ChanelMuslim.com –
Mengajari Agama kepada Anak
Oleh : MommyIca
Annisa Nurul Arifah
Ini status buat teman-teman yang bertanya-tanya bagaimana anak yang belum genap 3 tahun bisa berimajinasi indah tentang agamanya di status saya sebelumnya.
Sesungguhnya imajinasi yang terbentuk pada diri Aqilah bukanlah proses yang instant.
Butuh waktu yang lama, kesabaran serta konsisten. Mencari celah kira-kira dimana nih bisa disusupi tentang agama.
Mencari-cari apa dulu nih yang harus diajarkan. Dan itu bukan pekara yang mudah. Salah-salah anak malah mencitrakan yang negatif tentang agamanya.
Dan orang tuanyalah yang menjadi perantara anak mengenal agama sebagai sesuatu yang negatif hanya karena salah memilih mana dulu yang harus diajarkan. Sungguh ini bukan perkara yang mudah lagi sepele mak.
Yang pertama kali memulai adalah bapaknya aqilah. Sedari bayi bapaknya udah ngajarin dzikrullah, mulai dari syahadat, takbir, tasbih. Karena bapake pengennya kata-kata yang diucapkan Aqilah pertama kali adalah Allah dan selalu menyertakan Allah.
Terdengar berlebihan sih, sama awalnya saya juga mikirnya berlebihan banget si bapaknya Aqilah tapi bukankah ini salah satu upaya agar Aqilah mengenal Allah sedini mungkin.
Saya jadi teringat ketika usai Aqilah 2 bulan itu dia seperti mengeluarkan suara takbir dan itu terdengar jelas oleh saya dan omnya Aqilah.
Masya Allah.
Dan ini insya Allah akan terus berlanjut, mengajak anak mengingat Allah. Bisa dibikin games juga sih. Ketika diperjalanan, kalau jalannya mendaki kita ucapkan takbir dan menurun ucapkan tasbih. Ini sebenarnya bukan sekedar games tp juga ada haditsnya.
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya biasa jika melewati jalan mendaki, mereka bertakbir (mengucapkan “Allahu Akbar”). Sedangkan apabila melewati jalan menurun, mereka bertasbih (mengucapkan “Subhanallah”).
Lalu ketika aqilah mulai ngoceh-ngoceh, sambil mengenalkan nama-nama benda saya juga mengenalkan bahwa Allah Maha Pencipta.
Dimulai dari manusia, hewan, tumbuhan adalah ciptaan Allah. Dan ketika mengajarinya saya menyelipakan kalimat tasbih, masya Allah, takbir, dll. Lalu mengajarkan bahwa makhluk ciptaan Allah itu semuanya bertasbih kepada Allah.
Misal, “Aqilah itu ayam kokok kokok itu ayamnya sedang bertasbih lho nak, maksudnya kokok kokok itu ayamnya bilang “subhanallah subhanallah”. Ketika melihat pohon bergoyang, “nak, pohonnya bertasbih nak”. Ini sebenarnya saya merujuk
QS Al Isra 44 : “Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun”. Seringnya kalau kita lihat makhluk lain bertasbih kita jadi ikut-ikut bertasbih juga deh.
Setelah mengajari bahwa Allah Maha Pencipta dan semua makhluk-Nya bertasbih, saya mengajarkan tentang surga. Bahwa kita bisa dapat apa aja disurga.
Untuk surga sendiri saya menjelaskannya sesuai daya tangkapnya Aqilah. Surga itu belum diimajinasikan dengan sungai yang indah yang mengalir susu, dan lain-lain. Kalau diilustrasikan begitu sepertinya masih abstrak buat balita.
Tapi bukankah yang ada di dunia ada di surga. Saya bilang, “Naak di surga nanti Aqilah bisa main playground terus lho, bisa makan es krim yang banyaaak sekali”.
