ChanelMuslim.com – Innerchild
Oleh: Agus Haryatmo, S.Psi, Psikolog
(Psikolog Klinis di RS Ortopedi Dr Soeharso Surakarta dengan peminatan Anak)
INNER CHILD adalah sosok anak kecil yang ada dalam diri kita saat ini. Inner child menyimpan memori dan emosi tertentu atas sebuah kejadian di masa kecil. Inner child bisa positif yaitu sosok anak kecil yang menyimpan memori dan emosi tentang kebahagiaan, misal rasa senang gembira saat piknik dan tertawa lepas di saat itu. Inner child bisa pula negatif, yaitu sosok anak kecil yang menyimpan memori dan emosi negatif, yang sering disebut inner child yang bermasalah.
Hasil dari pengalaman masa lalu yang membentuk inner child dapat terlihat dalam bentuk sifat yang beragam, misalnya sifat bergantung kepada orang lain atau dependency, impulsivitas, atau dalam bentuk positif seperti mandiri, asertif dan masih banyak lagi contoh perilaku lainnya yang dapat berupa gangguan trauma.
Seringkali gangguan pada Inner child membawa masalah pada tingkah laku, emosi, dan hubungan sosial orang dewasa (Diamond, 2008).. Begitu juga sebaliknya, inner child yang cenderung stabil juga akan memberi dampak positif seperti menunjukkan perilaku yang sesuai dengan situasi, emosi yang stabil, serta hubungan sosial yang suportif (Diamond, 2008).
Mengacu pada John Bradshaw (1992), inner child merupakan pengalaman masa lalu yang tidak atau belum mendapatkan penyelesaian dengan baik. Orang dewasa bisa memiliki berbagai macam kondisi inner child yang dihasilkan oleh pengalaman positif dan negatif yang dialami pada masa lalu. Seperti motivasi alam bawah sadar lainnya, inner child juga muncul pada orang dewasa dalam bentuk perilaku atau keadaan emosi yang tidak disadari (unconscious).
Pengalaman masa kanak-kanak sebagai respons emosi negatif seperti takut, marah/ kemarahan, kecewa/ dikecewakan, diacukan/ tidak dianggap dan emosi negatif lainnya, secara tidak disadari, “bersemayam” dan terbawa sampai seseorang dewasa. Dalam hal ini mekanisme respons “fight or flight” sangatlah berperan dalam memunculkan pola baru pada kehidupan dewasa.
Hal yang sebenarnya terjadi adalah semua peristiwa/ pengalaman traumatis di masa kanak-kanak adalah bersifat netral. Peristiwa yang bersifat netral tersebut mengalami distorsi akibat ‘gagal paham’ si anak.
Proses terjadinya gagal paham tersebut melekat erat di pikiran bawah sadar dewasa. Hal ini juga diperkuat dengan pengalaman-pengalaman serupa atau mirip yang terjadi berulang terhadap si anak dan terbawa sampai dewasa, yang muncul sebagai simtom.
Simtom yang besar dapat mengganggu, bahkan “mengendalikan” pikiran bawah sadar dewasa serta mempengaruhi hidup dan kehidupannya.
Sosok inner child yang bermasalah ini bisa berupa anak di beberapa rentang usia, tergantung usia kita saat mengalami kejadiannya. Misal bisa berupa usia 3 tahun yang merasa kesepian karena tak mendapat cukup waktu, perhatian dan kasih sayang orangtuanya. Orangtuanya sibuk mencari harta, hingga lupa di rumah mereka punya harta paling berharga yang bernama anak.
Bisa berupa anak usia 4 tahun yang memendam kesedihan dan kekecewaan pada orangtua yang terasa tidak adil. Dia tak pernah paham, kenapa menjadi kakak harus selalu mengalah. Dia tidak mengerti, kenapa benar ataupun salah, dia harus dihukum dalam kamar mandi yang terkunci karena berantem dengan adiknya. ????
Bisa berupa anak usia 5 tahun yang trauma atas bentakan dan pukulan dari ayahnya ataupun dibully teman sekolahnya. Si anak tak bisa mengerti, mengapa orangtuanya langsung berteriak marah saat melihat jam dinding sudah menunjuk ke angka tertentu. Dia harus segera memenuhi jadwalnya untuk mandi atau tidur, jika tidak, dia akan kena pukul Orangtuanya tak mau peduli, bahwa dia hanya butuh waktu sedikit lagi menyelesaikan susunan lego yang sedang dirangkainya dengan susah payah. Ia tak pernah diberi kesempatan untuk berpendapat.
