ChanelMuslim.com – Media bias kerap terjadi dalam pemberitaan Palestina. Terlebih lagi, pada media-media barat. Isu ini ramai dibicarakan di kalangan jurnalis, aktivis, dan praktisi. Ketika para jurnalis lakukan peliputan mengenai isu palestina, tidak jarang pembiasan itu terjadi.
Baca Juga: Menkominfo: Jurnalisme Berkualitas Jaga Koeksistensi Media
Media Bias Kerap Terjadi dalam Pemberitaan Palestina
Hal ini disampaikan oleh Redaktur Anadolu Agency, Pizaro Gozali Idrus M.Sos., dalam talkshow bertema “Penjajahan atas Palestina dalam Perspektif Media” yang diselenggarakan oleh Nusantara Palestina Center (NPC) pada Ahad, (28/11/2021).
Ia menjelaskan bahwa setiap tahun, bisa sampai satu atau bahkan dua kali, di media-media Eropa atau barat selalu merilis tentang media bias dalam melakukan peliputan mengenai penjajahan Israel atas Palestina.
Pizaro pun memberi contoh. Ketika Israel berhenti melakukan penyerangan, media-media barat selalu menyebutkan Israel start begin peace in the Gaza atau Palestine.
Artinya, Israel memulai perdamaian di Palestina atau Gaza. Istilah peace ini tentunya sangat menjadi masalah. Apakah menghentikan serangan ke Palestina bisa disebut sebagai perdamaian? Padahal, hingga saat ini Palestina masih dijajah.
Oleh sebab itu, Pizaro menjelaskan bahwa di Anadolu Agency, mereka masih memakai istilah misal menyebut kota Gaza sebagai Blockade Land. Hal ini guna memberi pesan kepada dunia bahwa negara-negara dan wilayah tersebut masih terjajah.
Selain itu, sebagai bentuk dukungan media untuk menggambarkan kepada publik bahwa masih ada ketidakadilan global di Palestina. Namun, tren seperti ini, baik di media barat, termasuk Indonesia sendiri, sangat jarang istilah-istilah itu ada.
Problematika lainnya, media juga tidak memberi gambaran yang utuh mengenai aktor yang terlibat di Palestina.
Pizaro pun menegaskan bahwa sebenarnya terdapat media yang tidak independen. Mereka punya cara pandang tersendiri. Bisa baik atau buruk, tergantung konteksnya.
Mantan Diplomat Israel pernah mengatakan bahwa Israel telah sukses meletakkan pemikiran mereka dalam narasi western media yang isinya sepihak dan banyak memberikan hal-hal yang tidak sesuai konteks dalam pemberitaan di Palestina.
Baca Juga: Raksasa Media Sosial Facebook Berencana Ganti Nama
Kebanyakan Short Story
Terakhir, problematika lain terkait pemberitaan Palestina adalah kebanyakan jurnalis hanya menulis short story.
Sudah jarang yang menulis berita panjang. Pizaro menjelaskan bahwa kita perlu berita-berita yang panjang agar pembaca mengetahui serta memahami secara lengkap konteks yang jelas ketika membaca persoalan Palestina.
Sayangnya, para pakar media telah berbicara bahwa media sudah meninggalkan kerja-kerja investigatif dan tulisan-tulisan panjang.
Saat ini, tulisan hanya dua sampai tiga paragraf pun selesai. Hal ini menjadi masalah karena konteksnya tidak bisa banyak dieksploitasi.
Selain itu, banyak media yang memotong divisi politiknya, diganti entertainment, lifestyle, dan sebagainya.
Karena Palestina problem politik, jadi akhirnya berdampak. Maka dari itu, ini menjadi tantangan tersendiri untuk media.
Pizaro menjelaskan bahwa Palestina Bukan masalah sepele. Dampak dari masalah ini adalah pembaca membacanya hanya sepotong-sepotong saja sehingga tidak melihat secara utuh.
Oleh sebab itu, tidak jarang hal ini membuat masyarakat Indonesia menganggap isu Palestina hanyalah persoalan biasa.
Talkshow bertema “Penjajahan atas Palestina dalam Perspektif Media” diadakan oleh NPC untuk menyemarakkan Hari Solidaritas Internasional untuk Rakyat Palestina.
Acara tersebut adalah special event yang diadakan NPC dengan tujuan saling mengingatkan, memberi semangat untuk senantiasa memberi dukungan dan solidaritas kepada saudara-saudara kita di Palestina. [Cms]