Oleh: Isti Prihandini (jamaah haji Indonesia 2017)
Chanelmuslim.com- Siapa sangka, ternyata di antara ratusan pasukan BIN LADEN ini adalah para perempuan perkasa dari Indonesia.
“Qum… qum..”
“Ibu… bangun, bangun Ibu….”
“Ya Allah, hajja-hajja”
Susahnya mendapatkan shaf di dalam Masjid Nabawi saat musim haji menjadi alasan para jamaah untuk tetap berada di dalam masjid di antara waktu-waktu sholat. Meski letih, para jamaah memilih tidur di dalam Masjid ketimbang pulang ke hotel. Nah, di saat-saat itulah pemandangan menarik bisa kita saksikan.
Sementara jamaah sudah… “pe-we” (posisi enak) di shaf favorit, saat itulah pasukan BIN LADEN (perusahaan cleaning service) harus beraksi dengan senjata vacuum cleanernya. Butuh perjuangan untuk membangunkan jamaah yang tidur atau meminta pindah jamaah yang sedang asyik tilawah. Meski sebenarnya hanya butuh sekitar lima menit untuk berpindah, namun kadang konflik “adu mulut” antara petugas dan jamaah pun terjadi. Namun yang luar biasa, meski pekerjaan ini membutuhkan kesabaran, pengelola Masjid Nabawi menurunkan pasukan BIN LADEN tiga kali sehari demi menjaga kebersihan dan kenyamanan para tamu Rasulullah saw.
Siapa sangka, ternyata di antara ratusan pasukan BIN LADEN adalah para perempuan perkasa dari Indonesia.
Sebut saja namanya Rani. Gadis dari Lombok ini sudah empat tahun bekerja di Masjid Nabawi. Atau sebut saja Ibu Neneng dari Sukabumi, Ibu Tri dari Jawa, dan masih banyak lagi. Ada di antara mereka yang bekerja hampir lima belas tahun. Dengan berseragam gamis coklat muda dan jilbab hitam (kadang dengan niqab), mereka bekerja bersama dengan perempuan-perempuan Pakistan, India, Bangladesh, dan Filipina.
Tugas mereka adalah melayani tamu-tamu Rasulullah saw, seperti menyediakan ribuan liter air zam-zam dan ribuan gelas sekali pakai, menata Alquran atau mengambilkan untuk jamaah, menjaga kebersihan karpet, dan membantu jika ada jamaah kesulitan berkomunikasi dengan jamaah lain.
Biasanya para pelayan tamu Rasulullah ini bisa sedikitnya tiga bahasa, yaitu Indonesia, Arab, dan Hindi/Urdu.
Menjadi pelayan tamu Rasulullah saw tentu ada suka dan dukanya. Jauh dari keluarga dan dimarahi atasan tentu menjadi duka tersendiri bagi para pekerja rantau.
Namun duka itu terobati dengan kebahagiaan mendapat waktu khusus untuk bisa bersimpuh di Rawdah, bagian Masjid Nabawi yang paling banyak diburu Jamaah.
Ada waktu khusus bagi para pekerja untuk mendapat giliran ibadah di Rawdah. Tentu hal ini sangat istimewa. Bandingkan dengan para jamaah haji yang ingin sekadar sujud di Rawdah. Mereka butuh antri 3 jam untuk masuk ke Rawdah, berdesak-desakan pula. Bahkan ada yang terinjak-injak. Belum lagi harus menahan kencing, buang angin, dan kantuk (bagi yang ingin sholat di Rawdah).
Jadi, mau ke Rawdah tanpa berdesakan? Mungkin Anda perlu mencoba menjadi pelayan tamu Rasulullah.
(ind)