kita sebagai orang tua adalah menemukan potensi yang telah Allah sediakan untuk anak kita sekaligus berjuang untuk mengembangkan potensi itu hingga potensi anak itu tumbuh dan memberikan manfaat kepada orang lain sekaligus menjadi jalan mengalirnya rezeki bagi anak kita.[ind]