USTAZ Bendri Jaisyurrahman mengatakan bahwa Palestina adalah prototipe generasi yang diciptakan oleh Allah hari ini sebagai pelajaran bagi umat Islam tentang cara terbaik bagi orangtua mendidik generasi Islam.
Anak-anak Palestina tumbuh dalam naungan nilai-nilai tauhid yang dirawat dan dididik oleh orangtuanya.
“Generasi yang diciptakan yang hari ini kita lihat ada di Palestina mereka tumbuh di antaranya adalah bagaimana orang tuanya sudah mulai meng-install nilai-nilai tauhid,” ucap sosok praktisi Islamic Parenting tersebut saat ditemui dalam Seri Mendidik Anak di Akhir Zaman di Jakarta Islamic School. (01/11/2023)
Orangtua di Palestina juga tidak mengenalkan siklus kehidupan kepada anak-anaknya sebagaimana lazimnya ilmu biologi.
Jika dalam ilmu biologi siklus kehidupan manusia dimulai dari bayi, balita, anak-anak, remaja, dewasa, tua dan meninggal, orangtua di Palestina mengenalkan pada tiap tahap siklus tersebut kemungkinan-kemungkinan untuk syahid.
“Jadi selalu tuh ada peluang kapanpun harus bersiap untuk Syahid.”
Baca Juga: Gemerlap Cahaya dari Palestina
Cara Orangtua di Palestina Mendidik Anak-Anaknya
Tauhid menjadi metode pendidikan generasi di Palestina yang paling utama.
Kalimat tauhid menjadi kalimat yang selalu disebutkan dan didengungkan saat menimang-nimang anak-anak mereka untuk memberikan stimulasi pada pendengaran mereka sejak bayi.
“Jadi nama yang harus pertama kali dan disebutkan berulang-ulang itu nama Allah, dan itulah hebatnya mereka,” ucap Ustaz Bendri.
Setelah pendengaran, penglihatan juga perlu diberikan stimulasinya sejak bayi, yaitu dengan cara memperlihatkan keagungan Allah melalui makhluk-makhluk ciptaan-Nya.
Orangtua menjadi objek yang pertama kali dan seringkali dilihat oleh anak-anaknya, maka jangan sampai orangtua membuat anak-anaknya ketakutan saat melihat dirinya, karena orangtua adalah salah satu perwakilan Allah di muka bumi.
“Ingat Allah menamai dirinya pertama kali dengan nama apa Ar-rahman dan Ar-rahim sehingga nama ini yang harus diwujudkan pada saat anak itu baru lahir. Makanya orangtua yang enggak pernah senyum, suka bentak, ngomel-ngomel maka merusak pemandangan wajah Allah di dalam diri anak. Hati-hati!,” tutup Ustaz Bendri.
Demikianlah seharusnya tauhid dan akidah harus menjadi pondasi utama yang menentukan kualitas anak-anak di masa depan.
“Siapa yang tidak memulai dengan tauhid, tidak memulai dengan pondasi yang benar maka tunggu kapan saat anak itu diuji menjadi bangunan yang rapuh,” ucap Ustaz Bendri.
[Ln]