Dari kumpulan aneka peristiwa selama hidupnya ketika kecil, akan tercipta beberapa inner child yang bermasalah dalam diri seseorang. Ketika sekarang kita mengalami peristiwa yang sama, meski posisi kita sudah berubah jadi ibu, memori akan membangunkan lagi inner child yang lama tertidur. Dia akan marah, sebagai wujud ekspresi emosinya yang dulu tertahan. Maka kita menjadi ibu yang pemarah. Yang sebenarnya kita marah pada orangtua kita dulu, namun melampiaskannya ke anak kita sekarang. Anak akan jadi korban emosi orangtuanya, persis seperti kita dulu,
Ketika kecil sering diperlakukan kasar oleh bapak, maka kita menjadi "paranoid" dengan suami karena kuatir dia juga berlaku sama dengan bapaknya dulu
Masalah trauma masa kecil memang bisa menjadi hambatan bagi stabilnya Inner child, namun tidak selamanya hal ini menjadi penghambat bagi seseorang untuk berkembang menjadi manusia dengan stabilitas emosi yang baik atau memiliki hubungan sosial yang baik pula. Trauma masa kecil yang memengaruhi inner child bisa diatasi dengan memberikan penanganan yang tepat.
Seorang Psikolog Klinis dan Forensik asal Amerika, Stephen A. Diamond Ph. D. memberikan tips bagaimana mengatasi permasalahan yang terjadi pada inner child. Menurutnya cara yang benar untuk mengatasi masalah ketidakstabilan inner child yaitu dengan mencoba memahami serta memulai berkomunikasi kepada inner child tersebut. Mengacu pada Stephen A. Diamond kita membutuhkan waktu yang disediakan untuk memahami dan mendengarkan inner child pada diri kita sendiri. Kebutuhan akan cinta, kasih sayang, penerimaan, pengasuhan serta merasa dipahami oleh orang lain adalah bagian inner child yang harus tercukupi bagi setiap orang (Diamond, 2008), tentunya dengan kadar yang berbeda-beda. Hal ini bergantung kepada pengalaman positif dan negatif masa lalu yang kita alami.
Berikut beberapa cara self healing yang bisa dilakukan sendiri untuk menyembuhkan inner child yang bermasalah :
1. PENERIMAAN
Cara pertama untuk berdamai dengan inner child adalah dengan menerimanya. Menerima bahwa iya, kita di masa lalu pernah jadi 'korban', jadi anak yang dikasari, yang disakiti secara verbal ataupun fisik.
Memang rasanya sungguh tidak enak. Rasa sedih, kecewa, marah, takut, kesepian, semua terasa menyesakkan dada. Tapi cobalah mengenali rasa itu lagi, terima bahwa kita memang pernah merasakannya. Menyangkalnya berarti sama dengan menyangkal keberadaan si inner child dalam diri kita.
Bagaimana mungkin kita akan berusaha menyembuhkannya, bila kita tidak mau menerima keberadaannya? Selama ini mungkin kita tidak menyadari kehadiran inner child dalam diri kita. Sering dianggap tidak ada, ataupun merasa sudah sembuh sendiri karena kejadiannya sudah bertahun-tahun yang lalu dan terlupakan.
Tapi sebenarnya, rasa sesak itu masih ada. Hanya saja mengendap dalam hati terdalam. Dan sebenarnya luka tersebut masih terbuka. Maka saat ada kejadian yang sama terulang, luka itu naik ke permukaan. Rasanya sungguh pedih perih saat tertetesi emosi yang sama.
Dan bila saat itu tiba, ketika kejadian yang sama terulang, ketika anak kita melakukan suatu kesalahan yang sama dengan kita dulu, maka rasanya emosi dalam diri langsung ingin meledak.
2. KOMUNIKASIKAN KE DALAM
Bila terjadi hal demikian, segeralah jauhi anak. Jangan bereaksi apapun padanya. Karena hanya penyesalan yang akan didapat. Masuk ke kamar, tutup pintu, pejamkan mata dan bicara ke dalam diri kita sendiri, lewat hati.
Ingat-ingat, apakah ada memory yang sama, kejadian yang sama seperti ini, saat kita kecil dulu?