Si aqilah bilang, “Mami nanti aku disurga mau makan bakso yang besaaaaar, mami makan es krim, bapak makan coklat yah, hehehehe”.
Lalu saya jelaskan kalau mau ke surga kita harus kumpulin pahala. Caranya ibadah (shalat, amal, zakat, ngaji, dll).
Saya juga bilang bahwa Allah sayang dan cinta sama orang yang suka ibadah. Dan dijelaskan juga teladan nabi Muhammad, sebelumnya kenalkan dulu siapa Nabi Muhammad yah.
Kenapa kita harus meneladani nabi Muhammad. Ini perlu dijelaskan dgn bahasanya anak-anak juga.
Lalu mengajari konsep rejeki. Bahwa apa yang dia dapat itu pemberian dari Allah. Ketika dia kehilangan sesuatu, saya bilang “Nak, Allahkan masih kasih kita rejeki yang lain lho”.
Kalau dia dapat sesuatu saya bilang, “Nak, ini rejeki dari Allah untuk anak sholehah”. Ketika makan pun saya bilang, ini makanan rejeki dari Allah nak. Dan aqilah akan ucapkan hamdallah.
Biasanya dia bilang, “Alhamdulillah Allah sayang sama aku yah mi”.
Berikutnya mengajari sifat-sifat Allah. Yang baru saya tanamkan baru 4. Allah Maha Pengasih, Maha Penyayang, Maha Melihat dan Maha Mendengar.
Dua terakhir itu bisa jadi kontrol buat Aqlah. Misalnya dia abis melakukan kesalahan dan berusaha menyembunyikannya.
Mami tinggal bilang aja, “Aqilah, Allah itu Maha Melihat lho. Allah lihat Aqilah tadi lagi ngapain”. Biasanya sih dia ngaku sambil malu-malu.
Sekarang lagi menjelaskan halal-haram. Tentu dengan bahasa yang ringan dan disesuaikan dengan daya tangkap Aqilah.
Baru halal-haram makanan aja sih. Mana-mana aja yang boleh dimakan dan mana yang tidak. Sekaligus mengajarkan bahwa tidak semuanya diijinkan oleh Allah untuk kita lakukan.
Oh iya, saya belum mengajarkan tentang neraka, hari kiamat, siksa neraka, dll yang seram-seram. Why?
Karena saya ingin Aqilah mengenal agamanya sebagai suatu keindahan dan sesuatu yang menyenangkan. Sebenarnya gampang aja gitu mengenalkan neraka dan siksa kubur untuk mengontrol dan membatasi perilaku anak.
Bahkan ada orangtua juga yang mengancam-mengancam anaknya yang belum baligh bahkan balita dengan siksa neraka.
Misalkan si anak berbohong terus ibunya ngancam kalau berbohong nanti lidahnya dipotong Allah, dll.
Kalau dengar yang begini sedih sekali saya. Anak yang belum baligh saja kalo meninggal masuk surga, ini anak malah ditakutin gitu yak.
Kenapa oh kenapa maaaak.
Apa tidak khawatir si anak menjalankan agamanya dengan paksaan dengan ketakutan.
Orang dewasa saja membayangkan siksa kubur ngeri apalagi anak-anak yang imajinasinya masih bebas.
Entah seperti apa mereka mambayangkan Tuhannya. Tapi balik lagi kan setiap keluarga punya value masing-masing ya.
Insya Allah saya kenalkan ketika usia 7 tahun, dimana usia ia mulai diperintahkan untuk belajar shalat.
Tetap rileks dan selalu berharap pertolongan dan petunjuk Allah dalam setiap langkah meniti jalan surga-Nya.
Doakan semoga saya bisa konsisten sampai akhir karena ini semua baru permulaan. Optimis dan selalu bersemangat menyambut cahaya-Nya.
Note: setiap keluarga punya value yang berbeda.
MommyIca
Annisa Nurul Arifah
Ditulis oleh Annisa Nurul Arifah di akun Facebooknya.