BAGAIMANA cara mengobati trauma anak yang jadi korban kekerasan agar bisa normal lagi, jadi baik lagi dan bahagia lagi?
Menurut pendiri Rumah Pintar Aisha, Dyah Lestyarini, ada 5 cara yang bisa dikombinasikan untuk mengobati trauma anak korban kekerasan.
Baca Juga: Muslim Montreal Buka Penampungan Bagi Wanita Muslim yang Alami Traumatis
Cara yang paling cepat melalui hipnoterapi dan memberikan sugesti
Saat kita sudah mengetahui akar masalah anak, maka untuk membantu menanamkan dalam pikiran alam bawah sadar anak, kita perlu memberikan sugesti kepada anak.
Kapan waktu yang paling efektif dalam mensugesti anak. Waktu yang efektif dalam mensugesti anak itu, ada pada 5 menit saat anak akan tidur dan 5 menit saat anak bangun tidur.
Barangkali Bunda bertanya, ada apa dengan waktu itu, jawabannya begini Bun.
Pada waktu-waktu itu, menurut penelitian, otak manusia dalam kondisi alpa bahkan dalam kondisi theta (kondisi antara sadar dan tidak sadar). Dalam kondisi itu, apa yang didengar oleh anak termasuk juga oleh orang dewasa akan masuk ke dalam alam bawah sadar.
Jadi waktu 5 menit sebelum tidur dan 5 menit setelah bangun tidur adalah waktu yang paling efektif dalam memberikan sugesti kepada anak.
Dalam memberikan sugesti kepada anak, langkahnya adalah dengan mengusap punggung anak atau dengan memijat-mejat anak sambil mengatakan hal-hal yang positif seperti:
“Andi anak yang semangat, anak yang bahagia”, “Andi bermain dengan gembira bersama teman-temannya”, “Semua sayang Andi”, “Andi disayangi, dicintai Ayah, Bunda”.
“Andi anak yang berani, antusias dan percaya diri”, “Andi memiliki masa depan yang cerah”.
Terus beri kata-kata positif berulang-ulang. Setiap sugesti yang diberikan oleh orang tuanya akan menjadi doa dan masuk dalam alam bawah sadar anak.
Insha Allah, kelak anak akan memiliki karakter sebagaimana yang orang tua sugestikan.
Hadir dalam ruang psikologis dan spiritual anak
Hadir secara psikologis yakni dengan menunjukkan rasa kasih sayang dan perhatian, bercanda dan tertawa bersama, bercerita dan mendongeng, bermain dan belajar bersama serta berdialog dengan penuh kasih sayang dan perhatian.
Sedangkan hadir secara spiritual dengan mengajak mereka beribadah bersama seperti sholat berjamaah di masjid bersama, mengaji selepas subuh dan maghrib bersama,
sedekah dengan pergi ke anak yatim bersama, mengumpulkan barang/mainan yang akan disedekahkan bersama, puasa sunah bersama, mendampingi anak melihat film edukatif atau film agama misalnya kisah nabi dan saling memaafkan antar anggota keluarga sebelum tidur.
Mendidik dengan lemah lembut
Bunda, agama kita, Islam mengajarkan kita untuk berkata lemah lembut kepada orang lain khususnya anak kita sendiri.
Coba perhatikan ayat-ayat Al Quran dan hadis berikut ini:
a. “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.” (QS. Ali Imron: 159)
b. “Pergilah kamu berdua kepada Fir’aun, karena dia telah berbuat melampui batas. Berbicaralah kepadanya dengan kata-kata yang lembut, mudah-mudahan ia mau ingat atau takut.” (QS. Thaha : 43-44)
c. “Sungguh, segala sesuatu yang dihiasi kelembutan akan nampak indah. Sebaliknya, tanpa kelembutan segala sesuatu akan nampak jelek.” (HR. Muslim)
d. “Wahai Aisyah, sesungguhnya Allah itu Mahalembut dan mencintai kelembutan. Allah memberi kepada kelembutan hal-hal yang tidak diberikan kepada kekerasan dan sifat-sifat lainnya.” (HR. Muslim)
e. “Barangsiapa yang tidak memiliki sifat lembut, maka tidak akan mendapatkan kebaikan.” (HR. Muslim)
Nah, Ayah, Bunda, mulai sekarang stop semua perilaku kita yang membuat anak trauma. Mulailah untuk belajar mendidik anak-anak dengan lemah lembut. Hargai anak kita dengan berlemah lembut kepada mereka.
Menciptakan banyak memori indah, kasih sayang, cinta dan kebahagiaan
Anak trauma, depresi dan stress itu karena anak memiliki memori-memori yang menakutkan dirinya, membebani, membuat trauma.
Kenangan-kenangan seperti dibentak, dimarahi, dipukul, dilecehkan, di-bully, dipermalukan, diintimidasi dan sebagainya sudah tersimpan dalam alam bawah sadarnya.
Salah satu cara agar memori-memori itu tidak dominan dalam alam bawah sadarnya adalah menimpa dengan memori-memori yang positif, yang menyenangkan, membahagiakan, memori tentang cinta, kasih sayang, dihargai, motivasi, percaya diri, semangat dsb.
Cara ini butuh komitmen dari orang tuanya untuk memperbanyak menciptakan memori positif kepada anak agar memori positif itu pelan-pelan mampu menggeser bahkan menghilangkan memori negatif yang saat ini masih dominan dalam alam bawah sadar anak.[ind]