Bayangkan inner child kita, panggil dia dan bicaralah dengannya. "Wahai diriku yang kecil, datanglah. Hadirlah, aku ingin menemuimu". Hati akan menuntun kita untuk menampilkan inner child sesuai masalahnya. Jika masalahnya adalah kesepian, inner child kita mungkin berupa sosok anak yang sedang duduk memeluk lutut di pojokan yang gelap. Jika masalahnya adalah kekerasan dan kurungan, inner child kita mungkin berupa sosok anak yang tengah terisak menangis ketakutan dalam kamar mandi yang terkunci. Jika masalahnya adalah kemarahan, inner child kita mungkin berupa sosok anak kecil yang sedang memukuli tembok hingga tanggannya luka dan berdarah.
Datangi perlahan, nyalakan lampunya. Belai lembut rambutnya. Katakan kau ingin menolongnya, menemaninya. Supaya dia gak sendirian. Katakan kau ingin mengobrol dengannya. Supaya dia gak kesepian. Awalnya mungkin dia akan diam saja. Tapi teruslah tersenyum padanya. Raih kepercayaannya. Bila dia mulai mau membuka mulut, sapalah perlahan.
Kau : hai, apa yang lagi kamu rasakan?
Inner child : dadaku sesak, jantungku berdebar, aku pusing.
Kau : apakah kamu sedang marah. Marah sama siapa, kenapa?
Inner child : sama mama. Aku habis dimarahi mama. Aku pasti dimarahin kalo minta main sama mama. Mama gak mau nemenin aku main. Jadi aku selalu sendirian.
Kau : oowh gitu. Mama kemana?
Inner child : Mama kadang kerja, kadang di rumah. Tapi kalau di rumahpun aku gak ditemenin. Selalu disuruh main sendiri. Mama di rumah masak terus, nyapu terus, nyuci terus..
Kau : aduh, rasanya gak enak banget ya dimarahin dan selalu sendiri. Tapi sekarang ada aku yang nemenin kamu. Udah gak kesepian lagi kan.
Inner child : iya, aku senang ada yang menemani..
(Dialog hanya ilustrasi, silakan dikembangkan sendiri sesuai keadaan)
Dengan berbicara pada inner child yang bermasalah, kita memberikan kesempatan padanya untuk bercerita. Dengan menanggapinya, kita membantu dia melepaskan emosi negatif yang selama ini mengurungnya. Setelah dia merasa lega, kita pun akan merasakan sebuah kelegaan. Satu kerikil dalam hati telah mampu disingkirkan.
Terry Pratchett, seorang penulis novel fantasi terlaris pernah mengatakan :
"Hello inner child, I'm the inner babysitter!"
Rasanya tepat sekali kalau diri sendiri yang paling pas untuk menjadi pengasuh bagi inner child kita. Karena diri sendiri yang pernah merasakan emosi-emosi si inner child. Maka jadilah pengasuh yang memberikan perhatian, kasih sayang dan pelukan yang dulu tak pernah kita dapat dari orangtua..
3. MEMAAFKAN
Cara berikutnya adalah memaafkan perilaku semua orang yang kita anggap menyakiti kita. Memaafkan mereka sebetulnya bukan hanya demi kebaikan mereka. Tapi lebih kepada demi kebaikan diri kita sendiri.
Amarah, apalagi dendam yang kita simpan dalam hati, bagaikan bara api yang hanya akan membakar diri sendiri. Maafkanlah kesalahan mereka. Mereka berlaku demikian karena mereka anggap yang terbaik bagi mereka
CONTOH
Maka ucapkanlah pada diri sendiri berulang-ulang:
"Ayah ibu, aku sudah memaafkanmu. Aku percaya kalian sungguh mencintaiku. Akan slalu ku ingat betapa besar jasa kalian merawat dan membesarkanku. Kesalahanmu dalam mengasuhku hanya karena ketidaktauanmu, bukan karena tidak sayang. Aku telah memaafkanmu".
Masa lalu tak pernah bisa kita ubah. Tapi kita selalu bisa merubah sikap dalam menghadapinya. Maafkan ketidaksempurnaan masa lalu. Toh kita sudah diberi makan, diberi tempat tinggal dan disekolahkan oleh orangtua. Tanpa mereka, kita tak akan tumbuh besar seperti saat ini.
