CERITAKAN Mimpimu Kepada Orang-orang Tersayang, ditulis oleh Ustaz Cahyadi Takariawan.
Apa pentingnya cerita tentang mimpi? Saya berpendapat, tidak penting. Namun ternyata bercerita tentang mimpi bisa menjadi sarana bonding atau ta’liful qulub antara orang tua dengan anak.
Bahkan para Nabi terdahulu menjadikan mimpin sebagai bahan obrolan dalam keluarga.
Ayah mengobrol dengan anak, tentang mimpinya. Anak bercerita kepada ayah, tentang mimpinya.
Perhatikan cerita Nabi Yusuf ‘Alaihi Salam kepada ayahnya, tentang mimpi. Dengan leluasa Yusuf menceritakan mimpinya yang sangat istimewa.
ذۡ قَالَ يُوسُفُ لِأَبِيهِ يَٰٓأَبَتِ إِنِّي رَأَيۡتُ أَحَدَ عَشَرَ كَوۡكَبٗا وَٱلشَّمۡسَ وَٱلۡقَمَرَ رَأَيۡتُهُمۡ لِي سَٰجِدِينَ
(Ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya: “Wahai ayahku, sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku.”
Perhatikan pula bagaimana Nabi Ibrahim menceritakan mimpinya kepada anak lelaki, Ismail.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Dari kisah mimpi inilah terajut dialog antar hati, dialog iman, dialog penuh cinta antara ayah dengan anak.
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ ٱلسَّعۡيَ قَالَ يَٰبُنَيَّ إِنِّيٓ أَرَىٰ فِي ٱلۡمَنَامِ أَنِّيٓ أَذۡبَحُكَ فَٱنظُرۡ مَاذَا تَرَىٰۚ قَالَ يَٰٓأَبَتِ ٱفۡعَلۡ مَا تُؤۡمَرُۖ سَتَجِدُنِيٓ إِن شَآءَ ٱللَّهُ مِنَ ٱلصَّٰبِرِينَ
Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.”
Ceritakan Mimpimu Kepada Orang-orang Tersayang
Baca juga: 17 Kegagalan Orang tua dalam Mendidik Anak
Jadi, bukan soal apa isi mimpimu. Tapi soal tradisi. Bahwa sangat penting menciptakan tradisi keterbukaan yang nyaman antara orang tua dengan anak, secara timbal balik.
Cara paling sederhana memulai tradisi itu adalah, ceritakan mimpimu kepada anakmua. Atau tanyakan kepada anakmu, apa mimpinya.
Pagi tadi saya bertanya kepada Raung (7 tahun), “Apa mimpimu tadi malam?”
“Aku tadi malam bermimpi. Tapi aku tidak mau bercerita isi mimpiku,” jawab Raung.
Bagaimana kalau begitu? Jangan dipaksa bercerita. Ajak bercerita hal-hal lainnya.
Karena bukan soal mimpi. Tapi tentang menciptakan tradisi.[Sdz]





