KEKERASAN Dalam Rumah Tangga (KDRT) semakin hari semakin memprihatinkan. Kondisi keluarga Indonesia berada dalam ancaman. Tidak hanya orangtua, anak-anak yang masih berada dalam masa pertumbuhan akan terkena dampak buruk dari perilaku KDRT salah satu anggota keluarganya, terutama jika pelakunya adalah orangtua.
Dilansir dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Psikolog lulusan Universitas Indonesia, Rosdiana Setyaningrum, MPsi, MHPED menjelaskan bahwa upaya mengikis pengalaman traumatis pada anak perlu keterlibatan dari orang tua.
Artinya bukan hanya anak yang harus melakukan terapi, melainkan juga orang tuanya
1. Risiko Luka Fisik
Kekerasan rumah tangga berisiko melukai fisik anak, seperti memar, kelelahan kronis, gemetar tanpa sadar, ketegangan otot, dan lain sebagainya.
Apalagi anak usia sekolah, kemungkinan besar akan melawan ketika orang yang mereka sayangi diserang baik sengaja ataupun tidak.
Baca Juga: Tiga Sebab Utama Munculnya KDRT
3 Dampak Buruk KDRT Bagi Anak-Anak Menurut BKKBN
2. Trauma Emosional dan Psikologi
Anak yang tinggal dalam kondisi mengalami kekerasan dalam rumah tangga umumnya akan mengalami trauma emosi dan psikologi sebagai dampak dari perasaan takut dan tensi yang tingga selama berada di rumah.
3. Perilaku Tidak Wajar
Anak-anak yang menyaksikan kekerasan dalam rumahnya umumnya memang memiliki masalah perilaku, somatik atau emosional yang serupa dengan dialami akibat dari trauma masa kecilnya.
Bunda dan Ayah mari kita jaga anak-anak kita. Ciptakan rumah aman dan tentram bagi mereka. Masa depan mereka bergantung pada rumah tempa mereka tinggal. Mereka butuh bimbingan yang diliputi oleh kelembutan dan kasih sayang. [Ln]