4. MELEPASKAN
Setelah memaafkan, rasakanlah beban berat itu akan menguap. Hati lebih ringan, pikiran lebih tenang. Lalu lepaskan sisanya. Lepaskan kenangan masa lalu yang menyakitkan itu. Supaya tak ada lagi bayang-bayang masa lalu yang akan membuat kita berulang melakukan kesalahan yang sama.
Tiap bayangan itu datang, alihkan dengan melakukan hal yang kita suka. Supaya suasana hati kita jadi senang lagi. Kemudian fokuslah ke masa sekarang dan masa depan.
Lakukan rangkaian self healing ini secara rutin. Ulangi untuk memanggil inner child Anda. Lakukan di saat tenang, tidak ada orang. Bisa di malam hari saat semua tertidur. Bayangkan sosok anak kecil dalam diri anda. Bicaralah dengannya, tanyakan perasaannya. Ingat kembali memori yang menyesakkan hati. Urai satu persatu masalah yang belum terselesaikan. Ungkapkan satu persatu emosi yang masih tertahankan.
Lakukan berulang hingga seluruh bayangan inner child yang tidak bahagia itu menghilang. Digantikan dengan inner child yang tersenyum, ceria, bersemangat dan bahagia.
Martha Beck, seorang penulis lulusan Harvard University pernah mengatakan :
"Caring for your inner child has a powerful and surprisingly quick result : Do It and the child heals"
"Dengan merawat inner childmu, akan memberikan hasil yang luar biasa dan mengejutkan dalam waktu relatif singkat. Lakukan itu dan si anak akan sembuh."
Maka rangkullah inner child kita, sembuhkan, dan kita akan melihat hasil yang menakjubkan. Diri ini akan lebih bisa memaklumi tingkah anak, akan tidak mudah marah dan hati terasa lebih damai.
Namun bila tak bisa menghadirkan inner child dan punya masa kecil yang sangat "kelam," saya sangat menyarankan agar berkonsultasi dengan psikolog, agar dibantu memanggil inner child yang bermasalah dan diharapkan dapat menyelesaikannya dengan baik, agar tidak mengganggu kehidupan saat ini yang telah menjadi seorang ibu. Agar Anda tidak mewariskan kesalahan yang sama dalam mengasuh anak, yang akan terus menurun ke cucu Anda kelak.
Sudah cukuplah anak kita merasakan juga sakitnya cubitan. Jangan ulangi lagi pukulan. Jangan biarkan dia merasa sendirian, tak didengar pendapatnya, diabaikan dan hidup dalam ketakutan atas bentakan dan makian.
Ayo putuskan mata rantai inner child ini. *Terima. Komunikasi ke dalam. Maafkan. Lepaskan.*
Maka masa lalu yang buruk itu akan menjadi pil pahit yang bisa menjadikan kita pribadi yang lebih kuat. Menjadi ibu yang tahu cara merawat anak dengan baik, tidak melakukan kesalahan yang sama. Yang *lembut namun bisa tegas saat diperlukan,* tanpa harus melukai perasaan maupun fisik anak. Kita bisa berdiri tegak sebagai ibu yang bahagia. Menjadi ibu yang sepenuhnya dicinta oleh anak-anak yang tak dibuat merana. Demi masa depan mereka yang istimewa.
Toggle navigation
User Image
Juwietha Fajar Hari
Online
Jendela Hati
Keluarga
Ayah Bunda
Lifestyle
Berita
Khazanah
Konsultasi
Galeri
Dashboard
Ganti Password
Logout
OASE
Wahai Ibu, Ketahuilah Dahsyatnya Pengaruh Self Talk Bagimu
03 August 2018 09:34:02 Self TALK, dahsyat self Talk bagi ibu, solusi masalah ibu, cara mengatasi stress pada ibu, wanita banyak anak ,
Ilustrasi (Foto: laiapsicologos.es)
Self Talk
Oleh: Agus Haryatmo, S.Psi, Psikolog
(Psikolog Klinis di RS Ortopedi Dr Soeharso Surakarta dengan peminatan Anak)
Tanpa kita sadari, selain mengucapkan kata-kata kepada orang lain, sebenarnya setiap hari kita juga mengeluarkan kata-kata yang ditujukan kepada diri sendiri. Itu yang namanya self-talk.
Baca juga : BELAJAR DARI AL FATIH
Para peneliti menemukan bahwa kebanyakan orang melakukan Self-Talk sebanyak 50.000 kali per hari. Angka ini jauh lebih banyak daripada apa yang kita katakan kepada orang lain.
