ChanelMuslim.com – Para ulama perempuan dalam perkembangan peradaban Islam selalu aktif dalam kegiatan belajar mengajar Al-Qur’an. Sayyidah Zumurrud juga aktif belajar Mazhab Hanafi.
Beliau bahkan mendirikan sebuah madrasah yang dimanfaatkan untuk umat yang dikenal sebagai Madrasah Khatuniyyah di Damaskus.
Baca Juga: Arab Saudi Dilaporkan Menangkap Ulama Perempuan karena Mengajar Alquran di Rumah
Ulama-ulama Perempuan dalam Perkembangan Peradaban Islam
Nama lain yang terkenal, Sayyidah Ishmatuddin Khatun yang merupakan istri dari Nuruddin Zanki. Beliau dikenal sebagai ahli fiqih Mazhab Hanafi dan selalu menghidupkan malamnya dengan shalat dan berdzikir.
Sepeninggal Nuruddin, Sayyidah Ishmatuddin menikah dengan Shalahuddin al Ayyubi dan turut aktif dalam perjuangan pembebasan Palestina.
Dirinya turut aktif dalam jihad pendidikan seperti mewakafkan Madrasah Khatuniyah agar dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.
Selama masa pemerintahan Nuruddin dan Shalahuddin, banyak ulama perempuan yang berkiprah dan berasal dari kalangan elit pemerintahan seperti istri pejabat.
Salah satu diantaranya adalah Syaikhah Fathimah binti Saad al Khair al Anshari, dirinya berjuang dalam jihad politik dan pendidikan bersama Zainuddin Ali bin Naja yang merupakan suaminya dan penasehat politik Sholahuddin.
Syaikhah Fathimah banyak menerima murid bahkan menganugerahkan ijazah kepada beberapa ulama seperti Syekh Al Mundzir dan Syekh Ahmad bin al Khair Salamah.
Ada sebuah kitab yang berjudul ‘At Takmilah li Wafayat an Naqalah’ karya Syekh Al Mundziri, beliau bahkan menyebut banyak sekali daftar nama ulama perempuan yang berkontribusi dalam perjuangan umat Islam.
Tercatat, dalam kitab yang dituliskan beliau ada sekitar 15 ulama perempuan dalam volume pertama, dan 12 ulama perempuan lainnya dalam volume kedua. Sebenarnya, masih ada banyak lagi dalam kitab At Takmilah, tetapi tidak disebutkan secara mendetail.
Melompat jauh dari negeri-negeri Islam di Afrika dan Timur Tengah, kita menuju ke kepulauan Nusantara. Negeri ini tidak pernah sekalipun kekurangan stok para ulama, termasuk ulama-ulama perempuan yang turut berkontribusi dalam upaya dakwah Islam dan perjuangan kemerdekaan negerinya dari cengkraman penjajah dan aksi penjajahan.
Tercatat, ada beberapa nama ulama perempuan asli Nusantara yang turut berdakwah di negeri ini, diantaranya adalah Cut Nyak Dhien.
Identitas beliau sebagai ulama perempuan tidak banyak diketahui oleh publik demi menghindari mata-mata Belanda. Cut Nyak Dhien setelah ditangkap dan diasingkan ke Jawa Barat, beliau bahkan turut aktif mengajar urusan agama untuk masyarakat sekitar dan dikenal sebagai seorang ulama perempuan yang menanamkan ruh Islam dibumi Priangan.
Berikutnya adalah Nyai Ageng Tegalrejo yang merupakan nenek dari Pangeran Diponegoro. Dari beliaulah, Pangeran Diponegoro dibentuk karakternya sehingga menjadi seorang pemimpin yang Islami.
Pada abad ke-19 dan 20, ada ulama perempuan Nusantara yang bernama Syaikhah Fathimah binti Abdusshomad al Falimbani.
Beliau adalah satu dari 3 orang ulama hadis perempuan yang dikenal, selain Syaikhah Ummatullah binti Abdul Ghani al Dahlawi dari India, dan Syaikhah Fathimah binti Ya’qub al Makki dari Mekkah.
Syaikhah Fathimah binti Abdusshomad al Falimbani yang merupakan ulama hadis perempuan termasyhur merupakan guru ulama besar Nusantara yang bernama Syekh Nawawi al Bantani tatkala menimba ilmu di kota Makkah.
Baca Juga: Anak Perempuan Bercerai, Siapa yang Menanggung Nafkahnya
Dari Indonesia
Di Sumatera Barat, ada sosok seorang ulama perempuan yang bernama Syaikhah Rahmah el Yunusiyah yang menjadi pelopor berdirinya Madrasah Diniyah Putri di Sumatera Barat pada tanggal 1 November 1923.
Oleh Universitas al Azhar Mesir, beliau dianugerahi gelar kehormatan Syaikhah.
Dari pemaparan tersebut, makin membuktikan bahwa Islam hadir di muka bumi untuk membawa kebaikan bagi seluruh alam semesta, terkhusus sebagai umat manusia dan kaum perempuan.
Islam mengangkat derajat kaum perempuan setelah mengalami penindasan yang dialami ketika masa sebelum Islam, terutama dalam bidang pendidikan.
Pada saat kaum perempuan di Eropa masih terbelenggu oleh budaya mereka sendiri yang membatasi aktivitas perempuan lalu memperjuangkan kesetaraan gender, kaum muslimah terdahulu telah membuktikan kemampuan mereka dalam bidang keilmuan dan berbagai bidang.
Sahabat Muslim, semoga penjelasan di atas bisa menginspirasi kita. Aamiinn. [Cms]