Dan pengaruhnya juga tidak kalah dahsyat dibanding dengan kata-kata yang ditujukan kepada orang lain.
Sejak mulai bangun pagi, kita melakukan self talk. ”Ah, masih ngantuk, tidur lagi aja”. Ketika perut lapar kita berkata dalam hati: ”enaknya makan apa ya?”
Apalagi emak-emak lagi ke Mall lihat discount tapi duitnya terbatas, self talknya lebih rame lagi.
Baca juga : Umi Fatma
Pengertian
Self-talk adalah berkomunikasi dan berbicara dengan dirimu sendiri. Self-talk bukan berarti berbicara dengan mengeluarkan kata-kata dari mulut layaknya saat kita berbicara dengan orang lain, melainkan berbicara dengan pikiran-pikiran yang ada di dalam kepala kita.
Self talk merupakan sesuatu yang tampaknya sangat sederhana dan hampir tidak pernah dibahas. Namun, dampaknya sangat besar bagi diri kita.
Self-talk adalah sesuatu yang sangat menentukan akan menjadi seperti apakah seseorang di masa mendatang. Self-talk adalah akar permasalahan psikologis yang paling utama, dari situlah kebiasaan, karakter, dan keyakinan seseorang terbentuk.
Selama self-talk seseorang tetap positif, dia tidak mudah terpengaruh hal-hal negatif dari luar. Hal negatif dari luar hanya akan berdampak negatif terhadap diri kita jika diperkuat dengan self-talk yang negatif.
Bagaimana self-talk bisa mempengaruhi diri kita?
Self-talk dapat memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap diri kita. Karena, self-talk tanpa disadari oleh sebagian orang sebenarnya sama saja dengan mensugesti dan memprogram alam bawah sadar kita.
Sementara alam bawah sadar memiliki pengaruh terhadap diri kita 9 kali lipat lebih kuat daripada pikiran sadar.
Sayangnya, banyak di antara self-talk itu yang bersifat negatif:
”Background saya bukan orang teknik, jadi saya pasti tidak bisa… ”
”Apa pun yang saya perbuat, tidak ada yang pernah berhasil bagi saya…”
Dan yang menyedihkan, ucapan-ucapan dalam hati yang bersifat negatif itu dibiarkan tanpa kendali, selama bertahun-tahun.
Inilah yang oleh psikolog disebut sebagai ”bahasa budak” atau ”bahasa korban” (victim language).
Bahasa korban sungguh terus membuat Anda berada dalam pola pikir seorang korban. Ini semacam hipnosis diri yang membuai Anda ke dalam keyakinan bahwa Anda tidak layak dicintai dan tidak kompeten.
Agar dapat mewujudkan mimpi-mimpi kita, kita perlu melepaskan ”bahasa korban” dan mulai berbicara kepada diri sendiri sebagai seorang pemenang:
”Saya mampu mengerjakannya …”
”Saya tahu ada pemecahan masalah untuk perkara ini …”
”Saya cukup cerdas dan cukup tangguh untuk membereskannya …”
”Segala sesuatu yang saya makan membantu saya mempertahankan berat tubuh yang terbaik.” (catat yang ini ya bunda)
BAGAIMANA SELF TALK BEKERJA?
Pertama self talk bekerja memprogram alam bawah sadar, kemudian self-talk memengaruhi tindakan kita, lalu lama-kelamaan tindakan kita tersebut berubah menjadi kebiasaan.
Setelah tindakan tersebut menjadi kebiasaan, lama-lama menyatu dengan karakter/sifat Anda, dan setelah menyatu dengan sifat Anda, self-talk awal Anda mulai menjadi realitass dalam kehidupan Anda, yang akhirnya membuat Anda percaya bahwa keyakinan Anda memang benar.
Pikiran bawah sadar itu tidak berbeda dengan awak kapal. Anda-lah sang nakhoda. Maka Anda mempunyai wewenang untuk memberi perintah kepada awak kapal Anda. Ketika Anda bersikap demikian, awak kapal akan mengerjakan apa pun yang Anda ucapkan secara harfiah.
Awak kapal (atau bawah sadar Anda) tidak memiliki selera humor. Ia betul-betul budak yang patuh.
Ketika Anda berkata: ”Saya tidak yakin akan menjadi seorang ibu yang baik”, maka Anda telah memerintahkan awak kapal bawah sadar Anda untuk melewatkan segala kesempatan dan kemungkinan untuk berhasil.
Sebaliknya, jika Anda berkata: ”Saya yakin akan menjadi seorang ibu yang baik”, sang awak kapal akan mengantarkannya ke dunia nyata dengan membantu Anda memberikan ide-ide yang membuat Anda menjadi seorang ibu yang baik.
Kekuatan pikiran bawah sadar inilah alasan Anda harus menjadi sangat waspada terhadap apa pun yang Anda ucapkan di dalam hati.
Ketika Anda menemukan diri mengatakan sesuatu yang negatif dan merugikan diri sendiri, segera hentikan dan katakan:
”Batalkan, batalkan!” Itu sama dengan sebuah pesan kepada bawah sadar Anda bahwa Anda membatalkan perintah yang sebelumnya telah Anda kirimkan. Setelah itu gantikan yang baru Anda katakan dengan alternatifnya yang positif. Berikut ini sebuah contoh:
”Aku kelihatannya tidak mampu mengatasi tantrumnya anakku.”
”Batalkan – batalkan! Aku yakin bisa mengatasi tantrumnya anakku dan akan mencari cara untuk mencapainya.”
Sebagai ganti ucapan yang negatif, selalu ucapkan hal-hal positif mengenai diri Anda. Dan apa bila hal-hal yang positif tentang diri Anda ini Anda ucapkan secara berulang-ulang, maka mereka akan menjadi bagian yang alami dalam cara berpikir Anda.
”Afirmasi” ini beraksi dengan cara menyingkirkan dan menggantikan perintah-perintah negatif yang telah terlanjur terkirim ke dalam bawah sadar Anda selama bertahun-tahun.
Sangat dianjurkan agar Anda menyusun sebuah daftar berisi 10 sampai 20 pernyataan yang menegaskan keyakinan terhadap harga diri dan kemampuan Anda untuk mewujudkan mimpi-mimpi Anda. Berikut ini adalah beberapa contoh rangkaian kalimat affirmasi yang dapat Anda ucapkan setiap hari:
Saya yang menentukan masa depan saya sendiri dengan idzin Alloh
Saya selalu ambil tindakan besar untuk mencapai impian-impian saya
Saya fokus pada apa yang dikatakan oleh hati nurani saya
Keyakinan saya terhadap masa depan saya sangat pasti
Saya percaya pada impian-impian saya
Saya menyukai teman-teman saya dan teman-teman saya menyukai saya
Saya memancarkan dan memberi harapan pada saya dan teman saya
Saya memancarkan semangat untuk saya dan orang lain
Saya rendah hati kepada siapa pun
Saya ibu yang baik
SAYA MANUSIA LUAR BIASA!
Saya mampu dan dicintai
Saya sangat aktif
Saya pemberi
Saya kuat dan sehat
Mental saya sangat kuat
Percaya diri saya sangat tinggi
Hidup saya berarti untuk saya, keluarga, teman-teman, dan dunia
Jalankan kata-kata afirmasi di atas dan rasakan perubahan pada diri Anda dalam beberapa minggu kemudian.
Hukum ”Positive Self-Talk” menyatakan: ”Anda dapat mengubah siapa diri Anda dengan mengubah apa yang Anda ucapkan ketika Anda berkata dalam hati.”
Semoga kita selalu menjadi pribadi yang positif mulai dari sekarang dan seterusnya.
Wallahua’lam
Tulisan ini khusus ditulis oleh Ustaz Agus untuk Kuliah WhatsApp Kajian Ilmiah Komupedia.
Tentang Penulis: Agus Haryatmo, S.Psi, Psikolog
Psikolog Klinis di RS Ortopedi Dr Soeharso Surakarta dengan peminatan Anak
Anggota penyusun buku Standar Pelayanan Psikologi Klinis
Pengajar Sekolah Orang Tua Solo, Jakarta, Makasar
Pemateri OBAT An Nashihah (Obrolan Sehat ) di radio An Nashihah Makasar untuk tema Psikologi
Ayah dari 5 anak
Penyuka tema anak dan perkembangannya
Lulus S1 Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Tahun 2001
Lulus Profesi Psikolog Muhammadiyah Surakarta Tahun 2003
Ditulis oleh Ustaz Agus khusus untuk Kuliah WhatsApp Komunitas Ummahat Peduli Pendidikan Anak (Komupedia)